42 | Harusnya

1.6K 325 140
                                    

Tangannya menjadi pengganti tanganku untuk menuntunmu' Pundaknya menjadi pengganti pundakku untukmu bersandar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya menjadi pengganti tanganku untuk menuntunmu' Pundaknya menjadi pengganti pundakku untukmu bersandar. Biarlah gemercik gerimis, carik senja, secangkir teh, dan bait lagu menjadi penggantimu.

––Fiersa Besari––


•••

"Althein..."

Hari ini, tiga tahun setelahnya, gue kembali lagi bertemu dengan seseorang yang dulu sempat gue jadikan prioritas utama dan berada pada speed dial nomor tiga.

Gue pikir setelah tiga tahun lamanya tidak bertemu setidaknya debaran di dada gue akan berkurang. Namun pada kenyataannya debaran di dada gue semakin bertambah gila seiring dengan senyumnya yang melebar ketika langkah kaki gue sudah mendekat kearah dia.

Cantik.

Itu yang bisa gue katakan ketika gue sudah duduk tepat di depan dia dan memandang wajahnya yang nampak sama tidak ada perbedaannya dari tiga tahun yang lalu.

Dewasa.

Itu yang bisa gue lihat dari aura yang dia pancarkan dan dari bagaimana dia bertutur kata pada pramusaji yang beberapa saat lalu datang menghampiri.

Bahagia.

Itu yang terpancar dari bagaimana senyumnya selalu merekah menghiasi wajahnya yang di hiasi make up tipis dengan rambut yang di potong pendek hingga mampu memancarkan kecantikannya sebagai seorang wanita dewasa.

Velia melambaikan tangannya ke arah gue diiringi senyuman yang sejak tadi menghiasi wajahnya, "Halo Pak Dokter, udah bisa jadi dokter yang berguna bagi nusa dan bangsa belum?"

"Udah lah, dua tahun kemarin kan gue udah mengabdikan diri pada negara, di tempat yang jauh pula."

"Wah.. hebat, cerita dong lo koas dimana kemarin, suka dukanya kaya apa terus-terus pemandangan di sana seperti apa? Kayanya seru deh, kaya di film-film dokumenter yang dulu pernah kita tonton."

Velia Narendra yang sekarang sepertinya masih sama dengan Velia Narendra tiga tahun yang lalu. Sama-sama masih excited dengan segala hal yang gue ceritakan. Meskipun terkadang tangannya akan melayang mengenai kepala gue ketika omongan gue sudah lepas kendali dan melebar kemana-mana.

"Gue koas di Padang, tempatnya jauh dari kota. Buat ke kota gue perlu naik motor atau mobil dulu selama 3 jam. Tapi pemandangannya worth it sih, masih asri, banyak pohon rindang. Meskipun jalannya ya lumayan jauh."

"Ih Padang," tuh kan dia berteriak heboh. Kedua matanya berbinar menatap ke arah gue yang kini sedang bercerita. "Di sana ada nasi Padang enggak Ta? Terus rasanya masakan Padang yang asli itu gimana? Rasanya sama kan kaya di RM Sederhana, Malah Dicubo atau Bu Mus?"

Semesta KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang