Judul tidak sesuai dengan isi chapter, biarin aja ya.
Mentang-mentang jodohnya Onge itu CEO sekarang he he..
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
"Seongwoo jangan cepet-cepet jalannya!" teriak pria berbadan besar yang sedang memarkir sepedanya. Dengan tergesa Daniel menghampiri Seongwoo yang sudah berjalan lebih dulu.
"Kesiniin tasnya. Biar aku yang bawa!" Daniel berusaha merebut tas Seongwoo yang tersampir di pundak kanan pria itu.
"Ih gak usah lebay! Aku bisa bawa tas sendiri!" Namun percuma, gerakan Daniel lebih cepat. Ia udah menarik tas Seongwoo dan menentengnya.
"Gak usah sok kuat. Itu tangannya belom sembuh. Kalo patah lagi karena bawa tas berat gimana?" ujar Daniel kesal.
Seongwoo menggelengkan kepalanya heran. Daniel itu memang perhatian, tapi kalo udah berlebihan kayak gini ngeselin banget.
"Yang patah kan tangan kiri. Tangan kanan aku gakpapa! Sehat walafiat. Kesiniin gak tasnya," tangan kanan Seongwoo berusaha menggapai tasnya yang sekarang dinaikan ke atas kepala sama Daniel dengan gerakan meledek.
"Coba aja ambil kalo bisa! Huuu payah. Gak nyampe," canda Daniel sambil menggoyang-goyangkan tas Seongwoo.
Sayangnya, Daniel tidak memperhitungkan koridor yang ramai dilalui orang karena bel sekolah hampir berbunyi. Tanpa sengaja seseorang menabrak tubuh Seongwoo, membuat pria itu terdorong ke arah Daniel.
O-ow... Baru saja Seongwoo mau bilang gakpapa, Daniel udah membanting tas miliknya ke lantai dan menarik lengan orang yang menabrak Seongwoo.
"LO TUH KALO JALAN LIAT LIAT DONG. NABRAK ORANG SAKIT SEENAKNYA. AWAS YA SAMPE SEONGWOO LUKA LAGI! GUE ABISIN!" ancam Daniel sambil menarik kerah seragam orang itu.
Seongwoo melihat siswa siswi di sekitar mulai berkumpul dan berbisik-bisik. Aduh Daniel ini emang merepotkan!
"Niel lepasin sekarang! Dia gak sengaja, lagian aku juga gak liat jalan. Lepasin ya ganteeeng. Please, malu diliatin orang." Seongwoo berusaha menarik lengan Daniel. Mau gak mau pria bongsor itu melepaskan cengkeramannya. Seongwoo buru-buru memberi tanda supaya orang yang dimarahin Daniel tadi untuk cepat kabur.
"Kamu gakpapa?" Tanya Daniel dengan suara lembut, tidak lupa mengelus tangan Seongwoo yang diperban. Dasar bucin protektif. Alay.
Seongwoo mengangguk. Daniel memungut tas Seongwoo yang tergeletak di tanah. Ia kemudian berjalan sambil menggenggam tangan kanan Seongwoo, melewati kerumunan orang yang melihatnya dengan berbagai sorot mata. Ada yang kagum, ada yang benci, ada juga yang ketakutan.
Daniel memang tidak peduli dengan orang lain selain pria yang berada di genggaman tangannya. Sayangnya, Seongwoo tidak begitu. Dia gak nyaman kalau orang lain hanya melihat sisi Daniel yang menyeramkan dan sok jago.
Apalagi mereka sudah kelas tiga dan dalam hitungan beberapa bulan akan lulus. Seongwoo gak mau kalau kenangan tentang Daniel di sekolah ini hanya sebagai siswa berandalan tukang tawuran, menyeramkan. Mereka pasti menghilangkan memori Daniel sebagai peringkat satu akademis di sekolah dan juga kapten basket.
Tiba-tiba dia mendapat pencerahan untuk mengganti image Daniel. Ayo laksanakan project "Daniel tidak menyeramkan tapi lucu seperti samoyed".
"Ngapain senyum senyum?" Tanya Daniel curiga ke arah Seongwoo yang melamun.
"Hehe.. nggak. Gakpapa. Btw aku mau nanya," ujar Seongwoo.
"Nanya apa?"
"Kamu kan sensitif banget kalo aku luka. Aku mau nanya, orang yang waktu itu mukul aku gak kamu apa-apain kan?" Dia udah setengah mati penasaran. Abisnya temen-temen Daniel kalo ditanya gak mau jawab. Bilangnya selalu 'tanya aja sendiri sama daniel.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Box
FanficKeseharian Seongwoo dan Daniel. Dua orang yang bersahabat dari zaman batu. Kadang lucu. Kadang gemes. Kadang ngeselin.