dua

32 10 3
                                    

Happy reading! Jangan lupa vote and komen nya ok?

.
.
.





Val, kamu tahu tidak? Malam ini aku sedang melihat bulan dilangit, indah sekali. Tapi sayang, cahaya nya masih tak sebanding dengan cantik nya dirimu hehe.
-Arlean Davendra



Val menghembuskan nafas perlahan, menatap pintu ber-cat coklat didepan nya dengan sedikit ragu. Angin malam sedikit membuat gadis bermanik coklat itu kedinginan, masih dengan jantung yang berdegup kencang Val perlahan mulai membuka knop pintu.

"Kemana saja kamu baru pulang jam segini? Masih berusaha nyari laki laki brengsek itu?" suara dingin itu langsung menyapa indra pendengaran nya kala kaki Val melangkah ragu kedalam, menemukan seorang wanita yang lebih tua darinya sedang duduk di sofa ruang tamu dan menatap nya tajam.

Val mengeratkan genggaman tangan nya pada ujung hoddie berwarna kesukaan nya itu, kepalanya sedikit tertunduk sambil menggeleng kecil.

"Oh, apa kamu abis jual diri?" tatapan wanita itu sarat akan kebencian, suara langkah kaki yang perlahan mendekat membuat Val tanpa sadar menggigit bibir bawah nya sendiri. Ada perasaan sesak yang menyeruak dalam dada saat wanita itu menatap nya jijik, seakan akan dia adalah hal paling menjijikan yang pernah wanita itu lihat.

"Mah, V-val tadi cuman abis makan ramen didepan minimarket doang kok." Val berusaha bersuara walaupun rasa rasanya suara nya tidak akan terdengar oleh wanita itu,

PLAAK

Val menahan isakan nya saat satu tamparan keras mendarat dipipi kanan nya, sukses membuat ruam kemerahan yang entah sudah keberapa kali nya ia dapatkan.

"Kalau saja, kalau saja kamu tak lahir. Mungkin hidup ku tak akan jadi begini. Mungkin, aku bisa hidup bahagia dengan laki laki yang kucintai. Bukan nya malah mengurus anak pembawa sial sepertimu."

Perih, perih sekali saat mendengar wanita itu mengatakan hal yang sama dalam hampir setiap hari. Bahkan mungkin rasanya lebih perih daripada tamparan dan pukulan yang selalu ia terima. Satu tetes air bening berhasil lolos dari pertahanan Val, gadis itu perlahan mulai berani mendongak dan menatap mata yang kini sudah berlinang air mata.

Ada senyum getir saat Val membuka bibir, "Kalau gitu, boleh Val bilang kayak gitu mah? Apa mamah pernah denger kalau Val juga pengen lahir ke dunia ini? Apa mamah pernah denger kalau Val juga pengen lahir dari rahim mamah?" Val berhenti sejenak, dada nya sudah naik turun tak beraturan, bersamaan dengan rasa amis darah yang terasa dilidah nya akibat gadis itu terlalu kuat menggigit bibir bawah.

"Sejak dulu, Val udah ngelupain sosok papah. Lalu, yang selama ini yang masih terbayang bayang laki laki itu siapa mah kalau bukan mamah sendiri?" gadis itu tergugu saat mendapati sang ibu yang sudah menangis terisak, menjambak surai hitam milik nya sambil meracau kecil.

Kalau saja wanita didepan nya ini bukan wanita yang sama dengan orang yang sudah melahirkan nya kedunia, kalau saja wanita ini bukan wanita yang harus nya menyayangi nya dengan lembut dan penuh kasing sayang--bukan nya malah memaki dan memukuli nya setiap hari saat dia mengingat sang suami yang telah lama meninggalkan. Kalau saja, ah rasanya sudah terlalu banyak kata kalau saja yang terucap, membuat gadis itu selalu bertanya tanya dimana tuhan dan segela keadilan nya.

"Aku pergi, jangan mengharapkan ku pulang untuk beberapa hari ini." ujar Val saat diri nya sudah sedikit lebih tenang, kaki nya baru melangkah meninggalkan rumah itu saat matanya menangkap tangan sang ibu yang berusaha menggapai nya. Walau nyatanya, tangan kurus itu tak pernah berhasil menggapai nya.

 Walau nyatanya, tangan kurus itu tak pernah berhasil menggapai nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Val menghembuskan nafas kasar sambil memeluk dirinya sendiri didepan halte bis yang sudah sangat sepi, ini sudah malam dan dia benar benar tak tahu akan pergi kemana. Sebenar nya ucapan nya saat di rumah itu hanya asal karna dia tak ingin melihat lebih lama bagaimana ibu nya menangis, yah walaupun kenyataan nya wanita itu memang sudah banyak menyakitinya, darah tetaplah darah. Bagaimanapun juga dia adalah ibunya.

Apa dia pergi ke rumah Aksa saja? Sepupu nya yang paling mengerti dirinya karna keadaan mereka yang sama. Tapi ini sudah larut malam, apa tak apa apa jika berkunjung ke rumah orang lain selarut ini? Tapi, kalau begitu dia akan pergi kemana? Teman saja tidak punya.

"Valerie kan?"

Val agak nya sedikit tersentak saat sebuah suara halus mengucapkan namanya, membuat ia yang tadinya tengah menunduk dan menatap sepasang sepatunya jadi mendongakkan kepala dan melihat sosok seorang laki laki menjulang didepan nya.

Val mengerutkan dahi heran,"Eh? Artha?"































°tbc

Jujur banget tadinya cerita ini ga mau aku lanjutin lagi atau aku rombak alurnya karna mendadak ga dapet feel, tapi setelah aku pikir pikir lagi kayak nya lebih baik aku lanjutin dulu. Gimana? Kalian suka ga sama alur yang ini? Mau tetep aku lanjutin aja atau buat cerita baru? Tolong dong kasih aku saran:(

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EXSPRESSO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang