Prolog

28 4 2
                                    

Darae menatap papan tulis lamat-lamat. Kepalanya maju memastikan apa yang tertulis di sana.

1. PhosTwor
2. Equador
3. Cheetah
4. Cheerleaders
5. Sanggar Seni
6. ....
7. ....

Sanggar seni! Sejak kelulusannya dari program sederajat SMP di sekolah swasta internasional, Darae mengimpikan untuk bergabung dengan klub musik. Bernyanyi adalah bagian dari hidupnya. Begitu pun gitar, keyboard, piano, ukulele, drum, dan semua alat musik tidak pernah mampu memisahkan diri dari si musisi posesif itu.

Di saat siswa lain di kelas masih tang-ting-tung karena bingung ingin masuk organisasi yang mana, gadis brunette di sudut sana sudah menggulung kertasnya dan berjalan ke depan. Darae menghampiri kakak kelas laki-laki yang tadi memperkenalkan diri dengan nama Kim Jaehwan.

"Ini, Kak." Kata Darae.

"Masukin ke sini." Jaehwan tersenyum sambil menunjuk sebuah kotak kertas kado di gendongannya yang dibuat seperti kotak pemilu.

"Jangan gatel." Interupsi Daniel, yang Darae ketahui menjabat sebagai ketua Dewan Keamanan Sekolah.

Darae dibuat terdiam. Gulungan kertasnya berhenti bergerak di tengah-tengah. Yah, tahukan maksudnya?

Ngomong sama gue atau Kak Jaehwan sih? Kak Jaehwan lah ya, dia natepnya bukan ke gue kok.

Setelah mengumpulkan kertas, ia kembali duduk dengan santai. Melirik teman-temannya yang berbisik-bisikㅡentah apa yang mereka bicarakan, tapi Darae tidak peduli. Keinginannya hanya satu; semoga hari ini cepat berlalu, dan Dewi Fortuna berpihak padanya.

"Hei, kayaknya mereka ngomongin elo deh."

Oke, buang saja semua omong kosong tadi. Berharap sama saja bunuh diri.

"Oh, ya?" Tanya Darae penasaran pada perempuan yang duduk di samping kirinya. "Thanks."

"Irene." Uluran tangan datang pada Darae.

"Thanks. Irene."

"Pft. Lo nggak perlu kali bilang makasih. Bilang aja tuh sama Jaehwan yang barusan belain elo di depan ketua dewanㅡketua dewan, man. Daniel dilawan? Hell, gila gak tuh?" Irene tertawa kecil. Yup, kecil menurut Darae tapi besar menurut laki-laki menyebalkan di depan sana. Di depan sana masih terlihat Jaehwan terlibat cekcok kecil dengan empat rekannya; termasuk Daniel.

"Itu yang belakang matanya di mana? Nggak bisa liat ada kakak kelasnya di depan sini?" Lihat, si pemarah sepertinya akan benar-benar mengamuk setelah merasakan bagaimana dirinya dicampakkan oleh anak bau kencur yang baru saja gabung dalam angkatan baru. "HEI DENGER SAYA NGGAK?!"

"Maaf, tapi kami lagi diskusi tentang tugas yang OSIS kasih sebelum dikumpulin tiga menit sejak Kakak teriak barusan." Ucap Darae tak peduli. Kemudian menulis rentetan kata yang Irene ucapkan. Perempuan berparas cantik itu mewakili jawaban keduanya. Toh, baguskan? Darae hanya perlu membungkam seonggok daging tempramental dan tidak perlu berpikir keras mencari jawaban.

"IKUT SAYㅡ"

"Enough." Salah satu anggota OSIS menepuk pundak Daniel. "Gue aja, Kak. Lo awasin aja jangan sampe ada yang curang."

"Kalian berdua ikut saya."

Sayang seribu sayang, Daniel terlanjur marah dan menggiring mereka ke ruangannya.

***

Tatapan Darae terpaku pada sebuah kotak besi di atas meja teruntuk 'Ketua Dewan Keamanan Sekolah, Kang Daniel' yang norak pakai banget. Alias ditulis besar-besar seolah menunjukkan betapa superiornya Daniel-Daniel itu.

Fe [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang