n

454 85 4
                                    

"Hyung." Panggil Bomin di tengah kesibukannya membuat kopi.

"Apa?" Balas Xiao dingin, tidak seperti biasanya.

"Aku sepertinya menyukainya."

Xiao yang tadinya biasa saja, langsung terkejut. "Kamu serius? Pertemuan minggu kemarin bagaimana? Apa yang kalian bicarakan?"

"Iya. Minggu kemarin dia sempat bertanya padaku, apakah aku sedang menyukai seseorang atau tidak."

"Lalu? Kamu balas apa?" Tanya Xiao antusias.

"Aku bilang tidak. Padahal sebenarnya aku bingung, apa aku benar-benar menyukainya atau hanya perasaan biasa." Jawab Bomin.

"Lalu? Sekarang apa?"

"Aku mengajaknya bertemu minggu depan, ingin menyatakan perasaanku. Aku-

"Apa ini? Seorang Choi Bomin menembak seorang gadis? Wah. Narkoba jenis apa yang kamu konsumsi, hah? Bangun. Ini bukan dirimu." Xiao menyenggol bahu Bomin kencang.

"Hyung, aku serius! Aku tidak ingin terlambat. Aku..."

"Apa kamu sudah benar-benar yakin? Kamu punya waktu seminggu untuk memikirkannya kembali sampai matang. Aku cuma takut kamu kecewa kalau dia menolakmu, masalahnya kamu belum pernah ada pengalaman dengan cinta. Itu saja."

Bomin termenung. Setengah hatinya membenarkan ucapan Xiao, namun sisanya mengatakan bahwa dia sudah benar-benar yakin dengan pilihannya.

"Maaf. Aku cuma ingin mengingatkan bahwa jangan terlalu terburu-buru." Xiao menepuk-nepuk bahu Bomin sebelum keduanya kembali bekerja.



"Kamu harus pilih salah satu dari mereka. Kamu tidak boleh egois."

Naeun menghela nafasnya. Tatapannya sekarang sayu, tidak seperti biasanya. "Tapi, siapa yang harus aku pilih?"

"Kamu lebih dekat dengan siapa di antara mereka berdua? Siapa yang kamu tau lebih banyak? Dan siapa yang lebih membuatmu bergetar?"

"Ung.. Aku bingung. Keduanya sama bagiku."

"Tidak ada yang sama, Naeun. Hanya saja kamu tidak tau apa perbedaannya. Cari tau segera agar kamu tidak salah pilihan." Ucap Jungeun sebelum memijat pangkal hidungnya.

"Aku tidak tau bahwa akan serumit ini. Aku rasanya ingin memutar balik waktu, dan menolak habis-habisan tawarannya untuk mengantarku pulang."

"Lalu, kenapa setelah itu kamu masih datang ke Cafe?" Pertanyaan Jungeun cukup menusuk hati Naeun.

"Aku.. Aku...."

"Kamu penasaran dengannya kan? Dari awal sebenarnya kamu sudah jatuh padanya, makanya kamu menerima tawarannya dengan senang hati."

Naeun meringis. "Tapi aku.."

"Kamu cuma tidak sadar, Naeun. Kamu harusnya sadar, saat itu kamu sudah jatuh hati pada seseorang. Harusnya kamu mempertahankan rasa itu." Jungeun sudah seperti ibu yang sedang memarahi anaknya.

Naeun membeku. Semua yang Jungeun ucapkan itu benar. Dan sekarang, dia bingung harus memilih siapa.

"Saranku, pilihlah yang seumur denganmu." Ucap Jungeun sambil tersenyum.



Dah mau lastchap nih uwu

Btw napa typing gue aneh bgt sih di chap ini :(

𝗔 𝗖𝗨𝗣 𝗢𝗙 𝗖𝗢𝗙𝗙𝗘𝗘 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang