Hari 2

58 7 0
                                    


Hari menunjuk pukul satu dini hari. Aisyah terbangun dari tidurnya. Perutnya terasa sangat sakit. Aisyah terus saja memegang perutnya sambil mengaduh kesakitan. Ingin sekali Aisyah mengambil ponselnya dan menelefon ummi. Tapi diurungkan niatnya.
Dengan sisa tenaga yang ada, Aisyah berusaha untuk berdiri. Di bukanya pintu kamar dengan perlahan.

Diluar terlihat begitu sepi. Tidak ada orang satupun. Dan kamar yang ditempati Aisyah adalah kamar tamu yang jauh dari kamar para santriwan ataupun santriwati.

Aisyah lalu berteriak meminta tolong sembari memegang perutnya. Percuma. Tidak ada orang yang mendengar teriakannya. Suara Aisyah semakin mengecil. Perutnya semakin sakit. Aisyah pun terduduk didekat teras masih dengan memegang perutnya yang semakin melilit.

Aisyah kembali berteriak meminta tolong. Sama saja. Tidak ada satu orangpun yang mendengar. Badannya semakin lemas. Perutnya semakin melilit. Ditengah kesadarannya, Aisyah berdoa dan meminta tolong kepada Allah. Selesai berdoa, tiba tiba seseorang menghampiri Aisyah. Melihat itu, Aisyah berterima kasih dan setelah itu dia tidak sadarkan diri lagi.

...............................

"Aisyah"
Aisyah perlahan membuka matanya dan melihat seseorang yang baru saja memanggil namanya.

"Kamu tidak apa apa?" Seseorang itu adalah Peny. Matanya begitu cemas melihat Aisyah yang terbaring di kasur rumah sakit.

"Ngak apa apa kok pen." Aisyah hanya bisa tersenyum. Kondisi fisik Aisyah masih melemah.

"Alhamdulillah." Peny terlihat begitu lega "Kalau begitu aku panggil Ummi dulu ya"

"Ummi?" Aisyah memengang tangan Peny dengan penuh pertanyaan sehingga menghentikan langkah Peny.

"Iya, Ummi Salma. Tadi ummi datang ke kamar aku dan memberitahu kalau kamu masuk rumah sakit makanya aku buru buru datang ke sini." Peny menceritakan panjang lebar.

Untunglah, aku pikir peny menelefon ummi. Untuk sementara aku tidak ingin menemui abi ataupun ummi. Tapi??
Kalau peny datang kesini karena diberitahu lalu siapa yang telah menyelamatkanku?
Apakah Ummi yang berusaja di bilang Peny?

"Hei." Peny membuncahkan lamunan Aisyah. Aisyah yang tersadar dari lamunannya langsung melihat ke arah Peny "Kok melamun sih?"

"Oh, ngak kok" Aisyah pun tersenyum kearah Peny.

"Kalau begitu, aku panggil ummi dulu ya." Peny pun keluar dari ruangan sehingga meninggalkan Aisyah sendiri.

Beberapa menit kemudian datanglah Peny dengan seorang wanita paruh baya.

"Hallo, bagaimana keadaanmu?" Wanita paruh baya itu mengusap kepala Aisyah dengan lembut.

"Udah baikan kok ummi." Aisyah tersenyum kepada wanita paruh baya itu.

"Kamu Aisyah ya, anak dari Kyai Abdullah?" Wanita paruh baya yang berumur sama dengan umminya itu menatapnya lamat lamat. Mendengar pertanyaan itu, Aisyah hanya bisa tersenyum dan mengangguk.

"Kalau begitu kamu istirahat dulu ya ummi sama Peny keluar dulu." Wanita paruh baya itu lalu memegang tangan Aisyah.

Aisyah mengangguk setuju walaupun dia ingin bertanya kepada ummi siapa yang telah menyelamatnya tapi kondisinya masih lemah dan dia memutuskan untuk beristirahat.

.

Sekitar jam setengah empat, Aisyah terbangun dari tidurnya. Dia memutuskan untuk sahur dia tidak ingin tidak berpuasa karena masalah kecil seperti ini. Saat ingin membuka pintu kamar saat itulah dia melihat orang yang sangat dia kenal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Assalamualaikum Hyun Ki OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang