5

35.9K 3.7K 124
                                    

Sampai di rumahnya, Sean masih saja merasa merinding. Entah kenapa, suara bisikan itu sangat jelas terdengar di telinganya. Membuatnya menjalankan mobil seperti orang gila karena ketakutan. Beruntung dia sampai rumah dengan selamat.

"Kak, kenapa sih? Kayak orang dikejar setan aja," ucap Tian, adik pertama Sean.

"Berisik," desis Sean pelan. Dia menjatuhkan bokongnya di atas sofa yang empuk. Menyandarkan punggung dan memejamkan mata. Berusaha menetralkan detak jantungnya yang menggila.

"Kak, Mama ke mana?" tanya Tian lagi seraya duduk di samping Sean.

"Ke butik," jawab Sean pelan. Tian mengangkat sebelah alisnya mendengar itu.

"Mau apa ke butik?" tanya Fian penasaran. Sean mendelik tajam mendengar Tian yang terus bertanya. Sadar kalau perasaan Sean sedang tidak baik, Tian pun memilih diam.

Sean kembali memejamkan mata. Berpikir bagaimana caranya dia menolak perintah ibunya untuk menikahi Vely. Jelas, apa yang terjadi padanya tadi membuat Sean semakin enggan menikah dengan Vely.

Sean berpikir dan merasa heran karena Vely tak merasa takut saat ada suara vas jatuh padahal tak ada apa-apa. Bahkan, dengan santainya gadis itu berucap kalau Sean tak boleh semena-mena di rumah itu.

Apa mungkin, dia memiliki peliharaan makhluk halus? Atau, dia itu anak indigo?

Entahlah. Yang penting, Sean ogah jika harus kembali ke rumah angker itu. Bisa-bisa dia mati kecelakaan di jalan saat lari dari rumah itu.

Namun, mengingat kegigihan Wida untuk menikahkannya dengan Vely membuat Sean lemas. Dia tak akan bisa menolak perintah ibunya sendiri. Jika menolak, bisa-bisa terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Misal, dia tidak dianggap sebagai anak lagi.

Dan pada akhirnya, dia tetap pasrah. Walaupun hatinya takut setengah mati jika harus menikah dengan Vely. Bukan takut oleh Vely, tapi takut pada sesuatu yang melindungi Vely.

***

Vely masih diam di ruang tamu di mana terdengar suara pecahan vas tadi setelah Sean berkata kalau dia tak pantas jadi istri pria itu. Padahal, Vely sendiri tak mau menikah dengan Sean. Jika bukan karena paksaan Wida, Vely juga enggan.

"Kak, Kakak masih di sini?" tanya Vely. Tak ada yang menjawab. Hanya ada desiran angin halus yang menerpa kulit Vely. Padahal, semua jendela dan pintu tertutup rapat.

"Kak, terima kasih sudah menjagaku. Seharusnya, Kakak sudah tenang di alam sana. Tetapi, kenapa Kakak masih di sini?" tanya Vely. Suasana begitu hening. Namun, desiran angin kembali terasa oleh Vely.

"Apa karena aku? Apa aku yang membuat Kakak tak bisa tenang?" tanya Vely. Masih tak ada jawaban. Namun, suara pintu terdengar terbuka perlahan. Vely melihat ke arah suara dan ternyata pintu kamar Vera yang terbuka. Tanpa rasa takut, Vely pun masuk ke kamar itu.

Sejak kematian Vera, Vely memang jarang masuk ke kamar lain selain kamarnya. Dia datang ke kamar lain hanya sekedar untuk beres-beres saja. Dan kali ini, sepertinya Vera ingin memberitahukan sesuatu pada Vely.

Setelah berada di kamar Vera, mata Vely terarah pada sebuah kertas yang ada di atas meja rias. Entah sejak kapan kertas itu ada. Namun, tulisannya terlihat baru. Vely pun membacanya.

'Kakak tidak akan tenang sebelum kamu mendapatkan penjaga.'

Vely tersenyum membaca tulisan itu. Dia bergumam mengucapkan terima kasih pada Vera yang senantiasa menjaganya.

"Terima kasih, Kak."

***

Satu minggu terasa begitu cepat bagi Vely. Kini, dia sudah berada di rumah megah milik Wida. Penampilannya sedikit berubah. Ya, sedikit. Kebaya mewah yang dia pakai kurang pas dengan dandanan wajahnya yang biasa saja. Jelas, Vely dandan sendiri dan sebisanya. Karena Wida tak menyewa MUA. Vely pun tak keberatan karena pernikahan ini tak pernah dia inginkan.

Kacamata, tidak dia lepaskan. Beralasan kalau pandangannya rabun. Padahal, matanya sehat-sehat saja. Rambutnya pun di kepang satu. Dia melakukannya sendiri karena tak ada yang membantu.

Baru Vely ketahui juga, ternyata Sean adalah anak sulung dari empat bersaudara. Dan adik kedua Sean, seumuran dengannya. Bahkan, satu sekolah dengannya. Malu Vely rasakan kala adik Sean yang berjenis kelamin laki-laki itu menatapnya sinis. Bahkan, adik Sean berkata kalau Vely pasti menggunakan pelet untuk memikat Sean.

Gila? Tentu saja. Padahal, jelas-jelas Sean juga enggan menikah dengannya.

"Vely, sudah selesai?" Wida datang dengan dandanan sederhananya. Ya, memang tak akan ada pesta resepsi. Hanya akad saja. Makanya, Vely pun berdandan biasa saja. Sebisa dia sendiri.

"Sudah, Tante," jawab Vely. Wida mengangguk. Lalu menggandeng Vely keluar dari kamar dan membawa Vely menuju ruang tamu yang dijadikan tempat akad berlangsung.

Di sana, sudah ada penghulu yang akan menjadi saksi kalau pernikahan mereka sah di mata negara. Ada paman Vely sebagai perwakilan wali nikah, juga ketua RW dan ketua RT sebagai saksi.

Vely lihat, bahkan bibinya pun tak ikut datang. Pasti, keluarganya merasa malu punya anggota keluarga sepertinya. Padahal, semuanya hanya kesalahpahaman.

Keluarga Sean pun tak ada yang datang kecuali pemilik rumah saja. Dan baru Vely ketahui juga kalau ternyata ayah Sean sudah meninggal dunia. Jadi, Wida mengasuh empat anak laki-lakinya seorang diri.

Vely duduk di samping Sean. Gugup juga canggung dia rasakan. Menundukkan kepala karena merasa malu melihat tatapan Andra padanya. Pasti, Andra pun kecewa mendengar berita pernikahannya yang disebabkan sesuatu. Padahal, sekali lagi itu semua hanya kesalahpahaman Wida saja.

Serentetan urutan acara di lakukan. Berdo'a dan segala macamnya. Hingga akhirnya, proses ijab qabul dilaksanakan. Seharusnya, Andra yang mengucapkan ijab. Tetapi, Andra kembali mewakilkannya pada penghulu.

"Saya nikah dan kawinkan saudara Sean Anggara bin Redi Anggara dengan saudari Vely Angelina binti Hendrik Sandjaya yang walinya mewakilkan pada saya dengan mas kawin seperangkat perhiasan seberat 300 gram dan uang senilai 180 juta dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Vely Angelina binti Hendrik Sandjaya dengan mas kawin seperangkat perhiasan seberat 300 gram dan uang senilai 180 juta dibayar tunai."

Kata sah terdengar dari setiap orang yang menyaksikan ijab qabul Sean barusan. Vely sendiri terdiam dengan tatapan mata kosong. Beberapa menit kemudian, dia merasa pikirannya kosong dan pandangannya buram. Hingga akhirnya, tubuhnya jatuh tak sadarkan diri. Beruntung, Sean mampu menahannya.

"Dasar gadis tompel merepotkan!" dengus Sean dalam hati. Suasana terasa panik. Sean pun meminta izin untuk membawa Vely ke kamarnya yang sekarang menjadi kamar mereka. Sedangkan Wida, menemani para tamu juga menjamu mereka.

"Bu, saya titipkan keponakan saya pada anak Ibu. Semoga anak Ibu bisa menjadi suami yang baik bagi Vely. Karena selama ini, Vely tak pernah mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya," ucap Andra pada Wida. Wida mengangguk. Dia yang penasaran pun bertanya banyak hal tentang keluarga Vely. Andra yang tahu segalanya pun menceritakan semuanya pada Wida. Berharap, kehidupan Vely membaik setelah menikah dengan Sean.

_______________________________________

Hai hai...
Bagaimana?
Double up nih...
Jangan lupa vote dan komennya ya...

My Nerd WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang