Gery meremas setir kemudi keras-keras. Seluruh tubuhnya berdenyut tidak nyaman. Ia sudah diparkiran rumah sakit dan harusnya berlari ke ruang operasi untuk menemani Sandara atau pun menenangkan ibunya di sana. Apalagi tanpa diduga, Banning-senior rela melepas rutinitasnya dan menunggui sang cucu lahir. Ayah Gery yang super disiplin dan tegas itu. Bayi bakal anak Gery memang sangat ditunggu-tunggu keluarganya. Termasuk si calon ayah sendiri, sejujurnya.
Namun, ia sedang setengah mati berkonsentrasi untuk kembali ke kenyataannya. Karena sehabis melepas simpanannya dengan berani mengatakan isi hati, perasaan jujur itu harus rela hanya jadi kenangan dan rahasia lainnya di antara mereka. Begitu kali berikut mereka bertemu adalah saat di mana Gery Banning mendengar nama panggilannya terasa lain.
Perjalanan Gery dan Victory sangat dramatis. Hanya dipenuhi kalimat-kalimat singkat sepele. Sebagian karena masih canggung akibat kejadian malam sebelumnya, sebagian lagi adalah soal perasaan resah dan tidak enak karena terpaksa harus berpisah.
Permainan anak dan ayah mereka berakhir saat suara tangisan bayi menggema.
Gery Banning memukul setir beberapa kali dibarengi seruan frustasi lalu buru-buru berlari ke ruang operasi. Pasangan tua Banning menyambutnya dengan tangis haru. Mereka—terutama nyonya Banning-senior—berucap terbata-bata sembari memeluk Gery.
"Kenapa terlambat? Menggelikan. Istrimu sedang berjuang di dalam sana, anak lamban." Tuan Banning-senior dengan indahnya memberi Gery teguran, sambil meraih nyonya Banning-senior ke pelukan.
"Maaf, yah. Macet," jawab Gery sekenanya, menatap ke pintu ruang operasi karena sayup-sayup terdengar suara tangisan nyaring.
Seorang perawat yang masih mengenakan baju serba hijau keluar. Gery dengan sigap mendekati dan digiring ke ruang operasi/bersalin. Gery menemui Sandara yang terbaring penuh peluh dan tampak payah. Perawat mengatakan jika nama Gery terus digumamkan Sandara tepat setelah si bayi lahir. Wanita pertengahan tiga puluh itu, masih tampak cantik walau terlihat sangat lelah. Jemarinya menggenggam lemah, sampai Gery harus memeganginya lebih erat.
Sandara tersenyum penuh kebahagiaan. Kedua mata bulat itu mengalirkan air mata saat hanya bisa menatap Gery tanpa banyak berkata-kata. Betapa polos dan penuh rasa cinta. Gery merasakan kedua kakinya bergetar dan dadanya sesak begitu perawat membawa asal suara berisik tadi. Bayi yang masih merengek dan telanjang itu, dibaringkan telungkup di dada Sandara. Dibiarkan merangkak dan bergerak-gerak untuk mencari puting ibunya.
Sandara tertawa lemah, belum melepas tangannya dari Gery dan menggunakan lengannya untuk memegangi si bayi. Gery secara naluriah ikut memegangi. Dadanya semakin sesak dan tanpa sadar air matanya jatuh.
"Cantik ... cantik sekali," ucap Gery begitu saja, "seperti ibunya." Sandara tersenyum kian indah.
"Ya ... tapi, hidungnya mirip denganmu ... oh, lihat, sayang. Dahinya mengerut. Jadi, sepertimu," ujar Sandara pelan.
Gery tertawa haru. Bayi yang masih memerah itu, sungguh jiplakan dirinya. Hasil rasa cintanya yang dikata hambar. Astaga. Gery tambah merasa dirinya penuh dengan dosa.
" ... siapa namanya, sayang?"
Geru mengerjap, tersadar. Benar. Karena anak mereka perempuan, Gery yang diberi kebiasaan istimewa itu.
"Ada sebuah nama dan kurasa kau pun menyukainya, sayang," jawab Gery, Sandara menatapnya, "Victoria. Bagaimana menurutmu?"
Sandara kembali tertawa pelan, seperti tadi saat pertama kali melihat bayinya. "Sayang ... Taehyung akan kesal."
"Tidak akan. Justru itu bisa membuatnya pulang, bukan? Ia harus tahu, kalau punya adik yang cantik dan lucu begini."
Ya. Mulai saat itu, mereka adalah saudara dan keluarga. Gery punya tanggungjawab dengan istri dan dua anaknya. Titik.
KAMU SEDANG MEMBACA
.FORBIDDEN.| Vottom ✔
FanficJatuh cinta adalah hal terlarang di antara mereka. ------------------------------------------- Fanfiction. Confusing words. (21+) Crack pair. Read hastags. (Klik @pinkkbanana utk Vottom lainnya.)