Seongwoo itu suka sekali dengan yang namanya superhero. Dari kecil ia sudah dicekoki dengan tontonan pahlawan lokal seperti Panji Millenium ataupun versi internasionalnya kayak Power Rangers.
Menurutnya superhero itu keren banget! Mereka berani membela yang lemah dan selalu menang dalam pertempuran. Maka dari itu, Seongwoo sangat membenci yang namanya ketidakadilan. Bagi dia, orang yang menindas sesama adalah seorang pengecut.
Namun dia tidak pernah menyangka, pemikiran itu lah yang membuat Seongwoo, seorang anak laki-laki kurus berusia 13 tahun saat ini terjebak dalam masalah yang cukup pelik.
"Gak usah sok jadi pahlawan kalo lo sendiri lemah!" Sebuah tendangan mendarat di perut Seongwoo yang sudah terkapar di gang gelap belakang sekolah.
Si (sok) jagoan tadi memberi isyarat kepada 3 teman lain yang sedang mengepung Seongwoo untuk pergi dari tempat itu.
Setelah kerumunan berandal tadi sudah menjauh, seorang gadis yang menjadi saksi mata kejadian tersebut langsung membantu Seongwoo untuk bangun.
"Woo, maaf ya. Gara-gara kamu nolongin aku, mereka jadi mukulin kamu kayak sekarang." Seongwoo tersenyum kecil sambil menggeleng.
"Gakpapa Ras, bukan salah kamu. Yang penting kamu baik-baik aja. Lain kali jangan biarin Angga sama temen gengnya gangguin kamu ya," ujar Seongwoo sambil menepuk pundak cewek di sebelahnya yang udah gemetar ketakutan.
Gadis itu hanya mengangguk dan membantu Seongwoo berdiri. "Kamu bisa pulang? Atau perlu kita telepon rumah Daniel?"
Mendengar nama sahabatnya disebut, pria itu menggelengkan kepalanya. "Jangan! Kamu tau sendiri kan kalo Daniel gak masuk sekolah karena sakit. Aku bisa pulang sendiri kok. Beneran!"
Pria itu pura-pura terlihat kuat. Sebelum berjalan pergi, ia menengok dan memegang pundak Raras.
"Jangan bilang apa-apa ke Daniel ya."
Raras yang terlihat tidak yakin, mau gak mau mengangguk pasrah. Seongwoo tersenyum dan secara tertatih berjalan pulang.
*****************
Sudah empat hari Daniel tidak masuk sekolah. Kini ia sudah sehat dan memasuki gerbang SMP dengan Seongwoo berada di boncengan sepedanya.
Pria itu mengerem mendadak sebelum parkir. "Aww!" Sebuah ringisan dari bibir Seongwoo keluar tanpa bisa ditahan saat perutnya menabrak punggung Daniel.
Daniel menunggu Seongwoo turun dan memarkir sepedanya. Wajah pria itu menatap Seongwoo heran. "Kamu kenapa? Ada yang sakit?"
Pria yang ditanya, mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, asalkan tidak ke arah mata tajam Daniel. "Gak. Gakpapa. Cuma kaget, kamu ngeremnya mendadak sih!" ujar Seongwoo sambil cemberut.
Daniel tersenyum dan mengacak rambut sahabatnya. Ia merangkul pundak Seongwoo dan menariknya mendekat. "Aku ketinggalan apa aja selama empat hari ini?" Tanya Daniel iseng.
Seongwoo gelagapan, "Nggak. Gak ketinggalan apa-apa. Btw, jangan cepet-cepet jalannya."
Daniel menaikkan alisnya bingung. "Kenapa?"
"Hmm. Itu... kamu kan baru sembuh, takutnya gak kuat," jawab Seongwoo yang dibalas tawa oleh Daniel.
"Apa sih kamu. Sekarang aku gendong kamu juga kuat. Mau?"
Giliran Seongwoo yang kini tertawa. Tentu saja sambil menahan sakit di perutnya yang penuh memar. Angga dan gengnya benar-benar menghajar habis tubuh Seongwoo di titik yang tidak terlihat dan terlindungi seragam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Box
FanfictionKeseharian Seongwoo dan Daniel. Dua orang yang bersahabat dari zaman batu. Kadang lucu. Kadang gemes. Kadang ngeselin.