CHAPTER TIGA | JUST END

355 42 7
                                    

-ff ini terinspirasi dari novel dwitasari-alias novel remaja, jadi, bisa saja ada adegan yang sama..

VOTE + KOMEN

SORY FOR TYPO:((

"aku mulai kebingungan mengendalikan rasa, aku mulai sering bertanya tanya, apakah setiap canda yang terucap dalam kata, terselip sebuah cinta di dalamnya?"

Jaemin sungguh tidak sabar bertemu Jeno lagi. Menatap mata sipitnya, memegang lengan kekarnya. Sungguh, ia tidak sabar menyusun percakapan dengan Lee Jeno.

Melalui chat whatsapp, Jeno mengabari Jaemin bahwa pesawatnya dari Busan telah lepas landas sejam yang lalu. Dan sebentar lagi akan landing.

Ponsel Jaemin berdering, Jelas nama Lee Jeno terpampang di sana. Jeno langsung menyapa ketika jaemin mengangkat telepon.

-notes italic as Jeno

"udah sampe?"

"udah kamu dimana?"

"di belakang kamu"

Jaemin sontak menghadap belakang, seketika itu lengan kekar berada di pinggangnya. Jeno memeluknya sangat erat.

Jaemin bisa merasakan aroma mint dari tubuh Jeno. Sangat menenangkan. Jaemin melihat sosok tinggi di belakang Jeno.

Ia tersenyum pada sosok itu, "namanya siapa Jeno?" Tanya Jaemin

Jeno pun melihat ke arah yang Jaemin tuju, "Dia lucas, kenapa?"

"Gapapa, ganteng ya hehe. Tinggi lagi" Seloroh Jaemin.

"Serah deh serah" Katanya jutek, Jaemin bingung melihat Jeno yang berubah ekspresi.

"Kenapa? Cemburu, ya?" kata Jaemin dengan bercanda, "Kalo cemburu bilang!"

"Enggak, ngapain cemburu sama kamu." Jeno nampak tak terima.

"Udah, kalo cemburu bilang aja. Aku juga cemburu sama kamu, temen kuliah kamu banyak yang suka kamu" Kata Jaemin.

"Itu kan kamu yang cemburu. Kalo aku, diem aja. Nanti kamu juga nyadar sendiri" Balas Jeno.

"Hm, daripada kita bahas tentang cemburu mending kita makan, kamu kan belum makan dari Busan. Tadi juga pas aku chat kamu, malah kamu bingung kapan pesawatnya terbang."

"-Hidup kamu itu banyak ketidak pastiaan ya, sama kayak hubungan kita ini" sambung Jaemin dengan nada sendu.

Setelah Jaemin berucap hal itu, lantas Jeno menarik tangannya untuk berhenti berjalan.

"Kok berhenti? Aku salah ngomomg, ya Jeno?"

Dan dipersekian detiknya lagi, Jeno menarik Jaemin dalam pelukan hangat. Jeno membelai surai Jaemin sangat lembut.

Sekilas Jaemin berfikir, apakah seorang teman saling memeluk seperti ini? Apakah ini hal wajar bagi sepasang 'teman'? .

🔪🔪🔪🔪

Setelah pertemuan itu, wajah Jeno tidak bisa menghilang di pikiranJaemin. Setiap detik bersama pria bermata sipit itu adalah hal yang membahagiakan.

Diam - diam Jaemin mengamati wajah Jeno. Kenapa wajah itu selalu bisa membuatnya rindu? Mengapa peluknya berhasil menghangatkan hatinya?

Jika memang mereka hanya teman biasa. Mengapa Jeno memberi rasa? Jaemin begitu khawatir jika selama ini ia berharap terlalu dalam, hingga tenggelam.

Sungguh, Jaemin takut suatu saat nanti ia benar - benar mencintai sosok Lee Jeno. Karena ujung cinta adalah luka. Dan Jaemin tidak bisa membayangkan kalau suatu saat nanti kehilangan Jeno.

Sayang, dalam pertemuan yang selalu penuh tanya ini, Jaemin hanya ingin Jeno tahu, bahwa ia sangat takut kehilangan lelaki bermata segaris itu.

Semakin lama muncul rasa ini, rindu Jaemin semakin menjadi. Selalu ia selipkan rasa rindu lewat pesan suara. Entah itu digubris Jeno atau tidak.

Jaemin mencoba mempertanyakan hal yang tidak pasti, terutama status hubungan mereka saat ini. Inilah bakat yang harus Jaemin jalani.

Sebagai teman Jeno, Sebagai sahabat Jeno, dan sebagai Pemuja Jeno. Jeno pernah bilang bahwa ia menyukai ketiga bakat itu.

Ketika ditanya, bakat yang paling Jeno sukai ia dengan cepat menjawab, "Sebagai teman. Itulah yang paling aku sukai darimu, Jaemin"

Begitu kata Jeno. Padahal, sungguh aku sangat berharap Jeno tidak menganggapku hanya sekedar teman.

Aslinya saya mager apdet, karena abis war sama si plagiat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aslinya saya mager apdet, karena abis war sama si plagiat. Tapi tak apalah~

Just End | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang