1.Kehidupan Baru

9 4 3
                                    

1.Kehidupan Baru.

Ceklek. Suara pintu mobil terbuka.

"Non, ngak mau turun?"tanya seorang bapak tersebut.

Sedangkan yang di tanya entah ada di mana pikirannya saat ini. Sedang melamun, tapi entah melamunkan apa.

"Non."ucap bapak itu sekali lagi.

"Hah!"jawab gadis itu dengan nada sedikit kaget.

"Non, tidak apa-apa?"

"Tidak."

"Kalau begitu biar saya antar Non kedalam, mari Non!"ucap bapak tadi.

"Tidak perlu, saya bisa sendiri!"

"Baik kalau begitu, silahkan!"ucap bapak tadi, sambil memberikan jalan untuknya

Tamara Putri Agnesia. Nama seorang gadis yang baru saja keluar dari mobil tersebut.

Ini mungkin adalah awal. Awal yang baru untuk memulai kehidupan barunya yang ada di kota ini.

Dan dia tidak tau benar atau salah pilihannya kali ini. Pergi jauh dari keluarga! Dan hidup kembali dengan sebuah keluarga baru! Sekilas, memang terlihat rumit! Tapi ini memang kenyataannya, hidupnya selalu rumit entah itu dalam hal apapun.

Ini untuk pertama kalinya untuk Ara menginjakkan kakinya di rumah semewah ini. Karna sebelumnya Ara tinggal di desa.

Meski tinggal di desa jangan salah! Bahkan untuk penampilan saja bisa di katakan dia bukan seorang gadis desa. Dari tubuhnya yang ideal, tinggi, berkulit putih bersih, rambut lurus dengan warna coklat terang , yang memang sengaja di warna.

"Kenapa banyak orang ber tubuh besar disini,untuk apa?"batin Ara

"Mereka semua adalah pengawal yang menjaga rumah ini, munkin di depan sudah ada satpam, tapi biar lebih aman kita beri penjagaan yang lebih ketat"jawab seorang perempuan di sebelah Ara. Yang mungkin berumur sekitar 20'an mungkin? Yang entah sejak kapan ada di situ.

"Cenayang atau setan? Kenapa tiba-tiba muncul."batin Ara lagi.

"Saya bukan setan ataupun sejenisnya dan juga bukan dukun"jawab perempuan itu sambil terkekeh.

"Saya tahu, karena dari tadi saya lihat Nona memperhatikan mereka"imbuhnya, sambil menunjuk 2 orang pengawal di depan pintu.

"Siapa?"tanya Ara.

"Siapa?"tanyanya kembali pada Ara.

"Anda!"jawab Ara.

"Perkenalkan saya Alexsa, saya yang akan menjaga anda mulai hari ini."ucapnya dengan senyum manis.

"Di kira saya bocah!"jawab Ara sinis, sambil berjalan pergi dari tempat itu.

Dan di sini tepat di depan pintu utama rumah ini, oh ralat mungkin sebuah istana. Dua orang pengawal membukakan pintu besar itu.

"Selamat pagi Nona."sapa kedua pengawal itu.

Sedangkan yang di sapa bukannya menjawab malah pergi melewatinya begitu saja. Dan di belakangnya sudah ada Alexsa yang membawa kopernya, entah sejak kapan koper itu ada di tangannya Ara tidak peduli.

"Selamat datang sayang, Ayah kangen sama kamu"ucap lelaki itu sambil memeluk Ara.

Herman Leston. Laki-laki paruh baya yang berumur sekitar 40'an. Dia adalah Ayah kandung Ara, yang hampir 15 thn belum Ara kenal. Dan ini untuk kedua kalinya Ara bertemu lagi setelah 1 tahun yang lalu.

"Ayah harap kamu bisa betah tinggal disini"ucap Herman. Sambil melepas pelukannya.

Satu kata yang bisa Ara ucapkan kali ini. Asing! Asing memang, karna sebelumnya Ara tidak pernah melihat mereka semua.

Satu perempuan paruh baya yang mungkin seumuran dengan ibunya, dan dua orang laki-laki yang kemungkinan adik kakak. Siapa? Ara tidak tahu.

"Oh iya, kenalkan dulu ini tante lina. Anggap saja sebagai ibu kamu, panggil saja bunda"ucap Herman, sambil menunjuk wanita di belakangnya.

"Jadi ibu tiri. Oke!"batin Ara.

"Dan yang di sebelah kiri bunda namanya Gavin dia yang bakal jadi kakak kamu, sedangkan sebelahnya Alano dia yang akan menjadi adik kamu."ucap Herman

"Masih pemula dan lo harus bisa ayoo!!"batin Ara menyemanggati dirinya sendiri.

"Iya."jawab Ara.

"Ya sudah, kalau begitu Ayah harus berangkat dulu ke kantor, kalau ada sesuatu yang kamu butuhkan bilang Alexsa dia yang akan menjaga kamu mulai hari ini."jelas Herman.

"Atau Ara bisa minta tolong sama bang Gavin, vin!"imbuhnya, sambil memanggil Gavin.

"Oh iya yah"jawab Gavin.

"Kalau begitu Ayah berangkat dulu."ucapnya sambil mengelus rambut Ara.

"Ara, kalau kamu capek mending kamu istirahat dulu di kamar sayang"ucap Lina.

"Atau ngak mau makan dulu, biar bunda bikinin buat kamu."imbuhnya dengan senyum.

"Pura-pura baik! Atau memang baik."batin Ara.

"Ara capek, Ara mau istirahat!"tolak Ara halus.

"Yasudah kalau begitu, Gavin antar Ara kekamarnya."suruh Lina.

"Siap bun"jawab Gavin.

"Ayoo!"ajak Gavin sambil membawa koper Ara.

Tanpa menjawab Ara mengikutinya dari belakang. Rumah ini begitu besar bahkan untuk sampai kekamarnya saja hampir 3 menit.

Brukk!!

"Anjing, kenapa berhenti mendadak"umpat Ara lirih, dan mungkin Gavin masih mendengarnya.

"Bilang apa lo tadi, gue kira cewek kek lo ngak bisa ngomon kasar."ucap Gavin sambil terkekeh.

"Don't looking from cover!"ucap Ara sinis.

"Gue ngak bilang lo baik."jawab Gavin.

"Ga nyambung!"ucap Ara.

"Kamar gue mana?"tanya Ara

"Itu, lo yang tengah sebelah kanan kamar gue, dan sebelah kiri kamar alan."jelas Gavin.

"Gue ngak nanya!"ucap Ara lalu pergi dari hadapan Gavin.

"Untung lo udah jadi adek gue, kalau ngak habis lo!"batin Gavin kesal.

***

Kesan pertama untuk kamar ini. Besar, mewah, dan perfect!! Dan kasurnya king size, untuk ber empat saja pasti muat!

Tapi percuma polularitas ataupun kemewahan tidak ada artinya di bandingkan dengan kasih sayang orang tua, Ara tidak butuh semua itu yang Ara butuhkan hanya kasih sayang kedua orang tua. Tapi rasanya semua itu mustahil.

Dan sekarang Ara tidur di atas kasur king size nya sambil menatap langit-langit kamarnya. Badannya mungkin ada di sini tapi pikirannya? Entah ada dimana! Dirinya saja juga tidak tahu sedang memikirkan apa!

"Bodoh!! Apasih yang lo pikirin!"ucapnya pada diri sendiri.

"Lo harus bisa oke! Sekarang ini lo jadi Ara bukan Putri! Jadi rubah semua sikap buruk menjadi lebih baik!"

"Tapi apa gue bisa?"

"Bodolah yang penting berusaha!"

" Welcome to the rigors of life!"ucapnya sebelum matanya terpejam.

Absurd ga?ya bodolah ya!masih mencoba oke!
Tq🎭

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang