Takdir

12 0 0
                                    

Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah baru.
Yap, Afiya baru saja pindah sekolah.

Dia bangun sepagi mungkin, sekitar pukul 05.00 an.
Mungkin terlalu pagi, tapi dia sungguh tak sabar pergi ke sekolah barunya. Tak sabar ingin memiliki teman baru, juga suasana baru.

Setelah siap dengan sebuah seragam SMA serta tas ransel baru  berhias motif bunga yang cantik  dia langsung turun dari kamar dan menyapa Mona eyangnya tersayang.

"Pagi eyang"sapanya pada mona
"Pagi juga sayang"

"Semangat benar cucu eyang yang mau sekolah ini"

"Iyalah eyang, udah lama Fiya pengen sekolah. Hehe..."balasnya sambil menyengir.

"Gimana tas baru yang eyang kasih ke kamu?kamu suka?"
"Suka banget eyang,  jadi tambah gak sabar pengen buru-buru pergi ke sekolah"

Mona pun membalasnya dengan senyuman yang begitu manis.

"Sarapan dulu sayang"
"Iya eyang"

Fiya dapat melihat dibalik senyuman Mona ada rasa khawatir.

"Aku bisa jaga diri kok eyang"
"Eyang hanya sedikit khawatir"
"Fiya udah baik-baik aja kok"
"Iya deh, eyang percaya sama kamu"

Fiya pun tersenyum.

"Andai aja cucu eyang ini punya pacar. Kan jadinya ada yang jagain kamu"

"Eyangmah...Fiya kan pengen fokus belajar"balas Fiya sambil memanyunkan bibirku.

"Hehe...abisnya cucu satu ini belom pernah pacaran. Padahalkan kamu itu anaknya cantik, pinter, baik lagi"
"Ah eyangmah bisa aja"

Karena terlalu asik mengobrol dengan sang eyang, tidak terasa jam tangan di tangan Afiya menunjukan pukul 06.15.

"Eh Fiya harus berangkat sekarang eyang, takut telat"
"Yaudah berangkat sana,padahal masih pagi gini"
"Hehe..."

"Pak Agus siapin mobilnya"teriak Mona pada lelaki paruh baya yang sedang mengelap mobil.
"Iya bu"

"Yang, padahalkan Fiya bisa naik angkot atau bis"

"Emang kamu tau dimana sekolahnya?"

"Gak tau sih. Hehe..."

"Buruan sana berangkat gih"

"Iya. Assalamualaikum"sambil mencium tangan Mona.

oOo

Kini Afiya telah sampai di sekolah barunya.

Ia segera melangkah menuju gerbang dengan bibir yang tersenyum senang.

"Akhirnya aku bisa merasakan masa-masa SMA ku kembali"
Gumamnya dalam hati.

"Pagi neng" sapa pak satpam penjaga gerbang.
"Eh, iya. Pagi juga pak"balasnya gugup.

"Murid baru ya?"

"Iya pak, saya murid baru"

"Semoga betah ya neng sekolah di sini"

"Iya pak. Amin..."

"Aww"tiba-tiba ada seseorang yang menyenggolnya, tepatnya seorang lelaki jankung, badanya tegap, dengan tas hitam.
Untungnya saat ini ia masih berdiri dengan kokoh dan tidak terjatuh. Uhhh apa jadinya jika Fiya jatuh pasti sangat memalukan dengan banyaknya para siswa siswi yang berlalulalang.

'Hey, kalo jalan tuh liat-liat donk'
Batinnya.

Entah lelaki itu tidak sadar atau memang sengaja mengacuhkanya. Lelaki itu tidak mengatakan kata 'maaf' sama sekali.Lelaki itu terus berjalan membelah gerombolan siswa siswi lain.

"Sabar neng, diamah kadang-kadang emang suka gitu" kata pak satpam.

"Emang dia siapa sih pak?"tanyanya.

"Entar eneng juga tau"

Afiya bingung,' memangnya dia siapa?' batinnnya.

Akhirnya ia tepiskan pertanyaan itu dan mulai masuk ke sekolah dan mencari ruang guru untuk menanyakan dimana kelasnya.

oOo

Saat perjalanan ke ruang guru Fiya begitu kebingungan, pasalnya banyak sekali lorong - lorong yang membuatnya pusing harus berjalan kemana, dan sedari tadi ia hanya merasa berputar-putar, padahal ia bisa saja bertanya pada seseorang letak ruangan yang tengah ia cari, tapi saat ini ia masih sangat malu dan belum berani bertanya. Akhirnya ia memilih untuk duduk di kursi yang menghadap ke arah lapangan basket dan menonton permainan basket.

"Awas"

Karena saking lelahnya membuat Fiya tak fokus dan tak sadar ada bola yang melambung ke arahnya. Fiya hanya dapat memejamkan matanya ketika bola itu siap membenturnya. Namun, tanpa di duga bola itu berhenti di depan wajahnya dan sebuah tangan menahan bola tersebut. Fiya pun mendongakan kepalanya dan tanpa ia sadari matanya bertabrakan dengan mata seorang lelaki penyelamat hidupnya.

'Matanya indah, buat jantung Fiya deg-degan. Apa dia ditakdirkan buat Fiya?'-Afiya

Dan cerita pun segera dimulai.

Alvino Untuk AfiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang