2

35.5K 2.5K 121
                                    

"Kamu tahu apa kesalahanmu?" Tanya Juragan Arga berdiri menatap sengit pada sosok wanita yang tertunduk, duduk bersimpuh di hadapannya. Sepatah kata tidak ada yang keluar dari bibirnya karena ia menyadari ia telah melakukan kesalahan besar dan sangat kecil akan di berikan ampunan.

"Kau mengecewakanku, membantu Kencana melarikan diri hanya mencari mati, Sekar Nalawangsa." Desis juragan Arga murka.

Sekar semakin tertunduk dengan air mata yang mengalir, ia terisak lemah tidak berdaya.

"Ampuni saya Juragan," lirihnya pilu.

Arga berdecih, sedikitpun ia tidak kasihan pada Sekar meski wanita ini sangat lama menjadi pengikutnya.

"Mulai detik ini kamu kupecat, segera angkat kaki dari rumah ini." Titah Arga tanpa bisa di bantah.

Sekar tidak memiliki pilihan, ia harus rela pergi dari sini dan tidak di sisi Ndoro Kencana lagi. Satu hal dia takutkan keselamatan ndoro Kencana, Sekar sangat tahu tinggal di sini ndoro Kencana banyak mengalami kemalangan.

"Bolehkah saya minta satu hal juragan."

"Apa?"

Sekar menautkan kedua tangan ke depan, menatap memelas pada Juragan Arga." Selama bertahun lamanya saya menjadi pengikut juragan, saya sangat mengenal jurangan sangatlah adil pada istri maupun selir juragan yang lain, tapi kenapa juragan ndhak memperlakukan hal yang sama terhadap ndoro Kencana. Ampun maaf Juragan, saya sangat  menghormati juragan, saya hanya memohon berikanlah keadilan dan hak pada ndoro Kencana."

"Diam!" Hardik Arga, rahangnya mengeras dengan iris mata memerah, ia tidak suka siapapun menceramahinya, apa yang harus dan tidak ia lakukan, terlebih penasehat itu adalah seorang pelayan rendahan. "Pergi dari sini," Desis Arga menunjuk pintu keluar.

Air mata Sekar semakin deras, ia berdiri dan memberi hormat seraya berbalik keluar dari ruangan juragan Arga.

Sekar segera berkemas, ia tidak memiki waktu banyak dan tidak sempat berpamitan pada ndoro kencana. Saat Sekar keluar dari bilik kamarnya langkahnya si cegat oleh ndoro Jenar. Beliau melipat kedua tangannya ke depan menatap sinis pada Sekar.

"Akhirnya kamu pensiun juga kerja di rumah ini," sindirnya halus namun penuh makna.

Sekar tidak membalas, ia malah menaruh hormat pada ndoro Jenar, walau istri ketiga dari juragan Arga tidak menaruh simpatik pada ndoro Kencana dan dirinya.

"Saya permisi Ndoro," kata Sekar berlalu.

"Kuharap kamu ndhak akan penah balik, setelah kamu, mungkin ndoro kesayangan kamu itu akan menyusul keluar dari rumah ini." Kata Jenar sinis.

Sekar berbalik, ia tersenyum samar menatap pada ndoro Jenar. "Berdoa saja ndoro karena kebanyakan doa yang buruk akan berbalik menimpa diri sendiri." Kata Sekar lekas melangkah cepat meninggalkan Ndoro Jenar yang terbelalak dengan aksi berani Sekar tunjukan.

"Lancang," desisnya kesal.

***

Sejak kemarin Sekar tidak menemui Kencana di dalam bilik kamar, kemana gerangan saudaranya itu, Kencana merasa gelisah, keperluan makannya hanya di antar pelayan lain bukan lah Sekar, setiap kali Kencana bertanya pada pelayan yang berbeda yang memasuki kamarnya tentang keberadaan Sekar tapi tidak ada yang berkenan menjawabnya. Kencana merasakan firasat tidak baik, ia tidak bisa menunggu lagi sampai Sekar sendiri menemuinya maka ia berinisiatif untuk lebih dulu menemui Sekar.

Kencana membuka pintu kamarnya, ia melirik pada Rama yang berdiri memberi hormat padanya.

"Ndoro mau kemana, biar saya antar." Tanya Rama, suara lelaki itu sangat merdu terdengar serak dan berat, siapapun mendengarnya pasti bergetar.

SelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang