5

22.2K 2.2K 63
                                    

Beraninya dia menciumku. Batin Kencana yang terus mengulang kalimat yang sama di dalam hatinya, Kencana sangat murka dengan tindakan lancang Rama lakukan, ia bergegas berpakaian, walau keadaaannya masih lemah. Kencana akan menemui Juragan Arga untuk berbicara pada beliau meski Kencana meragukan juragan Arga berkenan menerimanya.

Masih ada waktu sebelum pesta di adakan, Kencana keluar dari kamarnya melirik pada Rama yang berdiri memberi hormat padanya.

"Ndoro mau kemana?" Tanyanya.

Kencana berdesis, ia tidak berkenan menyahut dan melangkah laju di iringi Rama di belakangnya.

Kencana benci dengan Rama, kanapa harus lelaki bajingan seperti Rama menjadi abdi dalem dan sok berkuasa padanya.

Kencana menghentikan langkahnya di depan pintu kamar juragan Arga, ia mendelik ke belakang pada Rama yang juga berhenti.

Saat Kencana ingin mengetuk pintu kamar yang ternyata lebih dulu terbuka. Tepat di hadapannya berdiri juragan Arga dengan di temani ndoro Nilam.

"Kencana, ada apa?" Tanya Nilam ramah menatap pada Kencana yang memandangi Juragan Arga.

Lihatlah juragan Arga yang begitu tajam menatap pada Kencana, tatapan penuh kebencian dan kemurkaan.

Kencana merunduk memberi hormat "Bisakah saya meminta waktu juragan sebentar, ada sesuatu yang saya ingin sampaikan." Lirih Kencana.

Nilam mendelik pada Arga yang bergeming. Nilam pun tidak berani bicara, ia takut suaminya malah murka padanya.

"Tinggalkan kami," kata Arga pada Nilam.

Nilam lekas mengangguk dan berlalu keluar dari kamar.

Rama merunduk saat Nilam melewatinya, ia melirik pada pintu kamar juragan Arga di tutup rapat. Sebenarnya Rama penasaran apa gerangan yang ingin di bicarakan Kencana pada juragan Arga.

Kencana berdiri di tengah ruangan, memperhatikan juragan Arga yang duduk angkuh di kursi.

"Katakan, ada hal apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Arga dingin.

Kencana meneguk salivanya, mengumpulkan keberaniannya mengutarkan keinginannya.

"Soal abdi dalem yang juragan tugaskan untuk menjagaku, aku ingin di ganti dengan yang lain." Pinta Kencana menggigit bibirnya.

"Apa," juragan Arga tertawa samar, ia berdiri memperhatikan Kencana dari ujung kaki sampai atas kepalanya.

"Ndhak, Rama tetap akan mengawasimu." Tekan juragan Arga.

"Kumohon juragan, kali ini saja aku meminta, aku ndhak akan meminta yang lebih."

"Apa alasannya kamu ingin mengganti Rama dengan abdi dalem lain?" Tanya Arga mengerutkan keningnya.

Kencana terdiam sesaat, keringat dingin mengalir di pelipisnya, haruskah ia memberitahu pada juragan Arga atas sikap lancang Rama padanya tapi Kencana takut bukan malah mendapatkan keadilan dari juragan Arga tapi sebaliknya, ia akan di cemooh.

"Kenapa kamu diam?" Tanya juragan Arga menyelidik.

"Aku, hanya ndhak nyaman dengan keberadaan Rama." Jawab Kencana.

"Hanya itu?" Arga mengangkat salah satu alisnya.

"Ya juragan."

"Omong kosong dengan keingianmu dan kamu hanya membuang waktuku, keluar dari kamarku."

"Tapi," ucap Kencana tersendat masih berharap juragan Arga mau mempertimbangkan keingianannya. "Kumohon," lirihnya memelas.

"Keluar!" Titahnya dengan suara yang berat membuat Kencana tersentak.

SelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang