"Siram dia dengan air panas."
Perintah seorang Jenderal terdengar samar-samar oleh Wonwoo. Sudah tidak dapat ia hitung berapa kali penyiksaan yang ia alami. Dihajar, dicambuk, disiram air panas dan bahkan perutnya ditendang hingga makanan yang diberikan oleh mereka keluar dari dalam perutnya.
"Siksa dia hingga dia mengeluarkan semua informasi yang kita butuhkan tentang negara mereka."
"Tapi Pak ini sudah hari kesepuluh dia tidak berkata apa-apa pun. Yang ia katakan hanya kucing-kucing saja."
Wonwoo memandang lemah Jenderal tentara Korea Utara yang berada di depannya. Janji yang ia ucapkan mengenai rahasia negara tidak akan ia ucapkan walau nyawa pun sekalian. Ia rela memotong lidahnya sendiri hanya untuk negaranya. Sampai kapanpun aku tidak akan mengatakannya. Jennie, maafkan aku sepertinya aku tidak akan bisa kembali, batin Wonwoo.
"Tarik rantai yang terpasang di tangannya," perintah Jenderal tersebut kepada anak buahnya.
"AAAAAARGHHHH."
Wonwoo berteriak. Rasa sakit seperti kedua lengannya yang ditarik seperti akan putus dari tubuhnya. Tubuhnya yang sudah lemah dan tidak ada tenaga membuatnya merasakan rasa sakit yang baru saja ia rasakan. Ia bisa menahan penyiksaan yang lainnya, namun untuk yang kali ini dan pertama ia rasakan tidak dapat ditahan oleh Wonwoo.
Musim semi. Dimana seharusnya kita bertemu kembali di Pulau Cheongsando. Apakah aku bisa bertemu denganmu lagi, Jennie?
Rasa sakit yang tidak tertahankan membuat tubuhnya mati rasa. Sorot matanya mulai melemah, ia bahkan sudah tidak dapat melihat dengan jelas. Semakin buram dan pandangan yang dilihat oleh kedua mata Wonwoo lama kelamaan semakin memutar. Tidak lama Wonwoo jatuh pingsan dengan posisi yang sama, lutut yang menopang tubuhnya.
Byur~
Dua jam pingsan membuat Wonwoo tersadar kembali dengan siraman air dingin. Mimpi bertemu dengan Jennie di bawah sinar matahari yang terbenam diantara bunga-bunga canola di sepanjang daratan Pulau Cheongsando. Hanya Jennie seorang yang berada di dalam pikirannya saat ini.
Aku ingin bertemu denganmu dan memelukmu Jennie. Aku harus kuat, aku harus kuat. Akan ku buktikan bahwa tentara Korea Selatan tidak selemah yang mereka pikirkan. Demi Ayah, Mama dan Jennie aku harus kembali, kembali kepadanya, Wonwoo terus berkata dalam hatinya. Hanya dua doanya kepada Tuhan yaitu bertemu dengan keluarga dan Jennie, kekasihnya.
Wonwoo membuang ludahnya. Ia tersenyum melihat Jenderal yang memerintah anak buahnya untuk menyiksa dirinya. "Sampai kapan pun aku tidak akan mengatakan apa pun. Sekarang yang ku pikirkan hanyalah satu. Kucing-kucing kesayangan ku."
"Siksa dia sampai dia mengatakannya!" perintahnya yang langsung keluar dari ruangan.
🌻🌻🌻
Sudah hari ke berapa musim semi kah ini? Apakah Jennie masih menunggu ku? Wonwoo bertanya dalam hatinya. Sudah hampir satu tahun lamanya ia dikurung dan di siksa.
"Tidak ku sangka dia dapat bertahan selama ini. Apakah Jenderal tidak ingin membuangnya? Kita dapat mencari tentara Korea Selatan yang lainnya."
"Kau benar, Sepertinya Jenderal sedang menyusun rencana barunya. Lihat saja tubuhnya semakin kurus seperti itu. Sungguh hebat dia bisa bertahan. Membuatku penasaran apa yang membuatnya dapat bertahan seperti ini?"
Jennie... Aku ingin bertemu dengan Jennie, hanya satu pintaku saat ini yaitu Jennie, batin Wonwoo.
"Jenderal!"
Wonwoo sedikit mengangkat kepalanya. Ia dapat melihat wajah Jenderal Korea Utara yang tersenyum remeh kepadanya. "Masih tidak ingin mengatakannya?" Wonwoo memilih diam. Tidak ada satu katapun yang ia keluarkan.
Musim demi musim dilalui olehnya. Tidak akan ia menyerah begitu saja dengan semua ini. Seperti yang ia katakan pada musim semi tahun lalu, ia rela memotong lidahnya.
"Apa perlu kita potong lidahmu sekalian?"
Wonwoo mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Jenderal Korea Utara tersebut. Ia memandang tajam ke arah pria tua itu.
"Menantang? Huh!?"
Semakin tajam Wonwoo menatap kearahnya. Ia menantang Jenderal itu, Wonwoo sama sekali tidak takut akan apa yang akan ia hadapi setelah ini.
"Setelah aku pergi dari sini. Kalian hajar dia, kalau perlu potong lidahnya. Biarkan dia menderita untuk tidak dapat berbicara selamanya. Itukan yang dia inginkan, diam selamanya layaknya seperti sekarang."
Wonwoo tersenyum. Sorotan mata tajam dan senyumnya terpampang dengan jelas. Aku berjanji setelah ini aku akan kembali kepadamu, Jen. Baik kondisiku sama, kekurangan atau bahkan hanya tubuhku saja, Wonwoo berkata dalam hatinya. Menguatkan kembali dirinya dan berdoa kepada Tuhan untuk dapat bertemu dengan kekasih hatinya, Jennie.
Tuhan. Bila ini jalan yang kau berikan kepada ku, akan aku lalui. Aku ingin bertemu dengan Jennie, apapun rintangan yang Kau berikan akan aku hadapi, Tuhan. Sekali lagi, aku ingin musim semi menjadi tempat kami bertemu kembali walaupun harus menjadi yang terakhir untuk selamanya.
🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
04/20 CHEONGSANDO ISLAND ✔️ (KJN & JWW)
Fiksi Penggemar[Completed] Sebuah janji yang Jennie dan Wonwoo ucapkan di Pulau Cheongsando. Janji untuk bertemu kembali setelah Wonwoo menyelesaikan kewajibannya sebagai warga negara Korea Selatan, wajib militer. Perasaan tidak menentu Jennie yang mendengar bahwa...