Kringggg! Seorang gadis masih bergelung dengan selimutnya seolah selimut itu menempel padanya. Indera penglihatannya enggan untuk terbuka. Padahal, Jam beker berbentuk kucing sudah berkali-kali mencoba membangunkannya.
"SHEINAA!! BANGUNNN SUDAH JAM SETENGAH TUJUHH!!" Teriakan bak beribu toa masjid menggema di kamar itu yang tak lain teriakan sang Mamah yang sudah geram dengan putrinya. Yap, gadis itu bernama Sheina tepatnya Sheina Agatha Arnoland anak dari pengusaha terkenal di negaranya.
"Iya, nanti sebentar lagi mah" jawabnya serak. Sebenarnya dia gadis yang baik, ramah, sopan,dan disiplin. Tapi karna satu hal semuanya berubah dalam sekejap mata. Buktinya, sekarang ia hanya membuka selimutnya tanpa niatan untuk bangun.
"UDAH, CEPETAN BANGUN!!" teriak sang Mamah lagi sambil memercikan sedikit air ke wajah Sheina.
"Ugghh, lima menit lagi mah, shei masih ngantuk semalem gadang" Sheina merutuki kebodohanya karena ia keceplosan bilang gadang ke mamahnya, semoga mamah nggak dengar,batin sheina.
"Nggada lima menit-lima menit, cepet bangun. Kamu lupa kalo hari ini, hari pertama sekolah?!" Mata Sheina langsung terbuka mendengar itu. Sungguh dia lupa. Tanpa menjawab pertanyaan sang mamah, ia langsung melengos pergi ke kamar mandi.
Tak butuh waktu lama bagi Sheina untuk mempersiapkan semua, karena ia tidak mandi hanya mencuci muka dan gosok gigi saja. Dan itu memakan waktu 15 menit. Waktu yang sangat singkat bukan?
***
Sheina membereskan Rambutnya yang berantakan karena angin. Dia berangkat memakai motor kesayangannya. Ia tak terlalu suka memakai mobil. Sheina bernafas lega karena gerbangnya masih terbuka yang artinya ia tak telat. Ia pun bergegas ke papan pengumuman untuk melihat kelasnya. SHEINA AGATHA ARNOLAND, X IPA 3. Setelah membacanya, Sheina langsung mencari.
X IPA 3
Akhirnya ketemu,batin Shei. Sheina memilih duduk di pojok kedua, intinya tidak pojok* amat.
Selama jam pelajaran dimulai, Shei sangat jenuh. Pasalnya, hanya perkenalan dari setiap guru yang masuk dan perkenalan teman-teman sekelasnya yang ia dapat. Namun, tak ada satupun yang ia ingat. Ia merasa semua namanya sangat susah diingat.
Sheina pulang dengan wajah gusar. Hari ini, ia tak mendapat apapun. Tak ada teman yang mengajaknya bicara. Karena Sheina bukan tipe yang mudah memulai sebuah pembicaraan.
Saat berjalan di koridor, Sheina merasa ada yang mengikutinya. Sheina langsung berbalik dan ia mendapati seorang gadis yang tadi duduk di sebelahnya.
"Ada apa?" tanya Sheina ragu dan dingin.
"kita belum kenalan. Kenalin gue Rania Agustin, panggil Rani" Rani menjulurkan tangannya.
Sheina pun membalas juluran tangan itu. "hmm Sheina" jawab Sheina singkat.
"oh oke. Sorry ya baru ngajak kenalan, gue... Guee malu pas tadi di kelas" ucap Rani menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Sheina hanya mengangguk mengiyakan. "lo pulang sama siapa?" tanya Sheina. Karena melihat raut muka kebingungan di wajah Rani.
"ehmm. Gue.... gue pulang naik angkot. Hehe" jawab Rani canggung.
"lo ikut gue" ajak Sheina.
"eh.. Gausah bentar lagi angkotnya dateng kok" benar saja, angkotnya tiba-tiba sudah bertengger di depan pagar sekolah."yaudah, gue duluan ya Shei. Makasih tawarannya" ucap Rani sambil bergegas menuju angkot.
Sheina hanya mengangguk dan berjalan menuju motornya. Sheina mengumpat kecil karena tak kunjung menemukan kunci motornya.
Sheina bergegas pergi ke kelasnya untuk mencari kunci motornya itu.
Sheina tetap mencari-cari kunci itu karena tak kunjung menemukan. Keringat dingin mulai bercucuran."lo nyari ini?" suara seorang cowo.
Shei berbalik dan melihat kunci itu di tangan cowo itu.
Shei mengangguk dan mencoba mengambil kunci itu dari tangan sang cowo. Namun cowo itu mempermainkannya. Sheina mendengus kesal dan menatap tajam sang cowo.
"Sheina Aghata A." ucap cowo itu mengeja nametag Shei. "Nama panggilan lo? Sheina?" tanya cowo itu sambil meninggikan kunci Shei agar Shei tak bisa menggapainya.
Shei hanya mengangguk.
"lo bisa ngomong gak si?" kesal cowo itu.
"hmm" gumam Shei.
"kunci" ucap shei kesal."gue Reno" Reno tetap tak memberikan kunci itu. "gue... Kayaknya suka lo deh shei"
Sheina memutar bola matanya malas. "GILA!" Sheina memaksa mengambil kunci yang menggantung beberapa meter di atasnya. Ia menarik tangan yang menggantung kunci itu dan yap! Dapet. Sheina langsung melenggang pergi dan pulang.
Sedangkan Reno, masih terkejut dengan omongannya sendiri. Bodoh, kenapa berbicara seperti itu. Itu reflek. Reno tak tahu mengapa mulutnya berbicara seperti itu. Baru kali ini ia berbicara seperti itu. Dan terkesan menggoda cewe itu.
Apakah karena cewe itu dingin tak tersentuh hingga dia penasaran? Yah dia hanya penasaran! Tidak mungkin Reno menyukainya hanya sekali tatap. Ya!, gue cuma penasaran! Gak lebih, batinnya meyakinkan dirinya.
Tak ambil pusing, Reno pulang. Tanpa sadar wajahnya berseri-seri. Seperti ada secercah cahaya yang kembali. Tapi itu apa? Entahlah, sudah sangat lama Reno tak merasakan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only FRIENDSHIP???
Teen FictionKisah seorang gadis yang memiliki pacar tapi entah kemana pacarnya itu, hingga ia bertemu seorang laki-laki yang sangat menyebalkan.