Study? NOOOOOOO

1.7K 156 25
                                    

Ayo dong jangan hanya komen next atau lanjut, aku butuh lebih banyak komentar positive tentang isi bab daripada komentar minta lanjut. (Jk ㅋㅋㅋ)

____________________________________________________________

"KAU HARUS MAU SEKOLAH BAGAIMANA PUN CARANYA!"

"HEI, SIAPA KAU PAK TUA BERANI MEMERINTAHKU HAH?!"

"KAU TINGGAL DI APARTMENT KU JADI KAU HARUS MENURUTI ATURAN YANG KU BUAT ATAU PERGILAH KE KOLONG JEMBATAN"

Yah seperti itulah awal pagi yang indah di hari yang indah pula sampe burung pun enggan hinggap di balkon tempat itu.

Naruto mendesah, kehilangan kata-kata sanggahan yang bisa ia gunakan agar Madara menghentikan niat nya mendaftarkannya ke sekolah, sungguh membayangkan dirinya berada di antara tumpukan buku membuatnya meringis.

"Baiklah bagaiman kalau kita nego secara baik-baik, kau tidak perlu mengeluarkan biaya untuk ku sekolah, aku akan mencari kerja untuk membiayai hidupku disini jadi aku tidak hanya menumpang di apartement mu saja, bagaimana?" Naruto mencoba memikirkan cara terbaik yang bisa ia pikirkan untuk membuatnya terhindar dari bangku sekolah.

"Kau pikir mencari kerja semudah memakaikan mu popok hah?!"

"Hei! Aku bukan bayi! kenapa aku harus memakai popok?!" Naruto merasa harga dirinya terhina mendengar Madara mengatainya masih memakai popok, dia laki-laki sejati! dia bahkan punya otot bisep dan perut kotak kotak hasil dari kerja keras nya latihan yah walaupun tidak sekekar Madara yang notabene seorang veteran perang.

"Mungkin tubuhmu saja kekar tapi jiwamu masih suka ketakutan bahkan pada hantu. Seperti bayi" sarkas Madara membuat Naruto kalah telak, "Kau sendiri bukankah jadi uke kakek Hashirama, badan saja kekar tapi wajahmu kalah manly di banding kakek Hashirama"

"APA?!" Dahi Madara berkedut, berani sekali bocah ini mengatainya ... uke

uke

Uke

UKe

UKE

"SIALAN, SIAPA YANG BILANG AKU UKE, HEI BOCAH KAMI HANYA RIVAL!!" Bagus, Naruto menyeringai 'jadi ini kelemahannya' Naruto sekarang punya kartu AS Madara.

Kalian berdua sama liciknya_-

"Sekarang aku tidak mau tau, kau akan pergi sekolah secara sukarela atau terpaksa, karena sialnya kau baru 17 tahun dan aku tidak mau berurusan dengan dinas sosial aku juga tidak sudi satu rumah dengan orang bodoh"

Dahi Naruto berkedut mendengarnya.
"Baik-baik dasar kakek tua"

Madara mengeluarkan beberapa lembar won dan memberikannya pada Naruto "ini ada 200.000 won, gunakan uang itu dengan baik dan beli kebutuhan bahan makanan kita untuk 1 bulan ke depan" kata Madara sambil menyerahkan tas kain untuk belanja dan kertas list bahan kepada Naruto.

Naruto menyeringai membayangkan akan banyak membeli ramen setelah ini "Dan aku hanya membatasimu untuk membeli 3 cup ramen dalam satu minggu" mata Naruto terbelalak lebar, kenapa bisa ia satu rumah dengan iblis pembenci ramen di depannya ini?!

"APA! ITU TIDAK ADIL! AKU TIDAK BISA HIDUP TANPA RAMEN!" Naruto menatap garang Madara dengan percikan listrik imajiner di kedua matanya yang hanya di anggap angin oleh Madara.

"Aku tidak mau tau, kau tidak bisa makan ramen setiap hari, aku tidak mau punya teman rumah yang penyakitan karena kelebihan ramen" Madara melingkarkan tangannya di depan dada, oh sikap lamanya yang angkuh kembali lagi.

"Kau pikir kita teman?" Naruto masih saja suka berdebat.

"Kau pikir aku menganggapmu teman?" balas balik Madara dengan ekspresi galak.

PaeoniflorumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang