Morning Routine

4.1K 702 221
                                        

"DANIEL BANGUUUUN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"DANIEL BANGUUUUN. UDAH DITUNGGUIN SEONGWOO!!" Suara menggelegar nyonya besar langsung membuat Daniel yang masih di alam mimpi tersentak bangun.

Pria itu melirik ke arah jarum jam dengan takut-takut. Sudah pukul 6, artinya Daniel cuma punya waktu 30 menit untuk siap siap.

Baru mau turun dari tempat tidur, kakinya udah kelilit selimut yang otomatis membuat badan Daniel oleng dan sukses mencium tanah.

"Aaaaw!" Ringisnya. Ia mengusap jidatnya yang berdenyut sambil melanjutkan berlari ke kamar mandi.

Berbeda dengan Daniel yang lagi gradak gruduk di lantai atas macem banteng, Seongwoo sudah duduk manis di meja sambil membantu mamanya Daniel bikin sarapan.

"Kamu gak bosen ya, Woo? Dari tk sampe sma setiap pagi cuma nungguin Daniel yg selalu telat bangun," ujar mama Daniel yang setiap pagi aja kesel liat kelakuan anaknya.

Seongwoo tersenyum sambil mengoleskan selai stroberi dan selai kacang di satu tangkup roti. "Nggak kok ma. Lagian udah kebiasaan. Kalau gak gini malah aneh."

Ya, Seongwoo memang sudah dianggap anak sendiri oleh orang tua Daniel, begitu juga sebaliknya.

Mama Daniel tersenyum singkat. "Kamu cariin pacar gih buat daniel. Biar dia gak nyusahin kamu terus."

Seongwoo menggigit rotinya dan tertawa. "Anak mama tuh banyak yang suka tapi Niel aja yang gak mau pacaran dulu. Ribet katanya."

"Kalau kamu sendiri gimana?" Pertanyaan dari perempuan di depannya membuat Seongwoo berpikir sejenak.

"Belum ada yang suka sama aku, ma." Jawaban Seongwoo membuat perempuan paruh baya itu menaikkan alisnya.

"Masa sih? Anak baik kayak kamu seharusnya banyak yang suka."

Seongwoo mengendikkan bahunya.

"Kalau kamu sama Daniel aja gimana?" Pertanyaan lugas tersebut sukses membuat Seongwoo tersedak. Alhasil ia batuk-batuk sambil berusaha meminum susu yang dibuatkan oleh mama Daniel.

Belum sempat Seongwoo mencairkan suasana canggung, sudah terdengar suara langkah buru-buru menuruni tangga. "WOO!!"

Tanpa perlu menengok ke belakang, Seongwoo sudah tahu kalau Daniel pasti sekarang lagi tergopoh-gopoh dengan baju yg berantakan.

Seongwoo berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati Daniel yang sekarang lagi ngos-ngosan karena lari dari lantai dua.

Tangan ramping Seongwoo dengan cekatan memasangkan dasi Daniel. Membuat seragam pria itu sedikit lebih rapi. Berikutnya jemari itu beralih ke rambut pirang Daniel dan sedikit merapikannya.

"Oke udah siap," ujar Seongwoo sambil tersenyum.

"Udah ganteng kan?" tanya Daniel.

"Iyaaaa. Ayo makan dulu rotinya baru berangkat," ucap Seongwoo sambil mendorong punggung Daniel ke arah meja makan.

Tanpa mereka ketahui, ada sepasang bola mata yang memperhatikan gerak gerik keduanya sambil tersenyum.

"Hmmmm. Peanut butter jelly. Favorit aku. Pasti Seongwoo yang buat," teriak Daniel sambil menghabiskan satu tangkup roti dalam kecepatan kilat.

"Udah sana cepet berangkat. Nanti telat loh." Mama Daniel menyerahkan botol minum ke arah anaknya.

"Oke berangkat dulu ya ma," ucap Daniel sambil mencium pipi mamanya dan menarik Seongwoo sedikit berlari ke arah garasi.

Seongwoo membuka pagar rumah Daniel dan membiarkan pria itu keluar dengan sepeda hitam miliknya.

"Ayo naik pangeran." Daniel menepuk kursi belakang sepedanya. Tempat dimana Seongwoo duduk dan menemaninya setiap pagi dan sore.

Seongwoo terkikik dan duduk manis di balik punggung Daniel. "Oke! Udah siap!"

Daniel menengok sedikit. "Pegangan dong."

Setelah memastikan Seongwoo memegang jaket daniel dengan erat, pria itu pun mengayuh sepedanya menuju sekolah mereka yang hanya berjarak 15 menit.

Inilah pagi mereka, pagi yang selalu diakhiri dengan Daniel mengayuh sepedanya kencang-kencang dan Seongwoo yang memicingkan matanya sambil tersenyum menantang angin.

***********************


Matahari sudah hampir mencapai puncak kepala saat Seongwoo keluar dari kelasnya. Baru beberapa langkah, tiba-tiba ada sebuah badan besar yang menghalangi jalannya.

Daniel kini tengah merengut dihadapan Seongwoo. Membuat pria itu menaikkan alisnya bingung.

"Tadi pagi kamu ke kampus sama siapa? Kok gak ngabarin aku?" ujar daniel dengan nada kesal.

"Sendiri. Abis tadi telat jadi buru-buru," jawab Seongwoo sambil berjalan melewati Daniel. Ia ingin cepat-cepat keluar dari lingkungan fakultasnya.

Pemandangan Daniel si anak teknik di jurusan psikologi memang sudah biasa, tapi tetap saja banyak desas desus yang membicarakan ketampanan pria itu. Membuat Seongwoo entah kenapa menjadi kesal.

"Woo kan udah perjanjian kalau kita bakalan berangkat bareng-bareng ke kampus walaupun gak ada jadwal. Kamu tau gak sih aku panik waktu mama bilang kamu udah berangkat duluan."

Seongwoo menghela nafas panjang. Perjanjian yang mereka buat memang saat ini terdengar bodoh. Karena terbiasa berangkat bersama dengan sepeda dari sd sampai sma, membuat Daniel memaksa Seongwoo untuk tetap berangkat bareng kalau ke kampus.

Padahal jadwal mereka berdua jarang ada yang sama, tapi Daniel tetap keras kepala. Ia tidak percaya kalau Seongwoo berangkat dengan orang lain. Hei, keselamatan sahabatnya itu nomor satu untuk Daniel.

"Iya iyaaaa. Bawel banget sih. Udah yuk makan! Aku laper!" ucap Seongwoo sambil menarik tangan Daniel.

"Oke! Tapi besok kalau berangkat pagi langsung ke rumah aku ya. Jangan berangkat sendiri, " ucap Daniel sambil menguyel pipi Seongwoo.

"IIIIH SAKIT DANIEEEEL!"


Lesson learned #1
Sahabat itu punya rutinitas yang dijalanin bareng-bareng hampir setiap hari.

- END -

Author's note:

Chapter pertama ceritain rutinitas pagi seongwoo dan daniel pas sma dan kuliah. Nanti chapter berikutnya beda lagi hehe. Kira kira ceritain tentang apa ya? Ada yg mau kasih ide?😊

Oh iya, end bukan maksudnya tamat ya. Nanti chapter selanjutnya teteo ceritain kehidupan sahabatan mereka tapi beda tema hehe.

Gimana? Menarik gak sih?

Btw makasih untuk vote dan commentnya! Sayang kaliaaaan

XOXO CHU❤

Chocolate BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang