ʙʀᴏᴛʜᴇʀ [06]

4K 387 5
                                    

Chapter 06;"I could help you from the outside, but it's yourself that you need to struggle with inside

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 06;
"I could help you from the outside, but it's yourself that you need to struggle with inside."

• • •

"KUMOHON jangan begini, Tae. Persahabatan kita tidak menjadi alasan mengapa aku membantumu, serius! Aku melakukannya karena keinginanku sendiri."

Jimin mengacak rambutnya kasar, terkadang ia juga lelah untuk membujuk Taehyung agar menerima semua bantuannya. Pemuda itu tahu dirinya rapuh, tapi tetap bersikukuh melarang orang lain membantunya dengan alasan tak enak hati.

Pemuda Park itu menatap Taehyung dengan tegas, "Pikirkan tentang masa depanmuㅡpikirkan Jungkook. Apa kau mau meninggalkan kesayanganmu secepat itu?"

Ini sudah tiga bulan sejak kejadian di mana Jungkook mengetahui perihal penyakit kakaknya. Baru beberapa hari lalu Jimin menemukan Taehyung tak sadarkan diri ketika tengah bekerja di dalam ruangan pribadinya di kantor. Beruntung ia langsung membawa si Keras Kepala Kim itu menuju rumah sakit terdekat.

Dokter bilang jika Taehyung semakin melemah, cara yang paling ampuh agar Taehyung tetap bertahan adalah dengan melakukan operasi pengangkatan sel kanker, atau jika tidak memungkinkanㅡtransplantasi paru-paru. Ia benar-benar tidak patuh ketika Jungkook menyuruhnya untuk kemoterapi, itulah mengapa keadaannya tidak membaik sama sekaliㅡpersetan dengan membaik, tetap pun tidak. Semuanya malah semakin berantakan sekarang.

Merespon ucapan Jimin, Taehyung hanya tersenyum kecil, "Aku lelah, Jim. Bukan hanya karena tak enak hati, tapi aku lelah. Kau bilang kau akan melindungi Jungkook, 'kan? Jika aku pergi dari dunia ini." Retorik memang, namun Jimin mengangguk lesu.

"Iya, tapi bukan begini caranya, Kim Taehyung. Aku akan melindungi Jungkook, tapi aku juga akan melindungimu. Tolong jangan kau lupakan fakta bahwa aku ini sahabatmu."

Taehyung mengambil napas perlahan, membenarkan letak masker yang ia kenakanㅡsaat ini ia memang harus selalu menggunakan masker agar terlindung dari udara kotorㅡpemuda itu berucap, "Setidaknya Jungkook akan memiliki kehidupan yang lebih baik jika bersamamu."

Jimin menggeleng, "Semua hartaku akan menjadi tak berarti jika ia kehilangan dirimu, Tae. Baginya, semua kekayaan, hadiah dengan harga selangit, dan rumah berlapis emas milikku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan denganmu. Kau adalah dunianya, kau harta berharga milik Jungkook. Kau itu keluarga, Kakak kesayangan bocah itu!"

Taehyung berdehem pelan, napasnya mulai mudah sesak saat ini, agak membuatnya kesulitan untuk berbicara panjang lebar. Lucu sekali ketika dulu ia pernah bermimpi menjadi seorang penyanyi sekaligus rapper, dan sekarang paru-parunya malah digerogoti oleh kanker sialan.

"Tunggulah di saat waktu yang tepat, Jim. Lagipula, selain biaya operasi yang mahal, aku juga belum mendapatkan pendonor paru-paru. Akan sulit." Jelas Taehyung.

Jimin menghela napas panjang. Benar juga apa yang si Kim itu katakan, belum ada orang yang bisa diberikan paru-parunya pada Taehyung. Ia dan Jungkook sudah mencoba mencari jikalau ada pendonor yang cocok, namun nihil. Usaha pencarian mereka tidak membuahkan hasil apapun selain melelahkan.

Tapi tentu saja Jimin belum menyerah. Jungkook juga mengaku sedang sibuk akhir-akhir ini, jadi tidak bisa ikut membantu Jimin yang masih mencari pendonor. Tak apa, Jimin memiliki banyak anak buah yang bisa ia andalkan.

"Baiklah, jaga dirimu sebaik mungkin, Tae. Aku serius. Makan dengan benar dan jangan lewatkan istirahat, untuk saat ini juga jangan bekerja dulu. Mengerti?" Tutur Jimin yang membuat Taehyung memasang wajah aneh.

"Kau terdengar seperti seorang ibu yang mengkhawatirkan putranya, Jim."

Jimin mendengus kesal, "Terserah apa katamu. Hati-hati, oke?" Taehyung hanya mengangguk sebagai balasan.

Lantas ketika keduanya hendak keluar dari coffee shop tempat mereka bertemu tersebut, ponsel Jimin berdering. Dengan segera pemuda itu mengangkatnya, sesekali mengiyakan ucapan orang di seberang sana, namun seketika terdiam dan tatapannya beralih pada Taehyung.

Mata sipitnya bahkan terlihat membesar, seakan-akan ia tengah kaget dan kegirangan di saat yang bersamaan.

"Ada apa, Jim?" Tanya Taehyung ketika Jimin telah memutuskan sambungan, si Park itu memegang kedua pundak Taehyung.

Jimin tersenyum haru.

"Tae, orang suruhanku mendapatkan pendonor paru-paru yang cocok untukmu."

[]

BROTHER | jjk.kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang