3

15 3 0
                                    

Demi koleksi miniatur Iron Man beserta antek-anteknya kepunyaan Guanlin, Darae berjalan di koridor seorang diri ditemani hujanan pasang mata memicing dari orang-orang yang tidak dikenalnya. Guanlin Sinting itu baru saja pulang bermain bareng Seungwoo kemarin, kemudian menunjukan banyak foto mainan keluaran baru yang harganya selangitㅡbikin Darae hanya bisa melongo dan cengo seperti baru saja melihat sapi berdiri menuruni tangga.

Selasa terkutuk, you'll regret it honey. Gadis mungil itu melangkah semakin cepat tatkala beberapa 'rekan' seangkatan melemparinya ini-itu. Entah penghapus, pensil, sampah kertas hingga penghapus papan tulis. Beberapa dari mereka tertawa, beberapa sekedar melirik, beberapa lagi acuh tak acuh.

Bohong kalau Darae tidak terkejut, marah, dan gemas sampai mampus pada mereka-mereka yang dicekoki gosip tak menyenangkan tentang dirinya. Balita ngedot Dancow juga tahu seseorang tengah begitu benci padanya. Tapi apa? Kenapa? Dan sejak kapan? Pertanyaan itu terus berputar, rusuh berbahaya dan tak terhindar bagai tornado.

Seingatnya, Darae hanya membubuhi tanda kehadiran pada 6 hari masa MOS, setelahnya mesti mendekam di ruangan ajaib kubus berbau obat menyengat. 10 hari terlewati dengan siksaan berkepanjangan; terpaksa menjalin kembali tali kekeluargaan bersama bubur dan Guanlin sang Balita Maniak yang lagi hobi mengemis uang padanya.

Irene dan para anak buahnyaㅡsiapa namanya?ㅡtidak nampak batang hidungnya. Barang kali bertukar kabar, Darae sendiri sudah kesulitan mencari kontak Irene pada setiap orang di SMA Eagle yang dikenalnya. Masa iya Irene salah satu manusia purba? Kalau tidak ada handphone, setidaknya ada alamat atau nomor telepon rumah kan? Tapi sepertinya Irene menutup akses komunikasinya rapat-rapat. Toh, biarkan kalau Irene memanfaatkannya, atau sekedar bersapa ringan karena dia mati kebosananㅡyang kemudian berujung pada insiden 'Bebek Lepas Kandang' ter-gempar sejagad raya SMA Eagle.

'Sampai-sampai pantas kalau para bebek kampungan itu diberi penobatan resmi sebagai Pylox Sekolah'. Huh? C'mon, Ladies and Gentlemens, tau apaan mereka sampe enteng banget ngomong begitu?

Darae tidak masalah, dia hanya perlu berdoa dan menjalani hari-harinya seperti biasa.

Karena Darae seharusnya sudah terbiasa bukan?

Sampai lah Darae di kelas X MIPA 2. Keberadaannya membuat perhatian semua orang teralihkan. Melihat seksama manusia di pintu yang dengan menantangnya menatap mata mereka satu per satu. Kemudian para penjilat plus penggila popularitas plus-plus cicitnya orang-orang-berdongak-dagu tersenyum mencemooh, kembali berbisik namun dengan cara konyol dan bodoh kuadrat.

Kedengeran, Bego. Dalam hatinya dia tertawa kencang. Darae duduk di satu-satunya kursi yang kosong, diam-diam mencuri dengar bisik-tetangga-norak-abis-pake-banget itu.

"'Kedengeran Goblok'. Ngarep you bakal galak, eh malah letoy?"

Darae yang mendengar bisikan itu dari belakang berbalik tidak senang. "Excuse me?"

"Long time no C, Eggy. You udah nggak mewek kan tiap Guanlin kumat?" Seorang laki-laki, cungkring dan suaranya terdengar menyebalkan persis seperti tukang bully yang biasa Darae dengar di film-film. Dia melepas topinya, memamerkan rambutnya yang cokelat keriting agak gondrong. "Apa yang elo tunggu? Biasanya hah-huh-sshh like makan cabe se-toren. Huh? Wheres tukang pukul anak-anak Iljin dari Incheon yang gue kenal, hm?"

[Iljin; istilah dalam Bahasa Korea; tukang bully]

***

"Anjrit, lo. Ngomong kek mau balek lagi ke sini."

"Logat, please."

"With your pleasure, King." Jus alpukatnya datang bersama semangkuk ketoprak terlalu manis akibat tidak ada pedas-pedasnya sama sekali. "Mark.. Mark. Jangan bilang lo ke sini cuma buat ketoprak abis itu minggat."

"Ya ampun, Gy. Gue feeling terusir nih!" Lelaki yang bernama Mark itu menunjukan ekspresi innocent-nya. "Lagian kenapa sih? Menopause lo, ya?"

"Balik dari kampung makin nggak waras lo."

"Maksud lo guㅡ"

"Dar? Boleh duduk di sini?"

Suara lama yang pernah Darae dengar. Tapi siapakah gerangan pria tampan berwajah bayi bertubuh macho ini? Haruskah dia bilang iya? Tapi nanti dia bisa ge-er. Kalau tidak? Yah, Darae sih terima-terima saja dikatai an-sos atau sejenisnya, tapi pesan Guanlin di penghujung malam akhir pekan lalu mengguncang benteng pertahanannya.

"Gimana dah, gue tetep kakak elo. Elo masih kecil, titik. Jangan sok dewasa, please, dengerin gue bukan karena terpaksa, tapi karena saling peduli antar kakak-adekㅡcuih, geli ya denger pertama kali kata-kata begini dari gue?ㅡtapi, Dar, jujur gue khawatir sama lo. Mark balik ke Kanada tiga tahun lalu, dan tiga tahun itu juga hati gue ancur liat elo yang diem aja like nothing happened. People life for changes, darling. Do it for us? Papa, Mama, gue, Mark dan segala yang lo sayangi."

"Enggak." Tiga orang di meja-kursi panjang tertegun. Suara lain, yang jelas-jelas hanya one and only pemiliknya di sekolah ini.

"Gue nyuruh elo apa tadi? Panggil Minhyun sekarang. Secepatnya." Si Bossy ini kemudian duduk di samping Mark. Melihatnya tajam. "Jihoon, bawa Black Book-nya sekalian."

Jihoon melangkah pergi dari kantin. Menjauhi sarang ranjau bom yang siap meledak kapan saja.

"Saya mau bicara."

"Di sini aja." Darae menyeruput jus alpukat dengan tenang dan sabar.

"Ada brokoli cokelat-tai di samping saya."

"WHAT?! LO SIAPA SIH??!" Daun telinga Mark memerah seketika. Entah karena si Bossy menyebut 'ada brokoli cokelat-tai' yang norak ini terlalu kencang atau memang betul bentuknya mirip brokoli cokelat-tai.

"Kak Daniel. Saya mau berhenti ngebahas yang kemarin-kemarin. Semua baik-baik aja sekarang. Oke? Jadi pergi aja, atau kalo nggak mau repot, yaudah saya yang pergi." Darae menatap tajam pada Daniel di hadapannya.

"Oke karena kamu maksa. Saya minta maaf di sini aja." Daniel membetulkan posisi duduk menjadi tegak. Seperti anak TK yang baru diberitahu agar tidak duduk bersandar jika tidak mau tulang punggungnya terkena penyakit. "Maaf."

Darae terdiam. Begitu juga Mark. Suasana menjadi canggung karena satu kata itu.

"That's all?" Mark melotot tidak percaya pada seniorㅡbukan, Mark baru diberitahu oleh bisik-bisik-tetangga kalau, oh.. my, ketua dewan. Okay. Mark takut? Tentu. Tapi perasaan Darae yang hancur akan ikut menghancurkan hati orang-orang yang menyayanginya. "Are you serious? Pft, man. Baru aja gue tau elo itu.. ketua dewan? Kayak.. oh, my! Itu prince gue! Itu pacar gue! Tapi mereka ternyata buta sama elo yang kaku macem boxer bunga-bunga yang baruuuuu banget gue pake hari ini, sekarang juga." Mark menyentuh pinggangnya yang sesak akibat karet yang kekencangan.

"Tolong jangan salah paham." Daniel menatap Darae dan Mark bergantian. "Almat saya dibawa besok."

Eh, iya mampus. "Ya."

Nasi goreng Daniel sudah tersaji di meja. Dia bergeser menjauh dari Darae dan Mark, makan dengan tenang tanpa menghiraukan orang-orang sekitar. Bahkan Mark yang baru saja dikatai brokoli cokelat-tai memanggilnya berkali-kali, tak digubris!

"Eh, Eggy. Jangan deket-deket hewan itu deh, ntar elo kebawa sial. Mereka seneng di kubangan, kalo lo juga ikut-ikut masuk kubangan gimana? Maksudnya.. you know what I mean?"

Eggy?

Daniel membeku. Selera makannya hilang seketika. Mungkin... seperti inikah yang dikatakan 'semua akan indah pada akhirnya'?

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fe [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang