Bagian Satu~Berawal..

5.4K 258 19
                                    

"Aku berubah? Iya. Karena aku tau ada hati lain yang harus kau jaga."

-Goodbye-

Enjoy my story :)

-----

Dengan langkah terburu-buru gadis itu berlari menuju kelasnya. Dengan setumpuk buku yang ia bawa ditangan kanannya seakan tak menjadi beban baginya.

Ia menambahkan kecepatan larinya saat melihat pintu kelasnya sudah tertutup.

Namun, nasib buruk sedang bersamanya.

Bruukkk

"Aduh.."

"Awhhh.."

"Maaf.. Maaf.. Maaf kak,  saya gak sengaja. Aduhh.. Maaf kak," ucap gadis itu panik.

Gadis itu mengulurkan tangannya, berniat membantu orang yang tak sengaja tadi tertabrak olehnya berdiri.

Gaby hanya menatap tangan gadis itu datar. Lalu Gaby berdiri, tanpa menerima uluran tangan gadis itu.

Gadis itu menatap tangannya dengan senyum getir.

"Lain kali mata lo gunain. Percuma lo punya mata tapi gak dipake," ucap Gaby datar dengan tatapan lurusnya.

Gadis itu tak berani menatap mata Gaby, tatapan gadis itu tertuju ke bawah.

"Maaf kak--" cicit gadis itu takut namun dengan nada bersalah.

"Tatap mata orang yang lagi ngomong sama lo." ucap Gaby dengan nada yang sedikit lebih bersahabat.

Gadis itu mendongakkan kepalanya. Cantik. Itu yang terlintas dalam pikiran gadis itu.

Gadis itu memundurkan badannya. Merasa segan dengan Gaby.

"Kenapa mundur?" tanya Gaby.

"Emmh.. Anu kak--itu.. Emmh--"

"Ck. Ngomong yang bener! Gak usah takut sama gue. Btw, lo murid baru?" tanya Gaby saat merasa asing dengan wajah gadis itu.

"Iya kak. Saya baru tiga hari disini. Saya kelas XI," jelas siswi itu.

Gaby menganggukkan kepalanya, lalu ia mengulurkan tangannya.

"Nama gue Gaby, siapa nama lo?" ucap Gaby ramah.

Gadis itu menatap tangan dan wajah Gaby bergantian namun tak urung menerima uluran tangan Gaby.

"Nama saya Regina Amora, kak. Kakak bisa panggil saya Amora."

Lalu Gaby melepaskan jabatan tangan mereka,

Ceklek

"Ngapain di depan pintu?" Gaby menoleh menatap sang empu suara.

Amora juga ikut menatap siapa orang yang baru saja berbicara itu.

"Tadi gak sengaja dia nabrak aku," jelas Gaby.

Wajah orang itu tampak khawatir, "Kamu gak papa kan? Gak ada yang sakit? Gak ada yang luka?" cecar orang itu sambil memutar-mutar tubuh Gaby.

Gaby memutar kedua bola matanya malas, "Aku gak kenapa-napa, Brian. Gak usah berlebihan gitu lah," ucap Gaby malas.

Brian mencebikkan bibirnya kesal.

"Lain kali lo kalo jalan hati-hati dong!" kesal Brian kepada Amora.

"I-iya kak," jawab Amora gugup.

"Brian, udah gak usah dimarahin." ucap Gaby memperingati.

"Maaf kak, saya boleh permisi dulu? Saya sudah telat, sekarang jam pelajaran Bu Maya." ucap Amora dengan sedikit memelas.

Bagaimana tidak memelas? Baru 3 hari sekolah disini saja Amora sudah 10 kali melihat Bu Maya memberikan hukuman kepada murid yang tidak taat peraturan, seperti dirinya sekarang.

Gaby merasa bersalah kepada Amora, "Maaf ya gara-gara gue, lo jadi tambah telat. Gue anterin ke kelas lo aja ya," tawar Gaby.

Amora menggelengkan kepalanya, "Gak usah kak," tolak Amora.

Gaby menarik tangan Amora. Amora sempat memberontak, namun tenaga Gaby lebih besar daripada tenaganya.

Gaby menghentikan langkahnya, otomatis Amora juga menghentikan langkahnya.

Gaby memutar tubuhnya, "Brian, tolong bawain buku-buku itu ya. Makasih." ucap Gaby cepat tanpa menunggu jawaban dari Brian.

"Astaga!" guman Amora pelan. Bahkan ia telah melupakan buku-buku yang tadi dibawanya.

Tok tok tok

"Permisi, bu." lalu Gaby masuk ke dalam kelas itu. Begitu juga dengan Amora.

Semua tatapan murid yang berada di kelas itu terfokuskan kepada Gaby. Namun, Gaby tetap menunjukkan wajah datarnya.

"Maaf, bu. Saya ke sini ingin mengantarkan Amora. Dia telat karena  saya." ucap Gaby.

Guru itu menatap Gaby lalu bergantian menatap Amora.

"Baiklah. Kamu silahkan duduk dan ikuti pelajaran saya dengan baik." perintah guru itu kepada Amora. Amora menuruti perintah guru itu.

Saat Amora berjalan menuju bangkunya, semua tatapan murid tertuju padanya. Entah apa yang dipikiran teman sekelasnya.

Tok tok tok

"Permisi, bu." lalu Brian masuk ke dalam kelas itu. Sama halnya dengan Gaby, Brian juga menunjukkan wajah datarnya.

Mereka couple yang serasi bukan?

"Saya ingin memberikan buku ini ke--" Brian menatap Gaby.

Gaby yang sadar dengan maksud tatapan Brian, "Amora." ucap Gaby.

Lalu tanpa diperintah Amora maju.

Brian mengulurkan buku yang ia bawa, "Nih!" ucapnya sedikit malas.

Jika bukan karena perintah Gaby, orang yang amat ia sayangi. Ia tak akan melakukan hal ini.

Amora menerima buku itu dengan tangan yang bergetar, "Te-terimakasih kak," cicitnya.

Brian membalas dengan gumanan saja.

"Kami permisi dulu, bu. Selamat pagi." pamit Gaby. Lalu ia keluar kelas diikuti Brian di belakangnya.

"Kamu sana duduk di bangku kamu! Kenapa malah berdiri disini?" ucap guru itu.

Amora gelagapan, "Eh-- i-iya, bu."

"Wahhh gila-- gue masih gak percaya tadi the perfect couple masuk ke kelas kita,," seru Jasmine, teman Amora. Jasmine adalah salah satu fans dari Gaby dan Brian atau mereka sering menyebutnya the perfect couple.

Amora menggelengkan kepalanya, ia lebih memilih mengeluarkan buku pelajaran dan mendengarkan dengan baik penjelasan yang diberikan oleh guru.

Jasmine menghembuskan nafas kesal, "Ck- lo kok biasa aja sih? Gak ada seneng atau gregetnya gitu?!"

"Kenapa aku harus seneng?" Amora balik bertanya.

Jasmine memutarkan kedua bola matanya, "Lo tadi abis dianterin sama the perfect couple. Pasangan paling diidolakan di sekolah ini," ucap Jasmine greget.

"Biasa aja sih," balas Amora malas.

"Ck- bodolah! Ngomong sama lo bikin capek hati capek pikiran," gerutu Jasmine.

Amora terkikik geli melihat tingkah sahabat satu-satunya yang ia miliki.

-----

Cieee yang nungguin sequelnya BFN.. :V

gimana sama part yang ini?? Menarik gak sih?

Yokk komen yang ramee...

Jangan lupa follow akun author yang ini yaa..
Follow ig author juga @santikasan_06, kalo mau flbck dm aja yaaa...

Lov yuu :*

Minggu, 19 Mei 2019

GoodBye (Don't Give Me A Reason)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang