T Untuk Tubuh

4.2K 726 32
                                    

Alfan tidak pernah terlalu memperhatikan seseorang. Dia hanya memandang sekilas—jarang tergoda pada struktur wajah; mata, bibir, hidung, dahi, atau tulang rahang yang sedemikian rupa—, dan berlalu begitu saja. Alfan sadar diri, dia tidak pernah terpikat pada senyuman, suara, aroma,  atau sorot mata. Dan keabstainan ketertarikan itu menjadi alasan si pemuda kerap kali mempertanyakan dirinya sendiri.

Namun, ketika sudah berurusan dengan sosok Prawala Tegar, kenyataan seakan diputarbalikkan seratus delapan puluh derajat tepat di depan wajah Alfan. Kulit sawo matang yang memeluk otot-otot liat itu seketika menjadi candu untuk Alfan. Aroma maskulin bercampur keringat lekas mendominasi penciumannya. Alfan tak akan mengakui ini keras-keras, namun bibirnya tak pernah berhenti mendamba untuk segera bertemu dengan bibir Tegar. Indra pendengarannya terangsang oleh setiap bisikan bernada menggoda yang mengalir dari mulut Tegar tatkala satu demi satu jari pemain futsal itu memanjakan tubuh Alfan. Di lain sisi, Alfan tidak akan berbohong: ia menikmati pemandangan saat wajah Tegar memerah—saat peluh membanjiri dahi pemuda itu di sela-sela aktivitas mereka.

Sehingga Alfan tak tahan untuk mengklaim tiap jengkal dari tubuh si pemuda sebagai miliknya.

"Mine."

Kecupan Alfan jatuh di dahi Tegar. Striker futsal itu mengerjap kaget.

"Mine."

Lalu menurun pada pipi kanan. Alfan menggigit pelan daun telinga pasangannya.

"Mine."

Hingga kecupan kecil mendarat di puncak hidung Tegar.

Dan sebagai penutupnya—Alfan menarik wajah Tegar; seketika memangkas jarak di antara mereka. Lidah bermain-main, gigi bergemeletuk, dan di bawah sana, tubuh saling mengguncang satu sama lain.

From A to ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang