Terpuruk

71 6 0
                                    

Apalah daya aku hanya bocah yang tak berguna.

Mengapa berpikir demikian?

Flashback

Dimataku kudapati pandangan yang sudah melebihi dari apa yang seharusnya kupandang.

Tak seorangpun tau, tak seorangpun paham seperih apa pandangan tak mengenakkan terbayang lepas diotakku.

Tak peduli apa yang dikatakannya, hingga aku memilih mengabaikannya.

Keyakinan dan keseriusannya selalu ku ragukan.

Sungguh dia tak berniat apapun kecuali hanya untuk memperdulikanku.

Ya.. Aku payah, aku telah mengabaikan kata-katamu.

Bahkan kau rela menemuiku hanya untuk menanyakan kabarku dan melihat senyumku.

Ini tak mungkin aku pasti sedang bermimpi, lalu kutampar pipiku dengan tangan kananku, namun.. Ini nyata.

Tidak diragukan lagi, dia terbaring melemah di atas ranjang dan wajahnya.. Kenapa dia menutupnya dengan kain putih, ahh.. dia mungkin ingin bermain petak umpet, ya kan?

Kuberanikan melangkahkan kakiku agar bisa ku pastikan dia hanya bercanda. Aku terus berjalan hingga tepat saatku berhenti dan merundukkan kepalaku.

Kulihat tangannya yang pucat dan dingin seperti ingin memutih. Kubuka kain putih yang menutupi wajahnya lalu kudapati wajah seorang yang sangat kukenal. Dia tak lebih dari bocah yang selalu kuabaikan.

Sungguh penyesalan yang kurasakan sekarang. Dan mengapa dia tak memberitahuku tentang apa yang dia pendam terhadapku?

Aku jahat, aku bodoh bagaimana bisa aku telah membunuhnya selama ini. Bahkan dengan sisa hidupnya dia hanya membuat buku hariannya yang kucuri dari loker kelasnya.

Aku tak bisa berpura-pura dengan topeng tak berguna ini, aku tak mengira akan meneteskan air mata untuk pertama kali untuknya.

Ini tak boleh terjadi, dia harus bangun dan menanyakan kabarku untuk terakhir kali.. Dan dia harus mendengar bahwa aku akan menjawab pertanyaannya, tapi kumohon buka matamu dan berikan senyuman untukku.

Dia sungguh tak berniat membuka matanya, tolong beri aku kesempatan untuk kembali menanyakan kabarmu agar aku bisa mendengar suaramu..,"Pliss bangun, gue gak akan mengabaikan lo lagi, gue janji" kataku dengan tangisan yang tak terkontrol.

"Situ laki kan, setidaknya pamitan dulu ke gue, gue mohon.. Jangan tinggalin gue"

Dan aku pun merasa pusing, pandanganku mulai kabur dan terakhir kali yang aku lihat adalah cahaya lampu yang mati.

~Dia hanya perlu mengungkapkan, baru meninggalkan

JURNAL KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang