3 | nonfiction

533 129 17
                                    

(play the song before read)

┏𝙝𝙬𝙖𝙣𝙜 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙟𝙞𝙣┓

Felix pergi, tanpa mengucap perpisahan.

Felix pergi, tanpa mendengar isi hatiku.

Aku ingat, malam itu, aku memintanya untuk bertahan. Malam itu pula, terakhir kalinya aku melihat Felix.

Pagi-pagi, aku dan Seungmin menemukan kamar Felix kosong. Ada beberapa baju berserakan di lantai serta kasur dan meja belajar yang berantakan.

Kami mencoba mencari pentunjuk, sekiranya bila Felix meninggalkan pesan di suatu tempat, namun harapan kami hanya angan belaka.

Bagaimana bisa Felix meninggalkan kami secepat itu!?

Seungmin tidak dapat menahan tangisnya, ia terduduk di lantai sambil menggerung pilu, sedangkan aku terpaku pada kehilangan tak terduga ini.

Sejak hari itu, aku menyalah diriku atas bibir yang tak mampu mengungkap rasa.

💫

Dua minggu kemudian Seungmin berteriak di hadapanku, menunjukkan sepucuk surat dengan nama Felix sebagai pengirim.

Berkali-kali aku mendapati Seungmin mencoba menelfon Felix, namun tidak ada jawaban. Kami sempat mengirim e-mail ke bagian informasi operator telefon dan mencoba melacak keberadaan Felix, namun operator bilang ponselnya sedang tidak aktif dan tidak dapat dilacak dengan kondisi GPS non-aktif.

Mungkin dengan sepucuk surat itu, Felix mencoba kembali berkomunikasi dengan kami.

Singkatnya, alasan Felix pergi dalam hitungan jam itu karena orang tuanya dapat menemukannya. Dalam keadaan mendesak mereka harus kembali ke Australia sesegera mungkin dengan membawa Felix.

Namun aku tetap merasa marah. Felix tidak seharusnya pergi tanpa pamit, tidak dengan hatiku yang terbawa.

💫

Seungmin mengunjungi kamarku setelah tiga hari aku mengacuhkannya. Ia duduk dan melukis senyum indah yang selalu aku elu-elukan.

Dengan tangan yang mengelus helaian rambutku lembut, ia berujar,"Kamu berubah, ya?"

"Felix pergi, bagaimana aku tidak berubah."

Ia mendengus geli,"Bukan sikapmu, tapi hatimu."

"Bicara apa, sih?"

Belaian tangan itu tidak berhenti, seolah mengatakan padaku untuk kembali tenang dan membeberkan segala rahasia.

"Felix pergi, hatimu berubah, dan aku yang kini tertinggal." Seungmin berujar tenang, tidak ada marah dalam intonasinya,"Hal ini juga pernah terjadi pada Felix. Kita berdua melangkah bersama, meninggalkan Felix tanpa kita sadari."

"K-kapan?"

Seungmin terkekeh lucu,"Dasar pelupa!"

"Coba ingat-ingat hari dimana kau begitu menggilaiku, Hwang Hyunjin." Seungmin meneruskan,"Secara tidak langsung pula, kau menolak rasa yang Felix pendam, dan kemudian mulai berubah, meminta Felix untuk terus menahan sakit. Kupikir sekarang wajar bila ia pergi secepat itu."

"Memang aku yang salah, aku tahu."

"Heh, dengar. Tidak salah untuk menyukai dua orang bersamaan, namun salah apabila kau melukai salah satunya atau mungkin keduanya. Kami sama-sama menyayangimu, tapi bukan begitu caranya." Helaan nafas Seungmin terdengar berat,"Felix terluka jauh lebih banyak. Dia pergi karena ia rasa tidak dapat melihat harapan di matamu."

Kemudian aku ingat kalimat yang kusampaikan pada Felix malam itu; 'tidak, masih belum.'

Pun ketika Felix bertanya tentang pilihanku antara ia dan Seungmin, aku hanya diam.

Hwang Hyunjin, bodoh!

Seungmin kembali terkekeh, kali ini karena melihaku menangis di pangkuannya,"Lalu, aku harus bagaimana?"

Seungmin tersenyum cerah,"Tunggu Felix, ia pasti pulang."

tbc









Nah, akhirnya Hyunjin milih Felix, kan.

Aku bikin karakter Seungmin disini adalah sosok yang legowo, apa-apa ikhlas. Sekalipun rasanya ke Hyunjin masih ada, ga dipaksain kalo Hyunjinnya udah rubah haluan. Dan aku mencoba memperlihatkan kalo Seungmin itu sayang pake banget sama Felix, makanya dia percaya Felix bakal nemui mereka lagi.

heavy shadows • hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang