Part 1

27.9K 1.7K 99
                                    

Sekali ini, ia harus menghadapinya lagi. Menatap iris tajam Sasuke.

Mereka hampir menikah 5 tahun lalu dan akhirnya berakhir tragis. Setelah itu ia memutuskan untuk pergi jauh ke negara lain sejak kematian kedua orangtuanya. Melupakan segala memori kelam dan bermaksud memulai awal yang baru. Namun mungkin awal baru bukanlah miliknya. Perjuangannya kembali ke titik semula sejak ia melihat wajah dingin Sasuke.

Mereka berada di atap yang sama. Gedung yang sama. Pengorbanannya akan sia-sia jika jantungnya bergemuruh. Namun nyatanya itu yang terjadi. Kembali menatap wajah pria yang pernah dicintai membuat hatinya kembali bergejolak. Ia benci menjadi lemah. Setidaknya setelah ia seorang diri di dunia ini. Benar-benar sendiri. Tanpa orangtua. Tanpa saudara. Tanpa teman.

Wajah Sasuke kembali merasuki pikirannya. Pria itu tidak berubah sedikitpun. Tetap tampan dengan kedua jelaga kelamnya. Mengintimidasi dan penuh pengendalian diri walau ia yakin ada sekelumit keterkejutan dari tatapannya karena mereka bertemu disini. Di tempat yang tidak tepat.

Sakura datang menjadi perwakilan perusahaan tempatnya bekerja untuk menandatangi kontrak kerjasama. Ia tidak tahu jika Sasuke bekerja di perusahaan itu. Bahkan berada di jajaran pemegang saham. Pertemuan-pertemuan sebelumnya hanya melibatkan karyawan menengah yang Sakura temui. Tidak menyangka ujung kesepakatan ini mengharuskannya bertemu Sasuke.

Sakura mengalihkan tatapannya pada pria disamping Sasuke dan mendengus. Ia tahu harus tetap menjaga profesinalitasnya. Namun ia tidak bisa menahan diri untuk mendecih pelan, tidak habis pikir Naruto mengikuti Sasuke sampai sejauh ini. Pria itu ikut menghilang bersama Sasuke di hari pernikahan mereka.

Sakura menyodorkan dokumen kontrak. "Jika sudah setuju, silahkan tandatangan disini dan kami akan melakukan yang terbaik untuk membawa keuntungan bagi kedua perusahaan." Nada bicaranya terdengar mantap. Ia sudah melatih diri untuk mampu mengontrol emosi.

Sakura tidak menatap Sasuke melainkan kepada dua orang yang berada di kanan dan kiri pria itu. Ia sengaja melewatkannya. Sasuke pasti setuju kali ini mereka tidak perlu melakukan kontak sekecil apapun. Tidak sama sekali. Bahkan hanya untuk bertatapan beberapa detik.

"Kau bicara dengan siapa? Orang yang akan tandatangan ada dihadapanmu." Suaranya datar tapi mengitimidasi.

Sakura berdecak dalam hati. Barangkali ia salah. Sasuke mungkin masih ingin ada sedikit kontak diantara mereka. Terselip nada marah diantara datarnya suara pria itu, tidak suka diabaikan.

"Maaf. Saya tidak bermaksud." jawab Sakura sekenanya. Tidak peduli dengan apapun tanggapan pria itu. Ia hanya ingin ini cepat selesai dan pergi dari sini.

"Jangan libatkan masalah pribadi, Sasuke." ejek pria pucat -Sai, yang duduk di samping Sasuke. Sakura mengerutkan keningnya. Bertanya-tanya apakah pria itu juga tahu masalahnya dengan Sasuke.

Akhirnya setelah melewati ketegangan kasat mata diantara mereka, Sasuke menggoreskan tanda tangannya di kertas yang Sakura berikan. Ia bisa melihat bahwa tanda tangan itu tertekan lebih dalam dari seharusnya. Hampir membuat kertas itu berlubang.

'Kau marah, Sasuke?'

-o0o-

Sakura bernapas lega, ia telah menyelesaikan tugas berat yang hampir mengikis separuh umurnya. Ia dan rekannya -Kiba, sudah akan turun jika saja tidak ada suara yang menghentikan mereka di depan lift.

"Sakura!"

Naruto berjalan kearahnya dengan langkah cepat. Mengerti ada yang ingin diutarakan pria itu, ia meminta Kiba untuk menunggunya di mobil. Mereka bertatapan sejenak sebelum Sakura berjalan di belakang Naruto, mengikuti pria itu.

Face Again ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang