Alana Mikhayla Zane

12 3 0
                                    

"Bang lu jelasin deh ke papa. Kan teman lu yang mecahin vas bunga mama" seorang gadis berbisik ke telinga lelaki di sampingnya.

"Yaelah dek, kita kompromi dulu. Bilang aja Mouza yang nyolong vas bunga Mama" lelaki membalas berbisik ke arah gadis itu.

Mereka berdua terus berbisik tak peduli dengan tatapan papanya, Alvito Aladdrus Zane pria yang bisa dipanggil V itu menatap kedua anaknya secara bergantian.

"Alana, Nathan berhenti berbisik atau kalian bakal papa ubah jadi Alien" ucap Vito dan berhasil membungkan mulut kedua anaknya itu meskipun sementara.

"Papa pura pura aneh atau memang aneh. Kita kan dari dulu alien pah, orang papah juga alien kok" gadis itu berucap berhasil membuat V cengo

"Siapa yang bilang kalau papa Alien?" V bertanya ke anak gadisnya itu.

"Tante Irene sama Mama" bukan gadis itu yang menjawab melainkan lelaki disampingnya.

"Bang Nathan apaan sih, kan yang ditanya papa kan gua" gadis itu tak terima.

Baru saja Nathan ingin membuka mulut, V terlebih dahulu mendahuluinya.

"Kalau dibiarin bakal perang dingin nih anak gua bedua" batin V

"Udah udah. Jadi vas bunga mama pecah atau diculik Mouza?" V mengintrupsi kedua anaknya.

"Papah, Mouza itu kucing baik baik, dia kucing yang berotak gamungkin nyulik vas bunga mama" gadis itu tak terima Mouza, kucingnya disangkut pautkan ke urusan vas bunga.

"Lu polos atau dongok sih dek. Mana ada binatang yang berotak Alana" Nathan mengusap wajahnya lelah.

Alana bungkam. Ia baru ingat kalau binatang tidak ada yang berotak.

V memijit pelipisnya. Ia tidak mau jatahnya berkurang gara gara benda favorit istrinya tak lain tak bukan ialah Vas Bunga. Hilang tanpa jejak.

"Jadi vas bunga mama pecah gitu?" V masih memijit pelipisnya.

Keduanya bungkam. Sebenarnya Alana ingin menjawab tadi tanganya keburu dicubit Nathan untuk tetap diam.

"Nathan jangan cubit adik kamu biarin dia ngomong" V menatap Nathan tajam membuat cubitannya lepas dari tangan adiknya.

"Abis dah gua ama Zico" batin Nathan.

"Alana kamu jawab jujur ya, vas bunga mama pecah kan?" V menatap anak gadisnya itu dalam.

Alana mengangguk dan menatap ke bawah tak berani menatap papanya.

V menghembuskan napasnya kasar. Ia lanjut bertanya ke Alana.

"Alana tau siapa yang mecahin? Kalau tau kasih tau papa siapa yang mecahin"

Nathan sudah setengah mampus keringat dingin menatap adiknya. Kali ini ia akui papanya seram kalau sudah marah+lelah.

"Dek jangan bilang nanti abang beliin Iphone X MAX deh" Nathan berkata pelan tapi mampu terdengar V.

"Nathan jangan sogok adik mu!" V sedikit meninggikan suaranya membuat Nathan menciut.

"Vas bunga mama pecah pah, dipecahin temen Bang Nathan namanya Zico. Bang Nathan takut papa tahu jadi Vas Bunga mama sama pecahannya dibuang sama dia" Alana berkata takut takut.

V mengangguk mendengar jawaban Alana, kini tatapannya beralih ke Nathan yang sudah keringat dingin.

"Nathan Rafasya Zane, ikut papa ke Butik buat jelasin ke Mama. Kamu Alana Mikhayla Zane, besok papa beliin HANDPHONE baru" tatapan V beralih ke Alana.

Alana langsung menatap papanya tak percaya lalu langsung mengecup pipi papanya singkat.

"Makasih papa, aku tidur ya pah. Bye abang semangat jelasin ke Mama" Alana berjalan menuju tangga dengan kekehannya.

Nathan menatap Alana dengan tatapan "mati aja lo kampret", ia lalu menatap V dengan tatapan memelas

"Ngapain kamu liatin papa gitu, mau minta hp baru? Gaada kemarin kamu baru aja papa beliin mobil baru. Udah buruan ayo ke Butik" V menjauh dari ruang tamu diikuti Nathan dengan langkah gontai.

ZiaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang