8.Freeday

8 2 1
                                    

Mereka semua akhirnya pergi ke ruang tamu, untuk memanjakan mata. Melihat sunrise di depan ruang tamu, yang begitu indah.

"Fa, di kulkas ada makanan?" Tanya Iksal.

"Ada, ambil aja" jawabku.

Iksal langsung beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil cemilan.

Tak lama, iksal pun membawa semua cemilan yang ada di kulkas.

"Nih, pasti pada laper kan? Makan dulu, nanti sakit" kata Iksal.

Aku dan Denia mengangguk, dan langsung mengambil salah satu cemilannya.
Sedangkan Jeremy, dia masih merenung entah apa yang dipikirkannya.

"My, kamu gaboleh ngelamun kayak gitu! Nanti terulang lagi, mending makan dulu, yuk!" Ajakku.

Jeremy mengangguk, dan tersenyum. Lalu dia pun mengambil sedikit sedikit camilannya.

Tak terasa, hari sudah semakin siang, kami pun berjalan jalan ditaman. Yaaa Refreshing gitu lah.

"Akhirnya kita bisa bebas jugaa, sungguh hari yang beraat!" Kata Denia.

"Hmm... iyaa, semoga nggak terulang lagi!" Kata Iksal.

Aku hanya mengangguk setuju.

Sedangkan Jeremy, dia selalu melamun, entah apa yang dia pikirkan.

"My? My? Lo gak apa apa? Cerita kalo ada yang aneh aneh" kata Denia.

"Ah.. enggak kok..." jawab Jeremy.

"Jeremy kenapa? Pasti ada yang salah. Duh, kan aku udah gak bisa pake mata batinnn! Biar bisa liat isi pikiran Jeremy.." kataku dalam hati.

Karena geram, Denia pun akhirnya harus membentak Jeremy.

"My! Ayo makan! Jangan melamun terus lo!"

"Ah, nanti aja. Aku belom laper"

"Cepet makan dulu gih" kataku sambil makan cookies yang ibu pernah buat.

Jeremy tidak memberikan jawaban, hanya mengangguk saja.

-Malam Tiba-

"Hoaam, akhirnya malem juga. Enak kalo damai adem gini" kata Denia.

"Iya, santai gitu kan" lanjut Iksal.

Aku hanya tersenyum tipis, dan mengangguk setuju.

Setelah kami mengobrol ngobrol. Sekarang mataku tertuju pada Jeremy, yang entah kenapa dia selalu mematung setiap saat.

Tetapi, saat ku tanya dia bilang "aku baik baik saja" terus.

.

.

-Tengah Malam-

Kresek...

Kresek...

Kresek...

Aku terbangun mendengar suara itu.

Aku melihat Denia, tapi dia tidur. Ingin sekali aku keluar kamar, tapi entah kenapa aku lebih memilih untuk melanjutkan tidur... BIASALAH!

Tetapi saat aku hampir terlelap, tiba tiba ada suara seperti barang yang jatuh.

Terpaksa, aku harus keluar kamar tanpa membangunkan Denia. Entah apa yang ada di benak ku ini.

Ceklek

Saat aku keluar kamar, ternyata kamar sebelah - kamar Iksal dan Jeremy - terbuka lebar.

Haunted HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang