Chapter. 12

156 22 0
                                    









"Baiklah, aku siap belajar!" Rika membungkuk secara formal pada Ieyasu saat mereka sudah berdiri di tempat latihan di belakang istana.

"Bagus." Ieyasu menjawab dengan ekspresi yang sama.

Seperti yang aku bayangkan, dia sepertinya tidak benar-benar bersemangat dengan hal ini.

Rasanya baru kemarin di putuskan, bahwa Ieyasu akan mengajari Rika dalam hal memanah.




..."Panah. Aku setuju untuk mengajarinya memanah. Jadi... jika kau tidak keberatan bekerja keras, aku bersedia melatihmu dalam hal itu."

"Bagus! Aku tidak sabar untuk memulainya, Ieyasu-sama!"

"Uh—" Ieyasu kehilangan kata-kata saat mendengar jawaban Rika yang tidak terduga itu. ...






Aku tahu sebenarnya dia hanya menyarankan hal itu saja karena dia pikir aku akan menolaknya, tapi faktanya kesempatan ini terlalu bagus untuk di lewatkan!

Rika mengikat lengan yukata panjangnya ke belakang dengan tali dan kemudian dia sudah bersiap untuk mulai berlatih.

Aku tidak hanya akan belajar membela diri, ini juga adalah kesempatan sempurna untuk mulai merobohkan tembok di antara kita, Ieyasu!

“Jadi, apa kita sudah bisa memulai dengan menyiapkan peralatan kita?” Rika menarik busur yang di kirimkan oleh Hideyoshi untuknya dari sarung kulitnya. "Whoa—ini jauh lebih panjang dan lebih berat dari yang kukira."

Sepertinya, ini sama saja dengan aku yang mencoba untuk mengangkat beban saat melakukan gym.

Setelah menguji berat busur, Rika meraih anak panahnya.

"Tunggu." Ieyasu mengulurkan tangannya dan mengambil anak panah itu sebelum Rika sempat menyentuhnya. “Apa kau serius ingin berlatih?”

"Hai. Nande?"

“Aku benar-benar tidak mengerti apa tujuan akhirmu memang disini. Pertama, kau membantu pekerjaan rumah untuk mencoba mendapatkan tanggapan baik dariku dan sekarang kau mengatakan jika kau ingin belajar memanah? Kenapa kau kau terlihat sangat bersikeras untuk mengejarku?"

Itu sangat mudah.

"Mungkin kau menganggap semua yang kulakukan ini hanya usil, Ieyasu---tapi kalau kita tinggal di bawah satu atap, aku juga ingin mengenalmu." Rika menjawab dengan kata-kata dan nada yang sangat mantap.

"Sudah kubilang aku tidak ingin berteman. Kenapa kau tidak sadar juga kalau kau itu sebenarnya bukan tamu disini, kau itu tetap di tahan sebagai tahanan?"

"Aku tahu itu. Tapi aku tetap ingin mengenalmu. Suka atau tidak, kita sedang berada dalam situasi seperti itu sekarang. Bukankah akan lebih canggung bagi kita berdua jika kita tidak mencoba untuk akur satu sama lain, sedangkan kita akan bertemu setiap harinya?"

Secara pribadi, menurutku... Ieyasu sangat menarik—bukan karena sebenarnya aku memang menyukainya, tapi—aku yakin dia juga akan benci jika aku mengatakan hal itu padanya secara langsung.

Ieyasu menatap kosong ke arah Rika sejenak. Namun, ketika Rika baru saja akan melanjutkan kata-katanya, Ieyasu akhirnya angkat bicara.

"Aku hanya tidak memahaminya." Ieyasu mengarahkan pandangannya ke bawah. Bulu matanya yang panjang tampak sedikit bergetar, menimbulkan bayangan di pipinya.

Apa dia baik baik saja?

"Jika aku jadi kau, aku hanya akan diam dan menunggu waktuku. Dan ketika aku akhirnya di bebaskan, aku akan membalas dendam dengan manis pada para penculikku."

Ikemen Sengoku - Travel Time in Sengoku World (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang