21

9K 2.4K 99
                                    

Pdf bisa order di wa ‪+62 895‑2600‑4971‬

Bisa juga di baca di kbm app atau karyakarsa

Seluruh penghuni rumah di perintahkan Juragan Arga untuk berkumpul di tengah ruangan utama. Semua saling bertanya tanya dalam rangka apa beliau melakukan hal ini. Para selir juragan Arga pun ikut bergabung, tidak terkecuali Kencana yang biasanya selalu di asingkan keberadaannya.

Kencana duduk bersimpuh di antara Kinasih dan Jenar. Semua sudah berkumpul namun seisi ruangan hening senyap seakan tidak ada penghuninya, tidak ada satu pun yang berani buka suara saat pintu terbuka dan juragan Arga memasuki ruangan.

Juragan Arga melangkah duduk di depan, matanya mengawasi tajam ke penjuru ruangan.

"Tahukah kalian kenapa aku memanggil kalian ke sini?" Tanya juragan Arga yang tidak ada sahutan dari satu orang pun karena mereka memang tidak mengetahui apapun.

"Istriku Nilam sakit parah, Mantri barusan memeriksanya dan di duga istriku Nilam mengkonsumsi racun selama ini dan di antara kalian adalah pelakunya, maka--- aku memberikan keringanan untuk siapapun itu yang mau mengakui perbuatannya."

Deg

Suasana ruangan mulai riuh, mereka sangat terkejut mendengar kabar ini, mereka pun saling pandang menduga duga siapa dalang di balik kejahatan ini. Tapi tidak ada satu pun yang mau mengakuinya.

"Bumi!" Panggil Juragan Arga pada abdi dalemnya.

Bumi melangkah mendekati juragan Arga.

"Bawa dia kesini." Kata juragan Arga.

"Baik juragan." Bumi berbalik keluar dari ruangan tidak lama kembali menyeret seorang pelayan perempuan ke dalam ruangan dan mendorongnya tersungkur di hadapan juragan Arga.

Perempuan itu terisak menangis meminta ampun pada juragan Arga.

"Ampuni saya juragan," ucapnya berulang kali dengan wajah pucat pasi membuat siapa pun melihatnya pasti sangat miris.

Kencana mengerutkan keningnya ia semakin tertunduk tidak sanggup menatap pemandangan menyedihkan itu.

"Aku akan mengampunimu sebelum kamu katakan siapa yang telah menyuruhmu." Kata juragan Arga lantang.

Pelayan perempuan itu mendelik ke arah Kinasih, Jenar dan Kencana, dengan keringat yang mengucur deras tangannya menujuk ke arah mereka.

Deg

Pupil mata melebar saat jari telunjuk itu mengarah pada satu orang yaitu Kinasih. Sontak Kinasih terbelalak.

"Ndoro Kinasih yang meracuni ndoro Nilam." Ucap pelayan perempuan itu bergetar.

Kencana menoleh tidak percaya pada Kinasih yang kini berdiri, ndoro Kinasih terlihat murka dan tidak terima atas tuduhan yang di layangkan padanya

"Jangan sembrangan kamu perempuan rendahan," kata Kinasih lantang.

"Tutup mulutmu Kinasih, " sahut juragan Arga tidak kalah murka.

Kinasih menatap memelas pada juragan Arga." Kang mas semua ini fitnah, pelayan itu telah berdusta, kang mas?" Bujuk Kinasih.

"Kamu pikir aku bodoh?" Kata juragan Arga membuat Kinasih memucat.

"Kang mas percaya dengan pelayan itu?" Tanya Kinasih lemah.

"Tentu, karena semua bukti mengarah padamu Kinasih, kamu satu satunya tersangka utamanya, bukankah selama Nilam sakit kamu yang merawatnya bahkan kamu selalu melarang untuk Nilam melakukan pengobatan dengan mantri."

SelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang