"Baik anak-anak untuk satu minggu awal tahun pelajaran, saya yang akan mendampingi kalian demi terwujudnya kebersamaan dan kekompakkan kelas. Saya yang menjadi walikelas disini jadi ibarat kata saya Ayah kalian di sekolah ini. Bapak harap kalian terbuka akan masalah kalian dengan Bapak. Sebisa mungkin akan Bapak bantu" ucap Pak Tino. Semuanya hening tak ada suara. Mungkin karena masih terlalu baru.
"Jadi agar terhindar dari pengelompokkan murid dalam berteman, terutama cewe-cewe ya. Bapak haruskan kalian duduk satu bangku dengan lawan jenis. Bukan tanpa alasan, bapak yakin kalian paham. Bapak ingin kelas ini bersatu bukan ngegrombol sana ghibah sini nyinyir sana nyindir sini. Itu biasanya karena cewe pada ngegrombol. Jadi bapak kasih kesempatan buat mencari partner kalian sampai jam pelajaran ini selesai" titah Pak Tino.
Semuanya patuh dan mulai mencari partnernya. Hanya Sheina yang berdiam diri. Ia bingung harus apa. Banyak cowo yang menawarkan duduk dengannya tapi ia takut, ia tak kenal, ia takut tak bisa menerimanya sebagai teman, sahabat atau apapun itu. Ia hanya diam saja saat banyak cowo yang menawarkan diri.
Sedangkan Reno ia kualahan karena semua cewe meminta duduk bersamanya. Reno tak suka! Mereka seperti pelacur yang sering ia lihat di Club.
Ups! Tidak semua. Sheina, ya Sheina! Reno berjalan menuju Sheina meninggalkan cewe-cewe yang menatapnya kecewa.
"Hei gue boleh duduk sama lo?" tanya Reno ke Sheina.
Sheina berpikir sejenak. Ia sedikit senang Reno menawarinya karena ya hanya dia yang ia kenal. Sheina pun menyetujuinya.
Reno pun langsung duduk di kursi sebelah Sheina.
"Shei, gue tau dibalik sikap dingin lo. Lo itu periang, ceria, dan ramah. Gue tau pasti ada masa kelam yang lo lalui hingga membuat lo begini. Karena gue juga gitu" ucap Reno lirih.
Sheina nampak terkejut tapi hanya diam saja. Sheina belum siap berinteraksi. Reno memakluminya.
Setelah semuanya mendapat partner masing-masing, Pak Tino memulai mengenalkan guru-guru yang akan mengajar sekaligus mapel yang diajarnya.
Mungkin bagi sebagian orang, itu sangat membosankan. Tetapi lain cerita saat Pak Tino yang memperkenalkan. Dengan sedikit lelucon membuat kelas hari ini lumayan menyenangkan.
Bel istirahat berbunyi membuat Reno
berdiri hendak ke kantin namun terhenti saat melihat Sheina melamun."Shei lo gak ke kantin?" entahlah Reno juga tak tau mengapa ia sangat perhatian ke Sheina.
Sheina hanya menggeleng lesu. Reno sedikit tersenyum, ternyata Sheina masih mendengarnya.
"Shei ayo ke kantin. Gue traktir" ucap Reno berharap Sheina menerima ajakannya.
Shei menatap Reno heran. Lalu merogoh sakunya dan menunjukkan bahwa ia punya uang.
"Shei gue boleh cerita sama lo gak? Gue percaya sama lo, lo gak bakal bilang ke siapa-siapa" Reno memutuskan tak ke kantin menemani Sheina di kelas.
Mendengar itu, Sheina menatap Reno mempersilahkan Reno cerita.
"dari dulu gue gak pernah dapet kasih sayang sama bonyok gue. Selalu saja Kakak gue yang mereka prioritaskan. Kakak gue pinter, ganteng, juara olimpiade matematika dan dia ambil SKS SMA hanya setahun saking pinternya dia. Gak kayak gue, gue cuma orang biasa yang dibilang bodoh kagak pinter juga kagak" curhat Reno.
Jujur saja saat Reno mendeskripsikan Kakaknya, Sheina teringat dengan dia. No! Dia tak sepintar itu, tapi dia punya sepupu yang sepintar itu.
"tapi orang pinter gak cuma di akademis kan? Ya emang kakak gue juara olimpiade matematika, Cerdas cermat Fisika, dan lain-lain. Gue juga juara tp di bidang senimusik dan olahraga tapi bonyok gue gak pernah anggep gue ada. Bahkan dari kecil yang ambil rapot gue itu Pembantu gue" entah mengapa sikap cuek Reno menghilang ketika menceritakannya pada Sheina.
"gue cerita ini cuma mau ngasih tau lo. Setiap orang punya masalahnya masing-masing. Lo boleh bersikap cuek, dingin tak tersentuh. Tapi bukan berarti lo menutup semua celah orang lain yang ingin berinteraksi sama lo. Bagaimana pun juga lo itu makhluk sosial Shei"
"Lo mungkin mikirnya ya cuma lo yang sakit. Cuma lo yang ngerasain. NGGAK Shei. Ada nyokap lo. Nyokap lo pasti sedih banget liat anaknya murung kayak gini. Lo gak kasian sama nyokap lo? Beruntung lo punya nyokap yang sayang sama lo. Gak kaya gue"
Sheina tertegun. Ya Reno benar. Selama ini pasti dia bikin Mamah sedih terus-terusan karena dirinya jarang makan, selalu melamun, seperti sudah tak ada ekspresi di wajahnya. Ya! Dia harus berubah demi Mamah.
"Oke kalo lo belum bisa berinteraksi sama semua temen-temen. Biarkan gue yang jadi sahabat lo. Biarkan gue selalu ada buat lo sebagai sahabat. Biarkan gue jadi tempat sandaran lo"
Sheina menatap lekat mata Reno. Apa ia harus menerima Reno sebagai sahabat barunya?
"yeah. Just bestfriend Shei" ucap Reno meyakinkan.
Setelah memikirkan berbagai pertimbangan akhirnya Sheina buka suara.
"Bantu gue keluar" ucap Sheina seraya sedikit tersenyum.
"Gue bakal bantu lo. Dan melupakan masalah lo" ucap Reno meyakinkan lagi.
"Gue bakal usahain buat balik lagi kaya dulu seolah gak terjadi apa-apa" ucap Sheina.
"Nah gitu dong" ucap Reno semangat.
Setelah itu keheningan melanda di antara mereka berdua. Kebetulan Pak Tino memperbolehkan ke mana pun mereka mau. Karena Pak Tino sedanga ada rapat bersama guru lainnya.
Krukkk krukkk
Reno sangat lapar. Tadi pagi ia tak sarapan. Tapi ia malas ke kantin kalau sendirian.
Menyadari Reno yang memegang perutnya, Sheina berdiri lalu menarik tangan Reno.
"Ayo ke kantin" ucap Sheina tersenyum manis. Dalam sekejap Sheina berubah dan itu karena Reno???
Reno terkejut melihat senyum Sheina. Cantik banget. Gila. "Ternyata lo yang asli itu lucu" ucap Reno jujur.
Sheina senyum tipis menanggapinya.
"Lo duduk sini. Biar gue yang mesen" ucap Reno lalu pergi memesan makanan tanpa menanyakan makanan yang akan dipesan Sheina.
Sheina menatap sekitar. Sedikit rame tapi tak serame saat istirahat. Rame karena teman sekelasnya pada ke sini.
"Shei gue boleh duduk di sini gak?" tanya Rani. Cewe yang kemarin mengajaknya berkenalan.
"boleh" jawab Sheina tersenyum. Lihat! Ini keberapa kali Sheina tersenyum? Setelah semua mimik mukanya hilang.
"Lo ke sini sama siapa Shei?" tanya Rani penasaran.
"Sama Reno" jawab Shei seadanya.
Bola mata Rani membulat sempurna. "Reno yang ganteng banget itu? Yang duduk sama lo kan? Itu dia duduk sama lo, lo yang ajak dia atau sebaliknya?
"dia"
"Wahh gila gila gila. Gimana rasanya?" tanya Rani penasaran
"B aja"
"Loh kok B aja si? Dia tuh bagai pangeran yang ada di kutub utara dan kutub selatan. Sikap dinginnya itu loh bikin para betina meleleh"
"Dia Siapa?"
Deg
Rani menegang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only FRIENDSHIP???
Ficção AdolescenteKisah seorang gadis yang memiliki pacar tapi entah kemana pacarnya itu, hingga ia bertemu seorang laki-laki yang sangat menyebalkan.