Mysha || 42

306K 15K 157
                                    

"Mau ngelepasin susah, rasanya, ada yang ganjel."

-Mysha Adeline Shunie
🐠




Sekitar sepuluh menit Mysha berada di dalam mobil bersama Erlangga dan juga Yara. Gadis itu berbicara sesekali, kali ini tidak banyak bicara karena ia tau Yara menjadi benci padanya. Gadis itu memang berhak mendapat perlindungan dari Erlangga, Mysha tau itu.

Mysha melihat Yara selalu saja memegangi kepalanya, lalu bertanya, "lo kenapa?" tanya Mysha.

"Sak–sakittt.." jawab Yara.

Erlangga yang mendengar itu langsung melajukan kecepatan mobil yang lumayan kencang dan menuju ke rumah sakit.

Setelah sampai, Mysha segera turun dari mobil dan memanggil para tenaga medis untuk membawakan brankar untuk Yara.

"Pelan-pelan, Sus." ujar Mysha saat tubuh Yara mulai diangkat dari mobil.

Para tenaga medis mulai mendorong brankar Yara menuju ke UGD. Erlangga menghela nafasnya gusar, cowok itu bolak-balik di depan ruang dimana Yara ditangani. Mysha yang melihat itu langsung menyuruh Erlangga duduk.

"Duduk, Lang. Percaya sama gue kalo semuanya baik-baik aja." kata Mysha menenangkan.

Erlangga pun menurut, ia duduk disamping Mysha seraya mengatupkan kedua tangannya, bibirnya tidak berhenti bergerak seraya merapalkan doa untuk Yara.

Setelah sekitar setengah jam Yara ditangani, akhirnya beberapa tenaga medis keluar dari ruangan Yara.

Erlangga dan Mysha sontak bangkit, "Gimana, Dok keadaannya?" tanya Erlangga.

"Kondisi pasien sangat lemah, apa anda sudah menghubungi keluarga pasien?" tanya Dokter yakni bernama Andieni.

"Belum, Dok." ucap Erlangga.

"Tolong kabari secepatnya keluarga pasien, saya ingin berbicara dengan orang tuanya." kata Dokter Andieni.

"Baik Dok." ujar Erlangga.

"Sha, bisa tolong kabarin kontak yang namanya Tante Anisa dihandphone gue?" tanya Erlangga.

Mysha mengangguk, "Sini hapenya." kata Mysha.

Erlangga langsung memberikan ponselnya kepada Mysha. Setelah itu, Erlangga masuk kedalam ruangan diikuti oleh Mysha.

"Assalamualaikum, Tante.."

"Waalaikumsalam, Erlangga? kok suara cewek?"

"Ah.. Emmm.. Ini.. Saya Mysha Tante, temennya Erlangga dan Yara. Saya mau ngasih tau kalo Yara masuk rumah sakit Tan,"

"Astaga yaampun, share lokasi rumah sakitnya sekarang, Tante segera kesana. Terimakasih ya Mysha.."

"Sama-sama Tante."

Bau khas obat-obatan menyeruak diindera penciuman Mysha. Mysha sangat terharu melihat kondisi Yara saat ini, gadis itu benar-benar butuh dukungan saat ini. Apalagi, dari Erlangga. Orang yang Yara cintai.

Erlangga menggenggam tangan Yara kuat, membawa tangan mungil itu dalam dekapannya. Lalu, setelah itu ia mengusap kepala Yara. Ah Mysha jadi benar-benar merasa bersalah akibat insiden tadi.

"Lang, gue.. gue minta maaf." kata Mysha.

"Kenapa?" Erlangga menoleh.

"Gara-gara gue.."

"Ini bukan salah lo. Ini salah gue." potong Erlangga.

Mysha diam tertunduk, gadis itu menghela nafasnya sejenak.

"Lo bisa ceritain sedikit tentang Yara?" tanya Mysha pada Erlangga pelan-pelan.

"Dulu, waktu umur gue lima tahun, gue dipertemuin sama Yara. Waktu itu, Yara lagi sama nyokapnya, bokapnya Yara udah gak ada. Dan saat itu, Tante Anisa minta tolong sama gue buat nemenin Yara main sampe akhirnya gue terus bareng sama Yara."

Mysha masih setia mendengarkan.

"Gue selalu sama Yara, gue anggep dia seorang adik. Gue selalu jaga dia, sampe ada orang yang berani buat dia nangis, gue sangat marah."

"Dua tahun kemudian, Yara divonis penyakit Kanker Leukimia. Gue bener-bener terpukul, walau gue gak ngerti apa penyakit itu yang jelas gue tau itu penyakit mematikan karena Yara sampe dikirim ke luar negeri buat berobat."

"Waktu umur gue empat belas tahun, gue dipertemuin sama cewek, namanya Salma. Dia cewek yang nemenin gue disaat Yara gak ada disamping gue sampe akhirnya gue tau dan sadar kalo gue suka sama dia. Dia selalu ada buat gue, dia selalu nemenin gue disaat gue sedih, intinya, dia selalu ngisi hari-hari gue."

"Ya walaupun umur gue masih sekecil itu, tapi ya gak bisa dipungkiri kalo gue punya perasaan sama dia. Seiring jalannya waktu, rasa sayang gue makin lama makin besar ke Salma. Dia bener-bener cewek yang selalu ada buat gue. Saat menginjak kelas sepuluh, nyokap gue dan nyokap Salma mutusin buat jodohin gue sama Salma. Gue setuju, begitupun Salma."

"Salma.. Dia anak baru itu?" tanya Mysha pada Erlangga.

Erlangga mengangguk, "Iya."

"Lanjut." kata Mysha.

"Dan akhir kelas sepuluh, gue sadar, kebaikan Salma selama ini punya tujuan. Salma dan keluarganya cuma memanfaatkan keadaan. Mereka manfaatin keluarga gue saat itu dan akhirnya gue mutusin buat gagalin perjodohan ini."

"Gue sempet rapuh, sampe akhirnya gue dapet kabar kalo Yara balik ke Indonesia. Gue seneng, dia sembuh dari Leukimianya. Tapi, setelah enam bulan Yara bebas dari penyakitnya, dia mengidap gagal ginjal."

"Gue gak tau apa yang harus gue lakuin saat itu juga. Antara seneng Yara balik, sama sedih nerima kenyataan bahwa Yara.."

Mysha mengusap punggung Erlangga, "gak usah dilanjutin kalo gak kuat, gue ngerti gimana ada diposisi lo Lang."

"Dan disaat Yara balik, Salma juga balik, minta untuk meneruskan perjodohan ini dan dia juga minta maaf sama gue dan keluarga gue."

"Lo terima?" tanya Mysha.

Erlangga menggeleng, "Gue mau fokus sama Yara." ucap Erlangga.

Mysha bungkam. Ah ternyata Erlangga memang benar menyayangi Yara lebih dari apapun.

"Jadi, saat ini Yara butuh pendonor?" tanya Mysha.

"Iya." jawab Erlangga.

"Gue bakal bantu. Kalo gue nemu, gue langsung hubungi lo." kata Mysha.

"Makasih banyak, Sha." kata Erlangga.

Mysha tersenyum tulus, "Sama-sama. Yang kuat Lang, jangan berpikir yang engga-engga buat Yara. Doain buat kesembuhannya, gue yakin Allah adil ngasih kebahagiaan umatnya." kata Mysha.

"Gue pun bakal hati-hati mulai sekarang kalo tentang Yara." kata Mysha lagi.

"Thanks."

וו×

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN🌼

MYSHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang