"Kamu mau kemana, La?"
"Mau ke pantai. Ikut?"
"Enggak ah, kepalaku jadi pusing gara-gara naik kapal semalam."
Dinda, kawanku yang satu ini biasanya paling kuat mengatasi perjalanan yang panjang, namun tidak untuk menaklukkan perjalanan laut.
"Mau kemana?" Riza yang baru keluar dari kamar mandi hotel mengulangi pertanyaan Dinda.
"Ke pantai, ikut?"
"Iya ikut, tunggu! Aku mau ganti baju dulu." jawaban yang membuatku kembali mendaratkan pantat di ujung ranjang.
"Sherly tadi kemana? Buru-buru amat kayaknya." tanyaku entah kepada siapa, antara Dinda dan Riza pasti akan memberi jawabannya.
Dengan suara yang tidak jelas akibat menenggelamkam wajahnya dalam bantal, Dinda menjawab, "Jalan-jalan sama Rafa mungkin. Dari tadi pagi mereka belum sempat foto bareng katanya."
Sherly, satu-satunya kawanku yang tidak bisa terlepas dari kata pacaran. Baru jomblo sehari saja sudah bingung cari pacar lagi.
"Din! Gak mau ikut?" tanya Riza yang hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Dinda.
"Yaudah, tidur aja! Mau dibawain apa?" tanyaku.
"Enggak usah deh. Buruan sana gih, kalian nih malah ganggu."
Secepat mungkin aku dan Riza berjalan keluar dari kamar hotel. Menelusuri lorong panjang sebelum akhirnya sampai di depan lift. Banyak yang mengantri untuk turun, mereka adalah kawan-kawan se-SMA dengan aku dan Riza. Seluruh angkatan kelas 11 tengah melakukan liburan ke Pulau Dewata ini. Kemarin pagi kami berangkat, semalam penyeberangan dari Pulau Jawa ke Bali, tadi pagi tiba di destinasi pertama, hingga sore ini kami tiba di hotel yang berlokasi di Pantai Kuta.
"Dila, Riza!" suara lantang milik seorang yang aku kenali.
"Hei ...." jawabku bersamaan dengan Riza.
Arion, seorang lelaki pecinta musik. Seringkali dia tampil di beberapa cafe di Kota Ponorogo, seringkali pula dia mengajakku untuk tampil memainkan keyboard, namun aku tak pernah mengiyakan. Jika sekedar hanya bermain untuk mengisi waktu luang, itu sering kami lakukan.
"Kalian mau kemana?"
"Minum degan disana aja yuk. Mataharinya belum bener-bener tenggelam, masih panas." jari Riza menunjuk sebuah tempat duduk dibawah payung besar.
"Aku juga diajak nih?"
"Gak diajak juga pasti ikutan kan?" kataku.
"Iyalah." seutas bulan sabit selalu terbentuk dibibir Arion kala dia tersenyum.
Kunjungan ke Pulau Dewata ini adalah hal yang aku nanti-nantikan. Kawan-kawan ku dari sekolah lain mengirimkan sebuah senja dari Pantai Kuta ketika liburan yang lalu, sedangkan kini, aku yang akan menyaksikannya sendiri. Tidak sabar rasanya menanti sang mentari menenggelamkan diri.
"La, nanti kita foto berdua ya." lagi-lagi Arion memperlihatkan senyum itu.
"Kita? Enggak ah, udah pernah."
"Kan ini mumpung lagi di Bali, La."
"Sama aja kali."
"Dila ini ke pantai cuma mau lihat senja. Coba kalau kita check-in nya nanti malem, pasti dia lebih milih tidur. Senja yang dia suka aja gak diabadikan, apalagi elo, Ion. " jawaban Riza benar-benar mewakili ku.
"Awas aja nyesel gak mau diajak foto."
"Kayak mau mati aja sih lo." Riza berhasil menimpuk Arion dengan totebag yang dibawanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bias Senja
Teen FictionAku yang suka menatap langit barat kala malam akan tiba, dikejutkan oleh seorang lelaki dewasa yang mengajakku bicara perihal senja. Bili, begitulah dia menyebutkan namanya. Orang asing yang kemudian setiap harinya tak lupa mengirimkan tangkapan kam...