Chapter 05;
"It's gonna be okay if I left as long as his ready."• • •
"KAKAK ingin berbicara sebentar denganmu, Jungkook."
Pemuda Jeon yang tengah sibuk mengotak-atik komputernya tersebut pun menoleh ke arah pintu kamarnya, tempat di mana Taehyung menyandarkan diri sembari melipat tangan di depan dada. Raut wajah Jungkook menandakan jika ia menunggu kalimat lanjutan dari abangnya itu.
Taehyung menghela napas gusar sementara kedua tungkai jenjangnya membawa tubuh pemuda tersebut ke atas ranjang Jungkook. Ia ikut berbaring di sana, sementara sang adik masih sibuk mengerjakan sesuatu di meja belajarnya.
"Jungkook, bisakah kau hentikan dulu kegiatanmu? Duduklah di sini, sebentar saja, kok."
Jungkook akhirnya menyimpan data yang tengah ia revisi, kemudian segera menghampiri Taehyung dan duduk dalam posisi bersila di hadapan lelaki itu. Kakaknya menatap wajah Jungkook dengan serius, butuh beberapa saat hingga Taehyung mulai mengutarakan kalimatnya.
"Darimana kau mengetahui soal penyakit Kakak?" Tanya Taehyung, langsung menuju inti. Ia tidak suka bertele-tele ketika sedang serius begini.
Jungkook yang merasa malas mengambil kertas pun akhirnya mengetik lewat ponselnya, kemudian mengirim pesan kepada sang kakak. Ponsel Taehyung pun bergetar sesaat, pemuda itu melihat kalimat yang baru saja adiknya kirim.
'Aku tidak sengaja melihat kertas check-up nya di kamarmu. Maaf.'
Taehyung mengusap wajahnya frustasi, "Jungkook, demi Tuhan. Kakak yang harusnya minta maaf padamu." Jungkook yang sempat menunduk pun mengangkat kembali wajahnya dan menatap sang kakak dengan iras kebingungan.
'Kenapa kau minta maaf padaku, Kak?'
Melihat balasan dari sang adik, si Kim itu tersenyum sendu, lantas berkata, "Maaf karena kau memiliki Kakak yang penyakitan. Kakakmu ini tidak normal seperti kakak-kakak lain di luar sana." Jungkook merengut kesal lantas menggeleng, ia kembali mengirim pesan lainnya.
'Jangan begitu, lah! Ayo lawan penyakit sialan itu bersama!'
Taehyung cemberut, "Sialan? Siapa yang mengajarimu bahasa itu, hm?"
Jungkook terkekeh pelan.
'Maaf, Kak. Partner bermain game-ku sering mengatakannya. Bahkan lebih buruk.'
Taehyung melebarkan kedua matanya pada Jungkook. Bagaimana bisa adiknya itu ternodai karena bermain game? Kata-kata barusan itu cukup kasar, adiknya masih polos dan ia tak akan membiarkan bocah itu ternodai.
"Jangan tertular, Kook. Itu bahasa yang tidak baik, oke? Dan soal penyakitku, untuk saat ini jangan terlalu kau pikirkan, setuju?" Taehyung menautkan jarinya dengan milik Jungkook, kemudian menatap sang adik penuh harap.
Jungkook terdiam sesaat, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk mengangguk pasrah. Tangannya mengetik sesuatu yang lain pada ponselnya.
'Tapi kau harus segera berobat, Kak. Setidaknya cegah saja jika belum bisa disembuhkan. Aku mohon.'
Taehyung tersenyum simpul, mengangguk pelan dan mengelus pipi Jungkook. Bisa dibilang penyakitnya ini sudah cukup parah, kemungkinan sembuh sangat minim. Ia sudah divonis menderita kanker stadium dua sejak delapan bulan yang lalu. Entah apakah sekarang sudah bertambah parah atau bagaimana, ia merasa semakin lemah dengan polusi udara di luar. Namun keadaan ekonomi tidak memungkinkan dirinya untuk melakukan terapi.
Miris sekali memang. Itulah mengapa ia memiliki niat kuat untuk mendidik Jungkook sebaik mungkin, memberikan apapun yang akan membuat adiknya itu senang dan mengajarkan hal-hal penting sebagai pondasi untuk bertahan hidup.
Sehingga jika suatu saat ia harus pergi dari sisinya, Jungkook sudah siap dan tidak akan merasa kesulitan.
[]
Kasih vote dan komen yang buanyakk yaa sampe bejibun 😘😘
Just here for a sec to remind you guys 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER | jjk.kth
Fiksi Penggemar𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 | 𝗧𝗮𝗲𝗵𝘆𝘂𝗻𝗴, 𝗝𝘂𝗻𝗴𝗸𝗼𝗼𝗸 Membendung masalah sebagai sebuah kartu tertutup dari orang tersayang mungkin merupakan salah satu kesalahan paling fatal yang dilakukan Kim Taehyung. Beberapa tahun silam, keluarganya mengala...