[6] jujur

296 47 0
                                    

"Sorry telat."

Mark hanya tersenyum tipis ketika Herin tiba dengan nafas yang ngos-ngosan, bisa ditebak gadis itu pasti habis berlari.

Mark mengikuti saran Haechan beberapa hari yang lalu, ia akan jujur kepada Herin. Tentang perasaannya yang mungkin memudar.

Jadilah, tadi pagi akhirnya Mark ngajak Herin ketemuan di taman komplek perumahan Herin.

Kini Mark dan Herin saling duduk bersisian diatas ayunan. Keduanya tidak berbicara beberapa menit hanya terdengar deru nafas Herin yang masih kelelahan.

Setelah beberapa saat akhirnya Mark memberanikan diri angkat suara lebih dahulu. "Capek ya?"

Herin menoleh. "Enggak kok."

Lalu hening kembali.

"Jangan lari-larian kayak gitu lagi, nanti kecapekan."

Mark ingin sekali menutup mulutnya dengan lakban detik ini juga. Harusnya Mark tidak usah mengatakan hal yang terdengar peduli seperti itu. Ia takut Herin akan sakit jika mendengar sebaris kalimat yang jadi tujuan pertemuannya dengan Herin sore ini.

Herin tersenyum lalu menggeleng pelan. "Aku takut kamu kelamaan nunggu, tadi aku sempat ketiduran soalnya."

Mark tidak tahu harus mengatakan apalagi, cowok itu hanya diam berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada Herin.

"Kamu.....mau ngomong sesuatu?" Tanya Herin membuat Mark terkejut namun akhirnya cowok itu mengangguk pelan.

"Aku juga." Ucap Herin membuat Mark menoleh penuh tanya ke arah gadis itu.

"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Mark penasaran. Sekilas terlihat keraguan di mata gadis itu namun Herin buru-buru menyembunyikannya.

"Kamu duluan," ujar gadis itu cepat.

Mark kembali terdiam beberapa saat, setelah berapa lama barulah sepenggal kata itu keluar dari bibir Mark.

"Maaf."

Herin bingung tentu saja, Mark kan tidak ada berbuat kesalahan kenapa cowok itu harus minta maaf?

"Hah? Untuk apa?"

Mark diam lagi namun perlahan arah pandang Mark yang awalnya menunduk menatap tanah kini gantian menatap wajah cantik Herin. Mark tampak ragu sesaat tapi kemudian kembali membulatkan tekat.

Ia harus mengatakannya sekarang juga jika Mark terus mengulur waktu gadis itu akan semakin tersakiti nantinya.

"A-aku....jenuh." ucap Mark patah-patah.

Herin masih menatap Mark tidak mengerti. Cowok itu akhirnya menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya dengan nada yang lebih menyakinkan.

"Aku jenuh sama hubungan kita."

Hanya satu kalimat, lima kata. Berhasil membuat raut wajah Herin berubah sepenuhnya membuat Mark tiba-tiba dirundung rasa bersalah.

Namun nasi sudah menjadi bubur, ia tak bisa menarik lagi perkataannya.

Herin menunduk, menatap kuku-kuku jarinya.

"Satu tahun tiga bulan, waktu yang panjang ya?" Ujar Herin akhirnya setalah diam untuk beberapa saat.

Mark benar-benar bersalah tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mark ikut menunduk menatap sepatu kets yang dikenakannya.

"Iya."

Terdengar helaan nafas Herin. "Mark." Panggilannya membuat Mark kini menatap Herin.

"Aku juga mau jujur."

Mark menunggu kalimat Herin selanjutnya.

"Aku juga......aku juga jenuh."

Lalu keduanya terdiam saling bersitatap satu sama lain, menelusuri jejak kebohongan yang mungkin terpancar dari bola mata namun nihil. Kedua pernyataan sepasang kekasih ini jujur, benar adanya.

°°°


Holaaaa~~~

Udah lama ya Kita ga jumpa 😂 sorry, gue sempat ga mood lanjutin cerita ini karena salah satu part yang gue ketik untuk draft story ini hilang gitu Aja :')

Sakit woi!

Yaudah segini dulu, w mau fokus uts dulu.

See you ❤

Bosan; Mark Lee x Seo HerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang