9. Hidden Pain

1.9K 268 33
                                    

Oneshot.
Marriage life, Angst.
T

***

Ps : play the song if you want.

Saat kau mencintai seseorang, kau akan ikut merasakan kebahagiaannya meskipun kau bukanlah alasannya untuk bahagia.

What a bullshit!

Kang Jisoo percaya itu.

Ah, bukan percaya. Lebih tepatnya, ia pura-pura percaya dan memaksa otak dan hatinya untuk percaya. At least, dia tidak harus terlihat semenyedihkan itu, kan?

Tidak. Setidaknya dirinya sendiri menganggap bahwa dia tidak menyedihkan.

Wanita yang umurnya akan memasuki usia 30 itu sibuk menyiapkan beberapa makanan. Bahkan celemeknya masih terpasang. Sesekali ia membawa masakan yang sudah jadi itu, ke meja makan. Wajahnya berseri, bak hari ini adalah hari paling bahagia dalam hidupnya.

"Ayo makan, aku sudah memasak makanan kesukaanmu," ucap Kang Jisoo saat sosok tinggi dengan kulit putih itu baru saja masuk ke dapur.

Cho Sehun, suami Kang Jisoo.

Tanpa suara, Sehun menarik satu kursi lalu duduk. Wajahnya tampak tidak tertarik sama sekali, meskipun ia memilih untuk menurut pada akhirnya.

Ya, pria itu memang sulit ditebak isi otaknya. Bahkan orang sepintar Kang Jisoo pun dibuat menyerah. Entah berguru di mana, tapi pria itu selalu bisa menyembunyikan segalanya dibalik raut datarnya.

Kelewat dingin, Kang Jisoo tidak bisa melayangkan protes pada Cho Sehun jika merasa ada masalah.

"Sehun, hari ini aku berulang tahun. Aku tidak ingin perayaan besar, tapi ... bisakah kau pulang nanti malam?" tanyanya dengan tangannya yang sibuk mengambilkan makanan ke piring Sehun.

Sebenarnya, Kang Jisoo sampai berpikir berkali-kali sebelum bibirnya berani menanyakan hal itu. Permintaan yang sebenarnya sepele dari istri kepada suaminya. Tapi sangat hampir tidak mungkin untuk Kang Jisoo dapatkan.

"Akan kupikirkan," jawab pria itu tanpa bisa diganggu gugat. Ya, memangnya kapan keputusan Cho Sehun bisa Jisoo bantah? Wanita itu selalu menurut.

Kang Jisoo duduk setelah mengisi nasi dan lauk ke piringnya. Ikut menikmati makanannya meskipun tatapannya sesekali mengarah pada suaminya.

"Kau menangis?"

Jisoo mendongak, matanya membulat. Tangannya bergerak cepat menyapu kulit wajahnya saat Sehun menanyakan hal itu.

"Hah? A--aku...."

"You're crying," ucap Sehun. Pria itu bahkan tidak menatap Kang Jisoo untuk memastikan. Tapi ia bak tahu sekali. "Bahkan saat kau mengelap air matamu pun, kau masih menangis."

Kang Jisoo kalah. Ia ketahuan.

Wanita itu menurunkan tangannya, meraih sendoknya kembali lantas memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Membiarkan air matanya meleleh karena sulit sekali untuk ditahan.

Setelah itu, baik Sehun maupun Jisoo, tidak lagi bersuara. Hanya suara sendok yang kerap kali terdengar saat bergesekan dengan permukaan piring yang terbuat dari kaca. Sehening dan secanggung itu. Sampai saat Sehun mendorong mundur kursinya untuk berdiri, Kang Jisoo mendongak sebentar lantas meneguk air dan ikut berdiri.

Stories ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang