13 tahun berlalu dan aku masih tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Aku Lintang Rananta hidup seorang diri,sebatang kara. Tapi setidaknya aku masih beruntung dari orang-orang dipinggir jalan. Aku masih bisa tinggal di sebuah kontrakan kecil,kuliah dengan beasiswa di universitas ternama,dan bekerja di sebuah perusahaan majalah yang tidak terlalu besar,sebagai tim editor. Tapi asal kalian tahu,aku tak pernah bahagia dengan hidupku ini.
Bangun,ke kampus,ke kantor,dan kembali lagi kerumah. Itu yang kulakukan selama 2 tahun belakangan ini. Teman? Hahaha jangan berharap,mereka menganggap ku teman,tetapi tidak denganku. Trauma yang begitu dalam membuatku enggan mempunyai teman dekat.
"Hey,kenapa lo ngelamun terus? Lamunin gue yaa"goda salah satu teman kantorku.
"Geer banget lo" . Jawabku ketus.
"Hahaha emang enak lo. Lo kasih Lintang emas 25karat juga dia ga bakalan mau sama lo. Ya ga lin?." Tiba-tiba Tasya juga ikutan nimbrung dalam percakapan ga jelas ini.
"Terserah lo deh." Aku menjawab tak bersemangat
"Ahh lintang mah ga seru. Eh,gue punya berita penting nih. Kayaknya kita harus cepet-cepet cari side job. Kalian tau ga kalo perusahaan ini bakalan dibeli sama pengusaha kaya raya. Untung kalo dia masih mau memperkerjakan kita disini."
Tasya mulai bergosip ria. Aku hanya setia mendengarnya. Tetapi sibuk dengan pikiran ku sendiri. Kalo memang benar perusahaan ini akan dijual,aku harus bekerja dimana? Makan dengan apa? Membayar kontrakan pake apa? Tuhan tolong,aku tau aku jarang beribadah,tetapi kali ini please tolong aku.
"Lin..lintang..lintangggggggg" teriak Tasya.
Deggg. Sejenak aku teringat dengan nada panggilan itu. Seperti memori film yang kembali berputar di otak ku. Tidak tidak,jangan sekarang.
"Hhaa? Ha kenapa?". Tanyaku gugup
"Lo kenapa sih lin? Kok jadi keringetan gitu? Disini kan dingin bgt. Mana diluar lagi hujan." Kata Herman heran padaku.
"Nggg ngga ga papa. Gue pulang duluan ya. Nih,editannya ada di flashdisk gue."
Aku pun dengan secepat kilat (agak lebay sih) lari dan menyusuri lorong kantorku ini. Sampai aku pun tak sadar telah menabrak seseorang.
"Maaf maaf." Hanya itu yg mampu kuucapkan.
"Hhh... pria itu hanya mengeluarkan umpatan kecil yang aku pun tak bisa mendengarnya. Umpatan itu terhenti saat dia melihatku. "Kauuu....katanya sambil meneliti tubuhku dari atas sampai bawah.
Aku tak ingin terjadi apa-apa. Berhubung kami cuma berdua di lorong ini. Aku segera lari meninggalkan pria itu dengan cepat. Menantang hujan yg sedang deras-derasnya mengguyur kota metropolitan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's only you
Romance"Lintang Lintang.... lintangggg. lama banget sih kamu."gerutu anak lelaki yg masih berumur 7tahun itu.