01.

8.5K 911 234
                                    

Taeyong menatap pantulan dirinya dari sebuah cermin besar yang terpampang pada sebuah lemari di kamar hotel tempat ia dan seorang pria yang ia layani semalam.

Matanya sembab, bibirnya membengkak, serta hickeys yang menghiasi kulit seputih susunya itu.

Dengan cepat ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan memakai pakaiannya, serta meninggalkan kamar itu.

"Let's not see each other again" ucap Taeyong dalam batinnya.


---

"Mark! Jeno! Sarapan sudah siaap" seru Winwin dari dapur sambil melepaskan apronnya, sesekali ia menatap pantulan dirinya dari gagang lemari pendingin dan menata kembali rambutnya yang berantakan sehabis memasak.

"We're coming moooom!" Seru kedua anak itu sambil berlarian di tangga menuju ruang makan.

Mark tampak sudah siap menjalani hari Seninnya, ia menggunakan seragam sekolah dengan rapi. Begitu juga dengan Jeno, namun ia tampak membawa sebuah buku PR dengan raut wajah yang membingungkan.

Ketika Jaehyun datang dengan setelan kerjanya, Jeno langsung menghampiri ayahnya sambil tersenyum manis dan menyodorkan buku PR nya.

"Dad, tolong bantu aku soal nomor 5 sulit sekali" rengek Jeno.

Jaehyun menghela nafasnya pelan, dan menatap putra bungsunya itu.

"Lain kali kalau kamu punya kesulitan dalam mengerjakan soal, jangan mengganggu aktifitas pagi seperti ini!"

"Jae.." ucap Winwin pelan.

"Biar ga kebiasaan, ma!"

Seperti itu lah aktifitas sehari - hari di rumah keluarga Jung setiap paginya.

Kini Jaehyun dan kedua anaknya sudah bersiap - siap untuk berangkat menjalani rutinitasnya masing - masing.

"Win, kalau aku pulang malam, jangan tunggu aku. Kamu tidur duluan saja" ucap Jaehyun sambil mengecup singkat bibir Winwin, sedangkan Winwin merengkuh pinggang suaminya untuk memperdalam ciumannya.

"Love you, hon" ucap Jaehyun pada Winwin.






---

Jaehyun tercenung pada ruang kerjanya teringat akan kejadian semalam, pria manis yang melayaninya dengan tatapan sayu yang begitu erotis itu membuat hatinya yang ia pikir sudah berlabuh pada pelabuhan terakhir di hati Winwin kini berlayar kembali untuk menuju pelabuhan lainnya.

"Jae! Pagi - pagi sudah melamun?!" Seru Johnny yang tiba - tiba masuk ke ruangan kerjanya.

Jaehyun hanya terdiam menatap Johnny.

"Ahh..  gue tebak, pasti soal pria manis semalam kan? Hoki sih lo bisa make dia"

"Gue... Pengen ketemu dia lagi, John.."

Kini Johnny menyeringai pada Jaehyun.

"Gue temen yang baik untuk jaga mulut soal perselingkuhan. Ikut gue nanti malam ke bar tempat biasa Taeyong manggung"

"Dia.. penyanyi?"

"Yep, seorang biduan café, but you can touch him sometimes"



---



"Kamu lihat pria - pria itu? Well, mereka itu grup yang berisikan pria - pria brengsek, bahkan istri - istrinya sudah memaklumi kelakuan suaminya yang kerap berselingkuh, kecuali satu orang itu..." Haechan menunjuk pada satu orang pria yang sedang menyesap cerutunya itu.

"Jung.. Jaehyun...?" Desis Taeyong pelan.

"Kamu kenal dia —?!"

"Ini bukan acara bincang - bincang! Tae, cepat naik ke panggung, acara sebentar lagi dimulai!" Seru seorang anggota panggung pada café itu.

Tak lama kemudian, lampu panggung meredup dan terdengar alunan musik jazz yang mengiringi kedatangan sang biduan keatas panggung dan lampu panggung pun kembali bergemerlapan.

Sorak sorai mulai memenuhi bar ketika suara merdu Taeyong terdengar. Suaranya yang lembut begitu menyatu dengan alunan musik jazz yang begitu sexy.




"Johnny, apa kamu berfikiran untuk menggaet biduan itu? Kamu tidak mau menyaingi Jaehyun yang sudah menidurinya?" Tanya seorang pria pada Johnny.

Namun Johnny hanya tertawa renyah, "kehadiran Hendery dikeluarga kecilku sudah memberikan kebahagiaan tersendiri, kupikir aku tidak akan mau berselingkuh lagi" namun Johnny melemparkan tatapan nakalnya pada Jaehyun, tetapi Jaehyun tidak menanggapinya.

Ia terkesima akan penampilan Taeyong yang begitu memukau, buru - buru Jaehyun meninggalkan teman - temannya untuk menuju back stage.





Jaehyun kini terduduk pada sebuah kursi yang berhadapan dengan meja rias, tidak lupa ia sudah menyiapkan sebuket mawar merah serta sekotak cokelat.

Ketika Taeyong sampai pada ruang gantinya betapa kagetnya ia mendapati Jaehyun yang sudah menunggu di kursi riasnya.

Jaehyun tersenyum manis begitu Taeyong datang.

"Penampilan yang mengaggumkan" ucap Jaehyun sambil menyerahkan sebuket bunga mawar serta sekotak cokelat tersebut pada Taeyong.

"Ini.... untuk apa?"

"Pemberian seorang penggemar untuk idolanya" Jawab Jaehyun sambil terkekeh.

"Kukira semalam itu adalah pertemuan terakhir kita... Bagaimana kabar keluargamu?"

"Tae, tolong jangan sebut mereka ketika kita sedang berdua!"

"Tapi Jae.. you aren't single anymore!"

"Aku tidak bisa mengakhiri hubungan kita hanya sampai malam itu saja, Tae.." ucap Jaehyun yang kini sudah memeluk tubuh Taeyong.

Taeyong menatap bola mata Jaehyun dalam - dalam, ia tidak ingin tenggelam akan dosa yang lebih fatal, terlebih memporak porandakan rumah tangga orang lain.

"Jae, pikirkan baik - baik tentang keluargamu.."

Namun Jaehyun tidak menghiraukan ucapan Taeyong melainkan langsung menghadiahi bibir Taeyong dengan sebuah lumatan dan menghimpit tubuh Taeyong pada dinding.

Taeyong tidak tinggal diam, ia mendorong tubuh Jaehyun dengan kasar hingga tubuh pria itu terdorong.

"Aku tidak mau menjadi orang kedua, aku akan memberikanmu pilihan. Tinggalkan keluargamu itu atau tinggalkan aku?"











Tbc.

ARISANWhere stories live. Discover now