[1] Kenyataannya

21.9K 894 2
                                    

Luka ini tidak akan pernah sembuh. Apalagi saat takdir menimpanya dengan kenyataan pahit yang baru.

 Apalagi saat takdir menimpanya dengan kenyataan pahit yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini langit tengah bergemuruh hebat di luar sana. Dibarengi dengan kilat dan hujan yang turun dengan deras sehingga menciptakan kabut putih.

Untuk kesekian kalinya, pukulan itu mendarat di rahang seorang cowok berambut hitam yang sudah terkapar lemas di lantai dengan wajah babak belur.

"PAPA NGGAK PERNAH MENGAJARKAN KAMU UNTUK BERBUAT HAL MENJIJIKAN SEPERTI ITU, GENTA!!"

Bugh!

Satu pulukan lagi cowok bernama Genta itu terima. Genta memejamkan matanya saat matanya memburam. Tubuhnya terasa kebas dan sakit disana-sini.

"Mas, udah. Genta udah nggak berdaya." Seorang wanita paruh baya memegang tangan suaminya agar berhenti memukul Genta.

Sebagai seorang ibu, kekecewaan yang ia rasakan lebih besar dari siapa pun. Ina tidak pernah sekali pun membayangkan hal ini akan terjadi.

Genta memperkosa seseorang.

"ANAK NGGAK TAU DIRI KAYAK DIA PANTAS MENDAPATKAN INI SEMUA! DIA SUDAH BIKIN MALU KELUARGA PRADIPTA!!"

"Tapi udah, Mas. Aku mohon." Suara Ina berubah lirih.

Bagaimana pun Genta membuatnya kecewa, ia tidak tega jika harus melihat Genta babak belur seperti ini. Ina tidak ingin Genta mati konyol sebelum mempertanggungjawabkan apa yang telah dia lakukan.

Damar menarik kerah baju Genta, membuat Genta tertarik begitu saja tanpa bisa melawan. Laki-laki paruh baya itu menyeret Genta keluar, mengabaikan jeritan istrinya yang memintanya berhenti.

"Pergi kamu dari sini. Cari perempuan yang sudah kamu hamili itu dan tanggung jawab, Genta!"

Genta dengan susah payah bangkit sebelum Damar menendangnya lebih jauh lagi.

"Dia Eleanor."

Hanya itu yang keluar dari mulut Genta. Ia tidak punya banyak tenaga untuk melakukan hal lebih.

Dua kata yang keluar dari mulut Genta cukup untuk menambah kekecewaan yang sebelumnya ia buat. Dan itu membuat Ina terduduk lemas di ambang pintu.

Eleanor, gadis yang tinggal di sebrang rumah mereka. Anak dari seseorang yang Damar dan Ina hormati.

Damar siap melayangkan pukulannya untuk Genta. Tapi sebelum itu terjadi, Ina terlebih dulu menghentikannya dengan memeluk kaki Damar dan memohon.

"Berhenti, Mas." Ina menggeleng. "Jangan sakiti Genta lagi."

Damar menghela napasnya kasar. Ia berjongkok untuk menenangkan istrinya.

"Genta anak kita tidak seperti itu, Ina."

Ina menggeleng samar. "Genta, dia anak kita, Mas. Tolong jangan sakiti Genta lagi," ujarnya. Wanita itu kemudian beralih menghampiri Genta yang mencoba untuk tersadar dan membuka matanya.

Our RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang