18

9.9K 2.4K 156
                                    

Follow ig saya Aqiladyna.
Ikuti cerita saya di kbm app.
Sebagian cerita saya sudah tamat bisa di beli berbentuk ebook di playstore buku ketik Aqiladyna. Atau berbentuk pdf original bisa membelinya di wa +62 822-1377-8824.

Selir sudah ada di kbm app silakan baca di sana. Pdf bisa di beli di wa +62 822-1377-8824.

Selir juga ada di aplikasi karyakarsa



Jenar memperhatikan suasana di sekitarnya yang sangat sepi, ia menatap pada piring berisi makanan yang ia bawa untuk di berikan pada perempuan tidak waras yang di kurung di dalam ruang bawah tanah, sudah beberapa hari ini tugas di berikan padanya, membuatnya muak, kenapa harus ia melakukan hal menjijikan ini. Kalau saja ia tidak mencari muka pada ndoro Nilam tentu ia tidak akan melakukannya.

Sebenarnya perempuan tidak waras itu hanya di beri makan sekali sehari, tapi beralasan kemanusiaan ndoro Nilam rela turun langsung ke ruang bawah tanah memberikan makanan itu karena salah satu pelayan pun tidak berkenan takut atas murka di berikan juragan Arga.

Jenar mengerutkan keningnya, tapi kalau di pikirkan bukankah dia mencari mati dengan menggantikan ndoro Nilam kalau seandainya juragan Arga memergokinya. Pasti suaminya akan marah besar padanya karena dia bukanlah Ndoro Nilam di mana sikap juragan Arga berbanding terbalik.

Jenar membuka tong sampah dan membuang makanan itu, kali ini ia tidak akan memberikan makanan pada perempuan tidak waras itu. Dengan acuh ia berbalik menuju bilik kamarnya.

Tanpa ia sadari seseorang memperhatikannya, langkah seseorang itu terhenti di dekat tong sampah dan menatap ke dalamnya. Pandangannya beralih ke samping pada sebuah pintu yang tergembok. Ia mendekat mengusap pintu itu, menempelkan telinganya untuk mendengar suara di balik ruangan itu tapi sia sia, tidak ada suara apapun ia tangkap. Tapi ia yakin di balik pintu ini ada sesuatu yang tidak boleh siapapun mengetahuinya.

****

Juragan Arga menuangkan arak ke gelasnya, entah sudah berapa gelas ia habiskan, ia sendirian berada di ruangannya tanpa mau di ganggu siapapun termasuk para selirnya. Sebenarnya juragan Arga ingin di temani Nilam, karena di sisi Nilam membuat juragan Arga lebih tenang tapi istrinya itu sedang sakit, perlu istirahat. Dan Juragan Arga tidak ingin mengganggunya.

Beberapa hari ini fikiran juragan Arga sedang tidak baik, memorynya penuh dengan Kencana. Setelah pristiwa memalukan itu baginya sampai detik ini Juragan Arga tidak berkenan bertatap muka dengan Kencana, ia memilih menyibukan diri di luar rumah dengan mengurus bisnisnya langsung. Tapi kenyataannya semakin ia menghindar bayangan Kencana semakin berputar membuatnya pening. Ada sesuatu rasa yang terus bergejolak di dalam hatinya.

Seperti malam ini ia begitu ingin bertemu Kencana, sialnya ia harus menahannya demi harga diri. Juragan Arga tidak mengerti dengan perasaan apa ini, seharusnya dengan semakin menjauhi Kencana ia akan senang.

Juragan Arga berdiri, ia melangkah keluar dari bilik kamar, di perhatikannya lorong rumah yang sepi, langkahnya berlanjut yang pada akhirnya mengantarnya ke depan pintu kamar Kencana. Tidak ada Rama berjaga di depannya, atau lelaki rendahan itu berada di dalam bilik kamar Kencana mengingat hari sudah malam.

Kedua tangan Juragan Arga mengepal, hatinya panas, menbayangan Rama dan Kencana tidur di satu dipan dan bermesraan. Tanpa berpikir lagi juragan Arga membuka pintu kamar Kencana yang tidak terkunci, ia mencari cari keberadaan Rama dan Kencana yang tidak di dapati di atas dipan.

Di mana mereka. Batin Juragan Arga kesal menatap ke arah kamar mandi yang celahnya sedikit terbuka. Iris matanya memerah, ia menduga Rama dan Kencana berada di bilik kamar mandi, juragan Arga pun bergegas pergi ke sana, semakin memperlebar pintunya.

"Kencana!" Serunya lantang.

Kencana yang berjongkok baru mencuci muka tersentak, ia menoleh pada Arga yang berdiri di ambang pintu.

"Juragan!" Kedua mata Kencana melebar, ia berdiri menatap sengit pada Juragan Arga.

"Untuk apa juragan ke sini lagi?" Tanya Kencana bergetar, ingatannya masih merekam jelas perbuatan bengis juragan Arga lakukan padanya.

"Aku..." Ucap juragan Arga tersendat tidak tahu harus berucap apa.

"Keluarlah juragan aku ndhak sehat,aku ingin tidur." Kata Kencana melangkah melalui juragan Arga.

Tangan Kencana di cekal juragan Arga, menahan langkah Kencana hingga ia menoleh pada juragan Arga.

"Cukup juragan, lepaskan aku!" Kata Kencana kali ini suaranya lebih lembut, ia tidak ingin berdebat karena memang adanya ia tidak sehat.

Juragan Arga bergeming, ia memperhatikan wajah Kencana yang sangat pucat.

"Kamu benar sakit?" Tanyanya.

Kencana terheran, kenapa juragan Arga mempertanyakannya lagi, tidak biasanya lelaki ini seolah peduli atau juragan Arga hanya sedang melakukan lakon agar Kencana melupakan kejadian itu.

Kencana menepis kasar tangan juragan Arga yang masih memegang pergelangan tangannya.

"Apa sebenarnya tujuan anda kemari juragan?" Tanya Kencana.

Juragan Arga tidak tahu apa tujuannya, ia pun bingung kenapa harus ia menemui Kencana.

"Kenapa kamu sangat galak sekali, pertanyaanmu sangat lucu. Apa tujuanku menemuimu? Sekalipun aku ndhak mempunyai tujuan, suka-suka aku berada di sini, toh," Juragan Arga membungkuk mensejajarkan wajarnya pada Kencana hingga Kencana otomatis menjauh. "Kamu adalah pelacur di sini." Desis juragan Arga menyerigai.

Deg.

Ucapan juragan Arga menyulut api yang sudah meredup di jiwa Kencana, lelaki ini memang tidak bermoral, tidak memiliki hati dan berlidah tajam.

Kencana memalingkan wajahnya, ia sama sekali tidak menyahut. Seketika raut wajah Juragan Arga pias bisa ia lihat sinar kesedihan mendalam di wajah Kencana.

"Kamu tambah kurus, jangan katakan kamu sudah mengandung janin si rendahan itu?"

Kencana melirik sengit, tanpa mau menjawab ia berbalik keluar dari kamar mandi.

"Aku sedang bicara kenapa kamu pergi, kamu memang ndhak tahu diri." Kesal Juragan Arga mengejar Kencana dan menarik tangannya hingga tubuh Kencana membentur kuat tubuh Juragan Arga.

"Aku ndhak ingin berdebat, aku lelah, ndhakkah juragan paham," kata Kencana, kedua matanya berkaca kaca.

"Usstt..." Juragan Arga menempelkan jari telunjuknya di bibir Kencana, ia juga menyapukan jempol tangannya di bibir memucat itu.

Pandangan mereka bertemu, Kencana seakan terkunci di manik mata Juragan Arga. Lelaki itu membungkuk berniat mencium Kencana, namun refleks Kencana memalingkan wajahnya tepat air matanya meluncur di pipinya.

Juragan Arga akhirnya mengurungkan niatnya, ia menegakan tubuhnya, keningnya mengerut dalam menjauh dari Kencana.

Tangisan Kencana menganggu juragan Arga dan ia tidak menyukainya, tanpa berkata lagi, juragan Arga keluar dari bilik kamar Kencana.

Dengan langkah lebar juragan Arga berjalan menyusuri lorong rumahnya dari kejauhan arah berlawanan ia menatap pada Rama. Langkah mereka saling dekat, Rama membungkuk memeberi hormat.

"Dari mana saja kamu?" Tanya Juragan Arga.

"Saya, dari kamar saya juragan."

"Lupa tugasmu?"

"Ndhak juragan, saya tahu, dan saya juga akan ke kamar Ndoro."

Rama sekali lagi merunduk dan berlalu dari juragan Arga.

"Tunggu," juragan Arga berbalik." Kamu pernah bilang seandainya kamu memenangkan sayembara dulu kamu ndhak akan mengambil hadiah yang ku janjikan. Apakah kamu masih mengingatnya, Rama?"

"Tentu saya masih mengingatnya, juragan."

"Kalau begitu mulai detik ini, hadiah itu ku tarik." Arga berbalik pergi setelah mengatakan itu.

Rama mengangkat wajahnya, ia menatap lekat punggung belakang juragan Arga, matanya menyipit tajam sampai bayangan juragan Arga tidak nampak lagi di pandangannya.


Tamat

SelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang