Wendy memperhatikan sebuah koper berukuran sedang didepannya. Setelah membantu Irene packing beberapa baju untuk Irene gunakan semasa ia tinggal satu bulan disana. Semalam gadis itu mengatakan jika satu bulan penuh akan ia habiskan tinggal dirumah Sehun. Dia berjanji untuk membantu pria bermarga Oh itu untuk menyembuhkan penyakit anti kontak fisiknya.
Awalnya Wendy sudah melarang keras Irene untuk tinggal sementara disana meskipun atas dasar alasan membantu Sehun. Tetap saja Irene membahayakan dirinya sendiri karena menurut Wendy jika saja sesuatu terjadi pada Irene, Wendy tidak ada disampingnya. Apalagi jika daya ditubuh Irene melemah maka dapat dipastikan jika Sehun akan mengetahui jati diri Irene.
Irene tidak mungkin naif. Dirinya sadar akan hal buruk itu jika suatu saat akan menimpanya. Akan tetapi tetap saja serapat apapun kau menyembunyikan sebuah kebohongan besar entah cepat ataupun lambat semuanya akan terbongkar dengan sendirinya dan Irene harus siap menanggung resikonya, yaitu meninggalkan pekerjaannya serta menjauh dari Sehun selamanya.
"Aku masih tidak begitu yakin dengan keputusanmu. Coba kau pikirkan kembali jika suatu saat kendala menimpamu dan aku tidak ada didekatmu saat itu juga." keluh Wendy. Gadis itu menahan pergelangan tangan Irene saat hendak mengambil ponsel yang tergeletak diatas nakas.
"Kau seakan membuatnya semakin rumit." Irene menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa diwaktu seperti ini Wendy seakan melarangnya untuk berbuat baik kepada Sehun yang notabennya adalah atasan mereka sendiri. Toh Irene hanya ingin Sehun sembuh, hanya itu saja. Lalu mengapa Wendy harus mempersulit semuanya.
Wendy membalikkan tubuh Irene lalu memegang kedua bahu itu sampai sahabatnya mau menatapnya. "Dengar! Jika sampai Sehun tau identitasmu yang sebenarnya, aku tidak yakin jika pria itu mau memaafkan dirimu." mendengar perkataan mengerikan itu lantas membuat nafas Irene sedikit tercekat.
"Sekarang pikirkan ucapanku baik-baik! Kau harus menolak permintaan itu." Wendy berujar dengan tegas. Kedua matanya menatap tepat kearah manik mata teduh milik Irene.
"Ada dua pilihan ditanganmu. Meninggalkan sebelum ditinggalkan atau Bertahan lalu saling menyakitkan. Pilih antara kedua opsi itu." perlahan suara Wendy melembut. Ia tau jika semuanya terasa begitu sulit untuk Irene hadapi. Hidup dengan berpura-pura sebagai manusia dibalik mesin serta kabel yang menjalar ditubuhnya.
"Haruskah sesulit ini?" lirih Irene menatap nanar Wendy. Apakah berjuang untuk seseorang harus sesakit ini?
"Semuanya ada ditanganmu. Aku tidak mungkin pula untuk memaksa kehendakmu sebab kau yang akan menjalani pilihan itu." jawab Wendy meyakinkan, meskipun kenyataannya keraguan menghantui perasaannya pada Irene. Sahabatnya yang memang harus ia lindungi.
Tanpa sadar sekelebat bayangan Sehun memenuhi pikiran Irene. Perkataan akan permohonan tulus pria itu tiada henti menggaung ditelinganya. Irene tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Seseorang seakan memaksa dirinya untuk terus menerus berpusat pada lingkaran kehidupan seorang Oh Sehun.
"A-Aku ti-tidak bisa.." cicit Irene dengan menunduk dalam.
"Maksudmu?" Wendy memusatkan seluruh atensinya pada Irene. "Jawab Irene! Aku tidak mengerti akan maksud ucapanmu!" paksa Wendy dengan mengguncang kedua bahu Irene meminta agar gadis itu menatapnya dan menjelaskan semuanya.
"Maaf.. tapi aku tidak bisa Wannie.." Irene mendongak sembari menggigit bibir bawahnya. "Aku sudah memutuskan untuk tidak menolak permintaannya, dan aku... memilih opsi yang kedua." jawab Irene tanpa ragu.
"Apa kau gila?!" desis Wendy.
"Jangan mempersulit keadaan. Aku sudah memilihnya. Tetapi aku berjanji, aku akan mengorbankan diriku sendiri agar Sehun tak tersakiti disini. Setelah semuanya selesai aku akan berjanji meninggalkannya untuk selama-lamanya." entah mengapa ucapan itu mengalir begitu saja dari mulutnya. Bahkan tanpa ragu Irene akan mengorbankan dirinya sendiri.
YOU ARE READING
Touching You || H I A T U S ||
FanfictionBae Irene. Gadis yang memiliki sebuah rahasia besar mulai terbelenggu dengan kehidupannya. Menjadi sekretaris kepercayaan sejak dulu seakan membuka celah bagi Irene untuk mencoba menjalan kehidupannya senormal mungkin. Semuanya berjalan dengan baik...