Tetrachord

11 1 0
                                    

Siapa yang tidak mencintai jam kosong? Tidak ada.

Memiliki populasi sebanyak 250 juta penduduk, 17.000 pulau, lima (5) agama, 1.128 suku, Indonesia merupakan Negara besar yang dengan tingkat ekonomi nomor satu di Asia Tenggara dana nomor tiga di Asia setelah China  dan India.

Indonesia diakui oleh dunia sebagai negara demokratis yang akan terus berkembang dengan potensi kekayaan alam yang berlimpah. Indonesia, Nindy seharusnya bisa santai dengan jam kosong ini. Namun malah Nindy habiskan dengan mengikuti ualangan susulan Bahasa Indonesia di perpus karna selasa kemarin Nindy tidak masuk sekolah dikarenakan sakit.

Tuhan sedang baik sepertinya, sebelum Nindy menyerahkan kertas ulangan Marry membelikan susu kotak rasa kelapa kesukaan Nindy. Dengan senyuman lebar Nindy menerima dengan senang hati lalu meminumnya hingga habis.

“Tau aja lo Mar, gue kekeringan di Perpus nih.” Kata Nindy setelah membuang  kotak susu ke tempat sampah.

“Sebenernya itu dari  Jeje.” Marry mengatakan itu hati-hati.

“Kenapa ga bilang dari awal sih? Rese  lo mah ah.”

“Ye—ratu, lo ga nanya lagi langsung nenggak gitu. Bahkan lo ga memberi gue kesempatan bicara. Jadi yang salah itu gue apa tetangga gue?” Ucapan Marry menyindir Nindy namun ada senyum jahil di balik itu

Nindy merapihkan rambutnya dengan menyelipkan beberapa rambutnya ke belakang telinga, “Eh tapi bilangin makasih gitu, bilang juga makin ganteng aja dia.”

“Bau-bau PHP?” Marry menyipitkan mata, “Kasian Nin, anak orang udah baper tuh.”

“Gue kenapa emang? Ngomong makasih salah banget apa ya. Kalo gue tepe-tepe sama dia tuh baru yang namanya PHP, nah gue kan biasa aja gak gimana-gimana.”

“Terserah elo, pokoknya kalo besok-besok itu anak ngerengek minta tolong gue lagi lo harus bilang sama dia kalo lo enggak ada rasa sama dia. Lagian jangan terlalu friendly sama anak cowok lah. Berabe.”

“Ih apaansih, kok kesannya gue yang jahat ya?”

“Emang!”

***

Seperti hari sabtu biasanya, Nindy menghabiskan waktu dengan anak jalanan bersama beberapa temannya yang tergabung dalam komunitas Pengajar Jalanan. Biasanya Nindy hanya mengajar di sekitaran daerah sekolahnya saja, tapi terkadang juga jika temannya mempunyai ide di tempat mana mereka mengajar maka Nindy dengan senang hati akan ikut.

Seperti kemarin di daerah sekitar Jatinegara, Nindy pulang hingga maghrib.

Sore ini setelah Nindy selesai mengajar di taman dekat sekolah, Nindy berniat pulang dengan ojek online, sebelum itu Nindy  ingin ke minimarket sebentar membeli sebotol minuman.

Ketika memasuki minimarket, mengambil minuman lalu membayar Nindy keluar dan berhenti untuk menyetel lagu di Ipodnya, lagu Lauv yang berjudul Story Never End mulai menguasai indra pendengaran Nindy hingga tak sadar Nindy hampir tertabrak mobil ketika menyebrangi jalan antara minimarket dan halte bis agar berniat agar bisa duduk sambil menunggu ojek onlinenya.

Mobil itu berhenti, Nindy hendak mengucapkan maaf karna sejujurnya ini adalah kelalaian Nindy. Sang pemilik mobil pun menurunkan kaca mobilnya tepat di mana Nindy berdiri

“Sorry banget mas, saya gak li-“ ucapan Nindy terhenti ketika mengetahui siapa pengemudi yang hampir menabrak dirinya.

“Iya enggak apa-apa mba, saya duluan ya, lain kali hati-hati.” Pengemudi tersebut menutup kembali kaca mobil dan melanjukan perjalanannya.

Sedangkan Nindy? Entahlah sudah kehabisan kata-kata.

Tidak lama ojek pesanaan Nindy datang, lupakan dengan minuman yang tadi Nindy beli. Karna setelah kejadian bertemu dengan pengemudi mobil tadi minumannya tumpah di jalan tidak berselera untuk mengambil bahkan untuk membuang ke tempat yang lebih layak.

***

"Bun, lampu kapan nyalanya sih. Aku mau charger laptop buat bikin makalah biologi mana besok gurunya minta dikumpulin." Nindy terus mengeluh kepada Bunda akibat listrik yang tak kunjung menyala setekah 2 jam berlalu. Sebenarnya ini semua salah Nindy. Andai dia menyelesaikan tugasnya lebih awal tidak menunggu deadline seperti ini, andai pula dia tidak sibuk maraton nonton serial Netflix pasti kejadian dikejar deadline dan laptop yang mati kehabisan daya tidak akan terjadi.

"Emangnya laptop kamu mati, Nin?" Tanya Abang yang baru masuk ke dalam rumah setelah mengunci bagasi.

"Wafat."

"Pake laptop Abang, tuh."

"Yaampun Bang, dari tadi aja kenapa sih." Nindy segera bangkit dari sofa menuju kamar Abangnya.

"Sebentar lagi juga nyala listrik," Ucap Bunda asal.

Dan benar, begitu Nindy keluar dari kamar suasana ruma telah terang benderang dikarenakan listrik yang sudah kembali menyala.

"Gajadi, nih, makasih Abangku sayang."

Nindy menyerahkan laptop kepada Abangnya lalu berbalik ke kamar untuk mengerjakan tugasnya.

***

|| Pull Me Out - This Wild Life

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Art Of The MusesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang