"Menikahlah denganku."
Mata mereka beradu. Keduanya tidak berkedip untuk beberapa saat. Saling menyelami pikiran masing-masing. Sakura tidak tahu keheningan ini begitu menegangkan. Ia tidak menyangka Sasuke akan kembali melamarnya saat ini. Pikirannya kosong, tidak bisa mencerna apapun.
Ting
Suara microwave menyadarkan Sakura dari lamunannya. Sasuke masih menatapnya menunggu. Kepala Sakura menunduk, melepas kontak mata diantara mereka. Bibirnya membentuk senyum miris yang mungkin Sasuke akan lihat.
Kepalanya menggeleng pelan.
"Aku tidak bisa, Sasuke."
Keheningan yang menegangkan melingkupi mereka. Tidak terlihat raut terkejut di wajah Sasuke. Walau jika diperhatikan lebih seksama, akan terlihat bahwa pria itu jelas kecewa.
"Apa alasannya?" Suara Sasuke tenang. Seperti laut tanpa ombak walau kita tidak akan pernah tahu bagaimana dasarnya.
Sakura turun dari atas meja dapur dan berjalan menjauhi Sasuke, memberi jarak diantara mereka. "Pernikahan tidak termasuk pada rencana hidupku saat ini." ujarnya dengan memunggungi Sasuke. "Perlu tanggung jawab yang besar untuk menikah dan aku rasa aku tidak siap untuk itu. Tidak kapanpun," jedanya. "Jika kau ingin bersamaku, hanya ini yang bisa kita lakukan." Sakura akhirnya berbalik menghadap Sasuke. Pandangannya datar tanpa emosi apapun.
Seolah dapat membaca pikiran Sakura, "Kau meragukanku. Aku tahu," simpul Sasuke.
Sudut bibir Sakura nyaris tertarik, naif sekali jika kali ini ia mempercayai Sasuke.
"Perasaan raguku akan terus ada. Tapi sekalipun bukan kau, aku juga akan tetap menolaknya."
Sakura sudah memikirkan ini sejak ibunya meninggal. Ia tidak lagi sepolos dulu. Kalaupun sekarang ia bersama Sasuke, itu semata karena tidak ada yang dirugikan dari dirinya sekarang. Juga mungkin sebagian darinya belum bisa sepenuhnya melupakan Sasuke.
"Kau tidak ingin memiliki keluarga bahagia seperti keinginanmu dulu?"
Pandangan Sakura kosong lalu menggeleng. "Tidak. Kalau pun suatu hari nanti aku merasa kesepian, aku bisa mengadopsi anak dan merawatnya seperti anakku sendiri."
Tatapan Sasuke berubah lebih tajam dari sebelumnya. "Apa yang membuatmu sedangkal ini? Kau tidak terdengar seperti seorang Sakura." Nada bicara Sasuke menjadi lebih keras dari sebelumnya. Ia tahu, Sakura jelas-jelas sedang berbohong padanya. Tidak mungkin wanita itu benar-benar berubah dan melupakan impiannya. Sakura tipe konservatif seperti wanita kebanyakan. Ingin memiliki keluarga bahagia, melihat anaknya tumbuh besar dan memiliki rumah dengan taman luas dimana mereka bisa berlarian. Sasuke bahkan mendengus mendengar impian Sakura dulu saat sedang mempersiapkan pernikahan mereka.
Sakura menatap nyalang Sasuke, tidak terima dengan penilaian Sasuke terhadapnya.
"Aku hanya tidak ingin kembali sakit. Jika aku kehilangan seseorang yang penting dalam hidupku lagi, aku benar-benar akan hancur," kata-katanya begitu tajam dan lirih disaat bersamaan. "Aku tidak akan menahanmu, jika kau ingin pergi, kau bisa pergi. Tidak akan ada yang berubah." Sakura mengatupkan bibirnya keras. Ia bersungguh-sunguh dengan perkataannya. Hatinya sudah sekeras besi sekarang. Menerima Sasuke saat ini, tidak berarti membiarkan pria itu bisa masuk ke hidupnya lebih dalam.
Mata Sasuke menyipit. "Apa kau berpikir aku yang sekarang masih sama dengan yang dulu?"
Sakura mendengus. "Kau mungkin berubah, tapi aku tidak tahu sampai kapan perubahan itu ada. Sejak dulu kau memang selalu berubah kan." Ia tahu, bahwa ia baru saja meremehkan Sasuke. Dan tindakannya membuat pria itu semakin frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Face Again ✔
FanfictionSakura harus menghadapinya lagi. Bertemu dengan Sasuke di bawah atap gedung yang sama. Mereka hampir menikah 5 tahun lalu jika saja pria itu tidak menghilang di hari pernikahan mereka. Dan Sakura berjanji, tidak peduli mereka ditakdirkan bersama ata...