Vely sampai di rumahnya. Lebih tepatnya, rumah keluarganya yang kini dia tempati sendiri. Sebenarnya, Vely ingin sekali pindah dari rumah itu. Namun, berkali-kali dia memasang informasi penjualan pun tetap tak ada yang mau membeli rumah itu.
Bagi Vely, rumah itu tempat berkumpulnya semua kenangan pahit dan menyedihkan. Di rumah itu, dia melihat pertengkaran hebat orangtuanya. Di rumah itu, dia melihat perselingkuhan ayah dan ibunya. Dan di rumah itu juga, tempat kakaknya bunuh diri. Menyeramkan bukan?
Walaupun begitu, Vely tak pernah mendapatkan gangguan makhluk halus. Hanya saja, dia sering bersedih jika melihat dan diam di rumah itu. Seolah semua kenangan pahit itu kembali berputar layaknya film di dalam kepalanya.
Vely sudah pernah meminta bantuan dari guru-gurunya untuk menawarkan rumah ini. Tetapi, masih tak ada yang mau membeli. Karena tampilan rumah yang kusam dan terlihat menyeramkan. Juga riwayat bunuh diri yang dilakukan Vera di rumah itu membuat orang berpikir rumah itu berubah menjadi angker. Nyatanya, Vely tak pernah mendapatkan gangguan apapun. Dia ingin pindah karena tak mau mengingat semua kenangan pahit dulu.
Menghela nafas pelan, Vely pun melangkah mendekati pintu rumah. Memutar kunci dan membuka pintu. Dia masuk dan kembali menutup pintu. Berjalan menuju kamarnya yang berada di rumah satu lantai nan luas itu.
Masuk ke dalam kamarnya, Vely segera melepaskan sepatu dan kaos kakinya. Menyimpan tas dan melepaskan satu persatu pakaiannya. Setelah hanya memakai pakaian dalam, Vely pun segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh.
Beberapa menit kemudian, Vely selesai mandi. Dia pun mulai berpakaian. Memakai kaos lengan panjang dengan legging sepanjang mata kaki berwarna abu-abu. Rambut sepunggungnya yang dikepang dia uraikan. Kacamata bulat dan tebal itu ia lepaskan juga lalu ditaruh di dalam kotak khusus. Dan terakhir, Vely mencopot tompel palsu yang memang hanya sebuah tempelan saja.
Vely menatap wajahnya di cermin. Jika berdandan biasa dan natural, dia memang terlihat cantik. Kulitnya putih bersih dengan bibir berukuran sedang. Tidak terlalu tipis maupun tebal. Sorot mata teduh dan bulu mata lentik. Belum lagi alisnya yang memang sudah terbentuk rapi.
Terkadang, Vely ingin tampil biasa saja. Tanpa harus menjelekkan diri sendiri. Namun, dia tetap takut. Dia takut tampil cantik malah membawanya pada sebuah petaka. Seperti apa yang terjadi pada kakaknya.
Tanpa memakai apapun di wajah, Vely langsung membaringkan tubuh di atas ranjang. Menatap langit-langit kamarnya yang warnanya sudah kusam. Maklum saja karena entah sudah berapa tahun warna catnya tidak di ubah.
Sebenarnya, terkadang Vely takut tinggal di rumah megah itu sendirian saat malam hari. Bukan takut dengan hal-hal gaib, tapi lebih takut pada sekumpulan manusia tak punya hati yang menganggap nyawa manusia tak lebih seperti nyawa hewan.
Sebenarnya, para tetangga sudah sering bercerita kalau mereka melihat penampakan wanita yang berjalan-jalan di dalam rumah saat malam hari. Bahkan, sampai ada yang mendengar tangisan bayi dari dalam rumah Vely. Sedangkan Vely sendiri, tak pernah melihat juga mendengar hal aneh.
Pernah juga dua tahun yang lalu, rumahnya mau dirampok oleh beberapa orang. Mereka tertangkap dan di bawa ke kantor polisi. Tetapi, Vely juga tak menemukan barang yang hilang di rumahnya. Semuanya seperti semula. Hanya pintu saja yang berhasil di bobol.
Para perampok itu mengaku melihat sosok wanita melayang yang tertawa mengerikan di atas tangga. Karena ketakutan, mereka yang berniat maling pun kabur. Sayang, mereka tertangkap warga karena menimbulkan bunyi yang berisik.
Mendengar semua itu, Vely tak takut. Jika itu semua benar, dia berpikir kakaknya lah yang selalu dilihat orang-orang. Dan jika itu benar, Vely akan sangat berterima kasih pada kakaknya yang menjaganya di saat dia tak punya siapa-siapa.
Mengingat itu semua, malah membuat Vely mengantuk. Dengan perlahan, matanya terpejam. Hingga akhirnya, dia pun tertidur dan masuk ke alam mimpi. Melupakan segala hal menyakitkan yang terjadi hari ini.
***
Esok harinya, Vely kembali beraktifitas seperti biasa. Sekolah, di cibir dan di hina, dan pulang jalan kaki. Sampai di rumah, dia mandi dan makan. Lalu belajar sebentar dan mengerjakan tugas.
Saat berniat untuk tidur, malah terdengar suara ketukan pintu. Dengan malas-malasan, dia mendekati pintu utama. Tentu saja setelah memakai segala perlengkapan tampilan cupunya. Bingung juga karena selama ini tak pernah ada tamu yang datang. Kecuali, petugas PLN yang menagih tagihan listrik.
Ah, apa itu juga petugas PLN? Padahal uangnya sudah habis dan tabungannya sudah menipis. Entah kapan juga ibu tirinya mengirim uang lagi.
Memegang gagang pintu. Vely pun menariknya hingga pintu terbuka lebar. Matanya menatap lurus pada dua orang di hadapannya. Alisnya berkerut melihat pria yang kemarin meminta ganti rugi padanya datang bersama dengan seorang wanita yang setahu Vely merupakan ibu dari pria bernama Sean itu.
"Ada apa ya?" tanya Vely kebingungan. Masih belum ingat perkataan Wida kemarin siang.
"Kami ada perlu dan harus bicara padamu," jawab Wida langsung. Menghormati tamu, Vely pun mempersilahkan mereka masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Sedangkan dia sendiri membawa minum ke dapur. Tak lama kemudian, Vely kembali ke ruang tamu dengan nampan di tangannya.
"Maaf hanya air putih saja," ucap Vely canggung. Wida mengangguk. Dia dan Sean lalu melihat isi rumah yang Vely tempati.
"Kamu, di sini tinggal sendirian?" tanya Wida pada Vely. Vely mengangguk pelan.
"Orangtuamu?" tanya Wida heran. Jelas saja heran karena Vely tinggal sendirian di rumah yang sangat luas dan terkesan menyeramkan.
"Orangtua saya tinggal di luar negri," jawab Vely lagi dengan senyuman kecil. Wida mengerutkan kening semakin bingung. Sedangkan Sean, memainkan ponsel. Walaupun mata fokus pada layar ponsel, telinganya tetap mendengar semua jawaban Vely. Karena pada dasarnya, dia juga penasaran kenapa Vely tinggal sendirian.
"Lalu, kenapa kamu tidak ikut orangtuamu?" tanya Wida penasaran. Vely tak menjawab dan hanya tersenyum saja. Wida pun sadar akan kelancangannya.
"Jadi gadis muda, siapa namamu?" tanya Wida yang baru ingat kalau dia belum tahu nama Vely.
"Vely Angelina, Tante," jawab Vely singkat.
"Nama yang indah," puji Wida tulus. Dia tersenyum pada Vely. Membuat Vely merindukan ibunya.
"Nah, Vely, kedatangan kami ke sini karena ingin membicarakan hal yang serius. Tante dan anak Tante mau melamar kamu. Sebagai pertanggung jawaban Sean atas apa yang telah dia lakukan padamu. Tante tahu, Sean memang kurang ajar. Karena itu, biarkan dia bertanggung jawab," ucap Wida. Vely dan Sean terperangah kaget mendengarnya.
"Maaf sebelumnya Tante. Tetapi, tak pernah ada apa-apa di antara saya dan anak Tante. Tante sepertinya salah paham," balas Vely setenang mungkin.
"Vely, jangan menyangkal. Jujur saja kalau Sean memang sudah melecehkanmu. Apa Sean mengancammu agar berbohong pada Tante?" tanya Wida curiga. Matanya langsung memicing tajam pada anak sulungnya yang hanya garuk-garuk kepala.
"Tidak, Tante. Saya jujur kok kalau anak Tante memang tak melakukan apapun." 'kecuali menarik rambut saya,' lanjut Vely dalam hati.
"Kamu pasti berbohong deh. Sean pasti mengancammu. Tante tahu itu," ucap Wida tetap pada pendiriannya. Itu terjadi karena Sean sudah terlalu sering berbohong padanya. Makanya, Wida tak percaya lagi pada Sean.
"Tante ingin kalian segera menikah. Mau tidak mau kalian harus menikah. Mau pakai pesta atau tidak juga terserah. Asal kalian menikah," ucap Wida tak bisa dibantah. Vely melongo kaget mendengarnya. Mulai khawatir dengan ucapan Wida barusan.
"Ta-tapi Tante ...."
"Tak ada tapi-tapian. Segera hubungi orangtuamu dan katakan kamu akan menikah. Kalau boleh, biar Tante saja yang bicara pada orangtuamu. Mana ponselmu?" tanya Wida. Vely terdiam mendengarnya. Sangat kaget tentu saja. Bagaimana dia mengatasi ini semua?
"Ta-tapi Tante. Saya tidak mau menikah dengan anak Tante," ucap Vely. Sean yang mendengar itu merasa lega. Namun tetap saja Wida tak mau berubah pikiran.
"Tak ada alasan dan penolakan. Kalian harus menikah. Titik."
_______________________________________
Hai hai...
Bagaimana???
Triple up nih...
Jangan lupa vote dan komennya ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Nerd Wife
RomanceVely Angelina. Gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA. Berpenampilan cupu dan tak menarik. Karena penampilannya, dia sering dibully oleh teman-temannya. Karena Vely tak pernah melawan. Dia selalu mengalah. Penampilannya tak sekeren namanya. Sua...