Bab 2 : Dean

7.1K 569 32
                                    

Aku tidak tahu kalau membantu seseorang akan berujung masalah. Dan sekarang, disinilah aku sedang berada di kantor keamanan bandara dan sedang dimintai keterangan.

"Kau bilang, kau seorang dokter? Apa yang kau lakukan kepada penumpang VIP itu sudah sesuai kebijakan? Bolpoin? Kau bercanda?" tanya polisi itu padaku dengan sedikit membentak, dia pikir aku ini tuli.

"Aku memang seorang mahasiswi kedokteran." aku balas sedikit membentak.

Aku kesal kenapa mereka memperlakukanku seperti ini, padahal aku ini pahlawan. Seseorang kembali hidup karena tanganku.

"Kau tau siapa yang kau tangani tadi?" aku menggeleng. Mana aku tahu, apa aku harus menanyakan dulu identitas seseorang saat dalam keadaan mendesak?

Bayangkan itu saat aku bertugas di IGD, sudah berapa nyawa yang akan menghilang sebelum aku selesai mewawancarai mereka.

"Dia Dean Walington, cucu Charles Walington. Dan jika terjadi sesuatu padanya, kau bisa mati!"

"Oh Tuhan! Kalian ini berlebihan. Siapapun dia, harusnya dia berterimakasih padaku sekarang!" aku tak tahan lagi dan membawa tas ku berdiri lalu pergi dari ruangan itu.

Pihak keamaman memanggilku lagi tapi aku tidak menggubris mereka. Namun ketika aku berjalan pergi, dua orang berpakaian hitam berjalan dari arah berlawanan menghadangku dan menghalangi jalanku.

"Permisi!" Aku menyentak mereka supaya pergi, tapi mereka tetap berdiri d hadapanku. Aku kesal dan mengalah saja mencoba berjalan ke arah lain.

"Tolong ikut kami!"

Salah satu dari mereka menghalangi langkahku, dan berbicara dengan nada datar namun mengancam.

"Siapa kalian?"

"Bos kami, dia ingin bertemu dengan anda."

"Bos?!"

"Yang anda tolong di dalam pesawat."

Aku menoleh ke arah petugas bandara tadi, sambil menyeringai mengejek mereka. Kemudian, aku ikut bersama dua orang ini.

Orang yang sudah aku tolong pasti akan berterimakasih padaku. Dan siapapun dia, yang ada dalam pikiranku sekarang adalah, seberapa banyak imbalan yang akan aku dapatkan. Oh! aku tak bisa menahan senyumanku karena memikirkannya.

Aku tiba di sebuah klinik di dekat bandara dan aku di buat heran melihat betapa sepinya susasana disini.

"Silahkan masuk!" Salah satu pria yang lebih pendek membukakan pintu ruangan dan aku masuk ke dalam.

Pria yang aku tolong tadi duduk di atas ranjang menatapku dengan wajah pucat, tangannya sudah di infus dan dadanya sudah di balut perban. Dan bagaimana bisa ia duduk seperti itu? Jiwa dokterku muncul, membuatku sedikit cemas.

Saat aku berjalan mendekatinya, tatapannya begitu dingin padaku.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Buruk!" jawabnya tegas, membuatku takut.

"Ada keluhan? Harusnya kau pergi ke rumah sakit besar dan mendapatkan perawatan." Aku mengamati luka di dadanya.

"Harusnya kau tidak menolongku." timpalnya.

Aku terdiam lalu menatap kembali wajahnya, matanya masih menatapku dengan tatapan yang sama.

"Kau? Apa kau berniat bunuh diri?" aku bertanya ragu.

"Dan kau menggagalkannya."

"Oh Tuhan, betapa sia-sia nya ilmu yang aku dapatkan jika akan tau seperti ini."

I Am Drugs [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang