3.The Beginning of All

31 3 4
                                    

Saat pagi tiba, aku melihat jeremy dengan mata panda yang sangat seram. Aku pun terkagetkan.
"Buset!! Kamu semalam gak tidur apa?!" Kataku kaget.
"Tidur kok! Emang kenapa dengan mataku?" Tanya jeremy.
"Mata lu kayak mata panda tau!" Kata denia. Iksal pun terbangun karena kegaduhan aku, jeremy, dan denia. "Ishh!! Kalian kenapa sih! Ganggu aku aja! Masih terlalu pagi ini!" Bentak iksal. "Iksal diam! Nampaknya jeremy tidak bisa tidur semalam. Kamu kenapa?" Tanyaku.

"Tidak tahu aku juga, tapi yang aku ingat sih, aku sedang mimpi buruk" katanya. "My, lu indigo ya?" Tanya denia. "Denia ih, itu sangat pertanyaan yang risih tau!" Bentak iksal. "Hmmm... enggak sih, tapi aku bisa merasakannya.." lanjutnya. "Kalau begitu kamu tahu dong siapa yang masuk ke kamarku?" Tanya ku. "Aku pikir dia adikmu. Tapi kamu bilangkan sedang sekolah. Jadi aku menyangkanya sih itu orang terdahulu sebelum kamu. Tapi aku tidak tahu siapa. Nampaknya dia sangat kucel, matanya.. seperti kurang tidur, tetapi dia cantik. Mungkin tadi malam aku sedang diganggu oleh "mereka"" jawabnya panjang kali lebar. "Ohh jadi kamu bisa liat mereka ya?" Tanya denia. "Iya, aku bisa" jawab jeremy. "Pantesan kamu mau membuktikan "mereka"" kata iksal. "Ya sudah kalau begitu kita jalan jalan yuk!" Ajakku. "Yuk!"

"Dek, sarapan dulu! Mau jalan jalankan?" Kata ibuku. "Iya,bu. Yuk sarapan dulu" kataku. Lalu mereka pun mengangguk mengerti. Dan mereka mengambil piringnya masing masing.

"Enak banget!" Celetus denia. "Hmmm... maknyus!" Kata iksal. Aku dan jeremy hanya tertawa kecil. Ibuku tersenyum lebar.
"Bu, fiza udah berangkat?"
"Belum, dia lagi mandi"
"Ooh.."

Setelah makan, mereka langsung memakai sendal dan berangkat.
"Mau kemana kita?" Tanya iksal. "Ke taman kuy!" Ajak jeremy. "Kuyyy!" Kata denia. Aku hanya mengangguk.

Dijalan aku melihat ada anak kecil yang dari tadi mengikuti jeremy. Entah kenapa dia menampakan diri atau aku bisa melihat "mereka" atau apapun itu yang terpenting hanya aku dan jeremy saja yang meliat dia.

Di taman, aku merasakan banyak sekali "mereka" Ditaman, aku, denia, iksal, dan jeremy sedang mengobrol dengan canda dan tawanya.
"Fa, den, sal main permainan hantu yuk!" Ajak jeremy. "Yuk! Aku sih setuju setuju aja" Kata denia. "Ehh jangan dong! Nanti malam aku gak bisa tidur!" Kata iksal. "Ehmm... ya aku sih terserah kalian. Jadi aku bisa ya bisa tidak" Kataku.
"Ya sudah, berarti kita setuju ya, buat main permainan. Tapi apa ya?" Tanya jeremy. "AHA!! Aku punya ide! Main charlie charlie yuk!" Ajaknya. "Ih gak usah! Nanti ada apa apa gimana?!" Bentakku. "Iya deh iya.." Katanya.

Tiba tiba saja ibuku sms : "dek, ibu ayah sama fiza mau ke medan dulu... baru pulang 4 hari lagi... jaga rumah baik baik ya sayang.." katanya

Aku pun sontak kaget karena aku ditinggal sendirian dirumah. "Hey kalian, mau nginep dirumah aku sampai kapan?" Tanyaku. "Ga tau. Kayaknya sihh 1 minggu lagi, eh tapi ga tau deng" kata denia. "Kenapa nanya itu?" Tanya iksal. "Ehh, keluargaku lagi mau pulang kampung dulu ke medan. Nanti aku sendirian... kalian mau gak lebih lama lagi dirumahku? Aku takut sendiri.." kataku. "Karena kamu itu baik, cantik, ngemesin, dan gue ga tau apa lagi yang ada di diri lo. Jadi kita nginepnya lebih lama lagi ya. Oke!" Ajak denia. "Ya deh terserah" kata jeremy. "Terima kasih ya guys!" Kataku.

Lalu kami pun ke rumah ku. Kami berjalan dengan santai. Tetapi, nampaknya jeremy mempunyai ide lagi, tapi aku tidak tau.

Setelah sampai rumah, kami pun rebahan di karpet hijau didepan televisi ku. Mereka menonton televisi dengan rasa bosan.
Tiba tiba, jeremy punya ide, mungkin ini merupakan ide paling gila bagiku.
"Kalian mau gak dibuka mata batinnya?" Tanya jeremy. Semua terdiam. Aku langsung memarahinya.
"My! Kamu jangan kayak gitu! Bahaya banget itu, kalo gak sama orang paranormal!!" Bentakku. "Ya gak apa apalah. Kan mata batin bisa ditutup lagi. Mata batin itu kayak gorden, bisa dibuka dan masih bisa ditutupla...."
"ENGGAK SEMUDAH ITU MY!!! PERCAYA APA KATA GUAA!" Bentakku lagi. "UDAH DIEM LAH KALIAN BERDUA!" Kata denia angkat bicara. "Kalo gue mah boleh boleh aja kalo masih bisa ditutup mah!" Kata denia. Iksal hanya bisa melihat kami berdebat. "Ya sudah yok buka mata batinnya!" Kata jeremy. Aku hanya melihat jeremy dengan kesal sambil menuruti perintahnya.

Kami pun melakukan ritual
Awalnya, aku ragu untuk melakukannya, tetapi karena melihat lirikan tajamnya denia, aku pun yakin.

Setelah melakukan ritual, kami semua bisa melihat "mereka" sedang berlalu lalang kesana kemari.
Tetapi hanya salah satu dari kita yang masih ragu untuk melakukan ritual, yaitu... ya pasti tau lah ya siapa dia.
Yap dia adalahhhh iksal. Tetapi kita semua tidak menyadari hal tersebut.

Awalnya, kita semua baik baik saja, tidak ada yang terlalu berpengaruh besar dalam hidup kita.

Tetapi saat malam tiba... Iksal dengan posisi mata tertutup, ia jalan begitu saja ke dapur, aku dan denia masih bangun, sedangkan jeremy... ya... dia sudah tidur beberapa jam yang lalu.

Di saat itu juga, aku sedang bermain handphoneku, sementara denia asyik membaca novel sambil mendengarkan lagu favoritnya.

"Denia, aku ke air bentar, mau ikut ga?" Kataku.
"Enggak deh, gue lagi pw disini" Jawab denia.
Aku pun mengangguk, sambil ragu ragu, karena sekarang aku bisa melihat "mereka". Ah tapi aku tak hiraukan.

Saat di lorong menuju wc, aku melihat iksal sedang jalan menuju kedapur, awalnya aku mau menyapa dia, tapi aku sadar, matanya sedikit kemerahan. Aku pun langsung lari ke dalam kamar, dan mengunci pintu kamar dengan keras.

"Heh! Bikin kaget aja! Ada apa ini? Kok mendobrak pintunya kencang sekali?" Kata denia.
"Ayo, sekarang kita mending tidur aja, menunggu esok pagi ya! Besok aku ceritakan" Pintaku sambil panik.

Haunted HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang