"Ayo, pulang. Aku udah dapet surat ijinnya." Ajakku.
"Aku nggak mau pulang, Ca. Aku mau di sini aja." Naya memohon dengan wajah memelas.
Terlihat sekali raut wajah ketakutan dari sorot matanya yang sangat menyendu. Hatiku sakit melihatnya. Aku ingin marah, tapi aku tak tau harus marah kepada siapa.
"Aku nggak akan antar kamu ke rumah. Kamu ikut aku." Bisiku, sebelum meninggalkan kecupan lembut di dahinya.
"Kemana?"
"Udah, ikut aja." Jawabku.
Aku membantu Naya turun dari ranjang, dan berjalan beriringan dengannya. Aku dengan setia merangkul bahunya, menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
Aku tau apa yang dia rasakan. Aku pernah mengalami semua yang terjadi padanya. Aku tau bagaimana sakit dan tidak berharganya saat kesucian di renggut paksa oleh mereka-mereka yang hanya mengejar nafsu semata.
Aku membantu Naya masuk ke mobil Grab yang sudah ku pesan sebelumnya. Tujuan kami adalah apartemen Bumi Putra, yang sudah di persiapakan seseorang. Berkat seseorang yang aku telpon tadi, aku bisa mendapatkan apartemen itu.
35 menit perjalanan dan akhirnya kami sampai di depan lobi. Terlihat raut wajah kebingungan yang Naya tampakkan.
"Kita ngapain ke sini, Ca? Mau ke tempat siapa?" Tanyanya.
"Sudah, ayo. Tidak usah banyak tanya." Aku mengengam tangannya, mengisi sela jarinya dengan jariku.
Sebelumnya, aku harus ke resepsionis dulu untuk mengambil kunci unit apartemen yang telah di sewakannya untukku.
"Selamat pagi, ada yg bisa saya bantu?" Tanya resepsionis dengan nametaq Fitria, itu.
"Mba, saya mau minta kunci unit 349, atas nama Feronica Larasati."
"Sebentar ya, saya cek dulu." Jawabnya, ramah.
"Oh, iya, Mba Feronica. Ini kuncinya, unitnya ada di lantai 15, dari lift belok kanan."
"Oke. Terimakasih." Jawabku.
Sepanjang perjalanan, Naya selalu mempertanyakan perihal apartemen yang ku sewa ini, yang banya ku balas dengan gedikan bahu acuh atau deheman.
Lift berhenti tepat di lantai 15. Aku pun mengikuti instruksi dari respsionis tadi, menghitung angka yang ada di setiap pintu.
347,
348 dan ...
349.Aku memasukkan master key yang tadi ku terima, menekan sandi untuk membuka pintu itu.
Bunyi 'bib' tanda kunci pintu terbuka membuat ku segera membukanya. Terlihat ruangan yang cukup luas dengan perabotan yang sudah lengkap.
Kami melangkah masuk dan mengedarkan pandangan meneliti ruangan ini. Besar, itu yang pertama bisa aku deskripsika. Ada ruangan yang aku yakini adalah ruang tamu, satu kamar dengan ranjang yang besar, lemari, kamar mandi dengan bath up minimalis, ada juga dapur mini dan lengkap dengan meja makannya.
Ah ... bagus juga seleranya, bisa memilih apartemen yang sesuai dengan bayanganku.
"Sebenarnya ini apart siapa sih, Ca?" Tanya Naya, membuyarkan lamunanku.
"Apart ku, aku yang sewa pake uang tabungan dan sedikit uang peninggalan mama." Jawabku, berbohong, "Kamu bisa tinggal disini. Kalau kamu sudah tak tahan tinggal di rumah itu." Lanjutku.
"Terimakasih. Kamu selalu ada buat aku, Ca." Dia memeluk tubuhku dengan erat dan aku pun mebalasnya tak kalah erat. Menghirup aroma shampo yang dia kenakan dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY LESBI ( Aku Yang Berbeda) 17+
Teen FictionMomeri kelam menuntun ku berjalan di jalan yang salah. Menuntun ku menjadi gadis yang berbeda dari yang lainnya. Sentuhan lembut dari lelaki tak membuat ku jatuh bereaksi. Tetapi, sentuhan nakal dari kaum ku sendiri itu lah yang membuatku melayang h...