satu

30 10 0
                                    

Kata semua orang Val itu sempurna, dia bisa mendapatkan apa yang dia ingin kan. Dengan mata bulat dan bibir mungil nya dia dapat membuat banyak laki laki terpikat, belum lagi jika gadis itu sedikit mengurangi sifat angkuh nya dan mau berbaur, dia dapat mempunyai banyak teman.

Tapi ada satu hal yang selalu membuat Lean bingung dan bertanya tanya, pasal nya dia selalu menangkap sosok itu menatap orang lain dengan mata yang berkilat iri, kentara sekali.

Kalau hidup nya sempurna kenapa gadis itu dapat iri dengan orang lain?

Dan itu menjadi satu hal dari banyak hal lain nya yang membuat Lean tak pernah dapat mengerti apa yang gadis itu pikirkan, baginya Val itu membingungkan. Lebih rumit dari rumus fisika yang di berikan gurunya.

Seperti saat ini. sore itu Lean sedang berada dilapangan indoor sekolah nya bersama Reyland dan Varo, hanya memantul mantulkan bola basket sambil sesekali mengobrol ringan dengan kedua laki laki itu yang duduk di pinggir lapangan.

Hari itu dia tak mengikuti Val seperti biasanya, atau membututi nya kesetiap tempat. Lean lebih memilih menghabiskan waktu di lapangan indoor yang sepi bersama kedua teman nya karna tak ingin menganggu acara Val belajar di perpustakaan untuk ujian harian di kelasnya.

Tapi saat dia sedang tertawa kecil dan tak sengaja menoleh ke arah pintu ruangan, dia lagi lagi menangkap sosok Val yang berdiri disana dengan sorot mata iri. Hanya beberapa detik karna setelah itu Val memalingkan wajah nya dan kembali berjalan, tapi itu cukup membuat kepala Lean dipenuhi oleh banyak pertanyaan.


















•••

Malam itu Lean sedang berjalan dengan malas di trotoar jalanan yang cukup ramai, memasuk kan kedua tangan nya kedalam saku hoddie hitam yang membalut tubuh nya sambil sesekali menendang batu krikil. Benar benar seperti orang yang tidak punya kerjaan.

Malam minggu, Lean malas berada di rumah karna sebenar nya bangunan itu bukan layak nya sebuah rumah yang hangat dan menyenangkan. Melainkan bangunan besar yang sepi dan dingin, membuat nya enggan untuk berlama lama berada di dalam sana.

Semua teman nya juga sudah mempunyai acara mereka masing masing bersama pasangan nya, Lean malas menjadi nyamuk. Jadilah dia memilih berjalan di trotoar jalanan sambil sesekali melihat ke arah toko toko yang sedang ramai.

Sampai netra hazel kelabu itu melihat Val yang sedang duduk didepan minimarket dengan hoddie biru langit sambil memakan satu cup ramen dengan rakus. Membuat nya tersenyum dan segera melangkahkan kaki kesana.

"Sedang apa siswa emas seperti mu berada disini?" Lean bersuara, menarik kursi didepan Val dan mendudukan dirinya didepan gadis itu. Sukses membuat Val mendengus tak suka.

"Bukan urusan mu, lagipula laki laki berandalan seperti mu sedang apa berjalan di jalanan sendirian seperti gelandangan?" Val berujar cuek, mulut nya kembali sibuk menguyah.

Lean hanya dapat menarik satu senyuman tipis, "Hei, aku ini juga kakak kelas mu. Sopanlah sedikit."

Val memutar bola mata nya jengah, bersikap tak perduli dan memilih menegak satu botol air mineral daripadi meladeni ucapan Lean.

Lean sendiri memilih bangkit, berjalan masuk kedalam minimarket untuk membeli sekaleng soda dan kembali duduk dihadapan Val. Keduanya sama sama diam, membiarkan keheningan mengisi malam yang senyap. Sampai Lean kembali menemukan tatapan itu, sorot mata iri Val yang menatap satu anak kecil yang keluar dari minimarket bersama kedua orang tuanya.

"Hei Val, kata semua orang kau itu sempurna, lalu kenapa kau selalu melihat orang lain dengan iri?" setelah sekian lama akhirnya Lean dapat menayakan itu secara langsung, membuat Val menoleh ke arah nya dengan kerutan di dahi sebelum akhirnya terkekeh kecil.

"Apa seperti itu diriku dimata mereka,"

"Maybe."

Val menghentikan tawanya, sejenak netra hitam itu terlihat kosong. Poni nya yang menutupi mata sedikit membuat Lean risih melihat nya.

"Konyol sekali, tidak ada orang di dunia ini yang sempurna. Hanya ada beberapa orang yang mencoba terlihat sempurna."

"Kalau begitu kau pasti ada disalah satunya kan?"

"Aku tidak mau mengakui nya, fakta itu membuat ku muak dengan diriku sendiri." Val terdiam sesaat, matanya sibuk menatap keramaian malam dengan datar sebelum kembali berucap,

"Mungkin kau benar, aku selalu iri dengan semua orang. Payah memang membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Tapi aku selalu ingin hidup seperti orang lain, apalagi menjadi sosok seperti seorang Arlean Davendra. Bebas dan tak pernah terikat aturan apapun."

Lean sukses bungkam, sosok didepan nya sekarang bukan seperti Val yang dia kenal. Tak ada lagi tatapangan sombong atau senyum meremehkan dari gadis itu, hanya ada Val yang kosong dan rapuh.

Dia tahu, Val mungkin bukan sosok sempurna seperti apa yang di lihat orang lain. Senyum pongah itu hanya sebuah kamuflase, dan itu membuat Lean semakin bingung dengan gadis didepan nya.

Val selesai memakan cup ramen nya, beranjak bangun dan membersihkan hoddie biru langit milik nya sebelum menatap Lean yang sejak tadi terdiam.

"Pulanglah, udara malam tak terlalu baik untuk kesehatan."























°tbc
Iya tau ini pendek banget huhu:(


EXSPRESSO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang