Sorry but last update...hehe enjoy!
30+ readers. Next?Sejak tadi, Jeno memandangi Jaemin dengan tatapan sendu. Jaemin sendiri tidak mengerti dengan arti tatapan itu.
Ketika mata mereka bertemu, Jeno malah membuang muka. Sesekali melirik ponselnya, meskipun tidak ada nontifikasi disana.
Udara malam kota Seoul ini sama dingin nya dengan sikap Jeno akhir - akhir ini. Cowo bermata sipit itu menghilang tanpa kabar.
Meskipun kejadian ini bukan pertama kali yang dihadapi Jaemin. Biasanya ini terjadi saat Jaemin menanyakan kejelasan hubungan mereka
***
Lucas duduk di hadapan Jaemin sesekali memperhatikan sepupunya yang tengah mengetik di macBook nya.
"Tumben banget Luke disini. Emang ada apa?"
"Emang kenapa? Gaboleh gitu nyusul sepupu sendiri?"
Jaemin menggeleng, "Gak gitu! Ya, tumben aja mau nemenin disini. Biasanya kan ogahan"
"Gak ada alesan sih, cuma pengen ngerti aja. Sepupu gue nulis apaan?"
Jaemin mengarahkan macbooknya "Cinta gak seharusnya datang di tengah persahabatan, kan?"
Lucas menuikkan alisnya bingung, "Emang apa yang salah suka sama sahabat sendiri?"
Jaemin menggeleng pelan, "Nah! Ini yang lagi kucari dari tadi. Sumpah, masa gak ada yang tahu sih salahnya?"
Lucas tertawa pelan, "Inspirasinya dari cowo mata sipit dan hidung mancung. Yang selalu gantungin sahabatnya sendiri, kan?"
Jaemin mencebik mendengar tutur kata Lucas. "Patah hati itu inspirasi buat nulis di macbook, tahu!"
"Jadi, kamu selalu patah hati, gitu?"
"Gak juga sih. Cuma gak enak aja hubungan gue terhalang persahabatan"
"-bukan salah Jeno sebenernya. Kita kan sahabat, mungkin aku yang terlalu berharap. Siapa tahu dia normal, kan?"
"Sahabat gak saling menyakiti, kan? Itu hal yang kamu butuhin dari cowo itu!"
Jaemin menulis lagi di macbook nya. Tampak tidak menghiraukan perkataan Lucas.
"Si pemain basket itu, suka sama kamu apa enggak sih, Jaem?"
Jaemin menatap Lucas sekilas. Bayangan tentang Jeno mulai hadir kembali. Ia selalu ingat, saat mempertanyakan kejelasan hubungan mereka.
Menghitung seberapa jauh angka pertemanan mereka. Karena Jaemin sendiri tidak tahu bagaimana perasaan cowo itu kepadanya.
***
Beginilah pedihnya mencintai tanpa suatu kejelasan. Ia bahkan tidak mempunyai hak mempertanyakan, apalagi menuntut jawaban.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Just End | Nomin
Fanfiction❝Mungkin memang, takdir tidak menginginkan kita bersama. ❞