•••
Tiga hari berlalu. Hari ini tepat dimana, olimpiade matematika nasional antar sekolah se-Indonesia diadakan. Anneth sudah sangat siap untuk membanggakan sekolahnya, Anneth berharap semoga usahanya belajar dan mempersiapkan semuanya tak akan membuat semua yang mendukungnya merasa kecewa.
"Gimana, Neth? Udah siap?"
Anneth tersenyum, "Udah, Kak. Doain Anneth ya kak. Makasih juga udah mau direpotin dan udah mau ngajarin Anneth."
Prilly mengangguk dan tersenyum, "Sama-sama, cantik. Kakak cuma mau bilang, apapun hasilnya kamu nggak boleh kecewa ya. Semangat, sayang."
"Makasih banyak Kak Prilly." Prilly memeluk Anneth sebentar, Iky yang melihat itu tersenyum. Ia merasa sangat senang, melihat keakraban Prilly dengan adiknya ini.
Anneth mengalihkan pandangan ke mamanya, sebelum Ia masuk ke dalam, "Ma, doain Anneth ya. Anneth janji akan berjuang untuk membuat kalian semua bangga."
"Iya, sayang. Mama akan selalu doain Anneth. Semangat ya anak kesayangan mama.."
Anneth mengangguk, dan kembali memeluk mamanya itu.
"Neth, udah dipanggil tuh. Ayo, masuk ke dalam." Panggil Bu Yasmin, guru yang mendampingi Anneth.
"Iya, Bu. Sebentar ya, Bu." Bu Yasmin pun mengangguk.
"Kalian nanti langsung masuk ke dalam aja yaa. Wa, Jo, Cha, Alde, Iden, Vano, William doain gue yaa. Makasih kalian udah repot-repot kesini demi ngelihat gue."
"Sama-sama, Neth. Semangatt yaaa!" Sorak mereka yang membuat Anneth tersenyum dan mengangguk. Setelah itu, Anneth pun masuk ke dalam bersama dengan Bu Yasmin.
•••
Deven sekarang hanya merenung ditemani oleh buku yang ada didepannya. Dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri, akan berusaha untuk mengubah semuanya, perlahan mengubah pola hidupnya menjadi lebih baik lagi. Mengetuk-ngetuk bukunya, mencari suatu ide, tapi sedari tadi tidak Ia temukan.
"Gimana mau cepat selesai, ini kenapa susah banget nyari lirik yang pas untuk ending lagunya." Cerocos Deven kepada dirinya sendiri.
"Dan kenapa juga gue jadi nggak fokus begini coba? Apa gue salah nolak tawaran Kak Prilly untuk datang ke olimpiadenya Anneth? Tapikan kalau gue datang, otomatis ada Alde. Gue nggak enak sama itu orang, terus gue juga belum ada ngomong sama Anneth semenjak kejadian itu. Arghhh bingung ihhh.." Ujar Deven frustasi memikirkan gadis yang sedari awal berhasil membuatnya tertarik.
Lagi-lagi pikirannya bergemuruh, Ia ingin sekali menyusul melihat Anneth dan mendukung gadis itu, tapi hati dan pikirannya tak sejalan saat ini.
Disaat dilanda kebingungan, handphone Deven berdering dan masuk pesan whatsapp dari Prilly, kakaknya.
Dek, nanti jangan lupa jemput kakak ya. Soalnya mobil kakak mogok. Tolong ya, dek.
Deven berpikir sejenak, kakaknya kan lagi ngelihat Anneth, kalau Deven menjemputnya pasti akan ketemu sama gadis itu. Deven pun mengetik sebuah balasan kepada kakaknya.
Harus Deven nih kak yang jemput? Deven nggak bisa kak. Kakak tahukan apa penyebabnya?
Prilly langsung membalas pesan Deven yang membuat dirinya tak bisa lagi menolak permintaan kakaknya.
Kamu mau baikan sama Anneth kan? Ayo, jemput kakak sekarang. Dan jangan lupa mampir ke toko bunga langganan kakak, ambil bunga pesenan kakak. Itu bunga untuk kamu kasih ke Anneth. Tidak ada penolakannya ya adik ganteng. Buru, kakak tunggu! Kamu hati-hati. Love you..
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Semesta
Ficção AdolescenteJangan dipaksa, jika semesta tidak mengizinkan. Aku hanya takut, akan timbul luka diantara kita - Deven Aku lebih memilih jatuh cinta kepada senja, karena senja tahu cara datang dan berpamitan dengan baik tanpa harus menorehkan luka - Anneth