Part 2

19.4K 1.2K 11
                                    

Ryou beberapa kali mengetuk jemarinya di permukaan meja kayu sembari matanya menatap seorang pria yang tertunduk menyembunyikan ketakutan yang kentara. Hari ini perasaan Ryou sangat tidak baik karena mendengar bahwa pemerintah Jepang sudah begitu selektif mengawasi barang yang keluar dari negara hingga dia hampir tidak bisa menjual barang secara bebas seperti biasa. Tekankan kata hampir karena nyatanya Ryou memiliki ribuan siasat untuk melewati celah agar tujuannya tercapai.

"Omyura telah resmi bergabung  ke kelompok Akemi sudah seminggu lamanya, maafkan kami karena terlambat mengetahuinya," teriak pria dihadapannya membuat Ryou geram dan langsung menghantam wajah pria yang tidak bersalah itu hingga tersungkur ke lantai. Sudah cukup dia menahan kesabaran mendengar ocehan bawahannya mengenai seorang bernama Omyura yang tidak begitu dia kenal. Jika dilihat, anak buah Ryou begitu banyak dan memiliki kelas tersendiri. Bisa dikatakan dia hanya mengenal orang-orang yang berada di kelas atas.

Namun loyalitas tetaplah dijunjung tinggi di organisasi. Serendah-rendahnya status orang yang ada di dalam kukungannya, jika sekali berkhianat bersiaplah untuk melakukan pengorbanan yang begitu berat.

"Berikan dia siksaan terberat," bagai titah pria yang berada di lantai itu langsung berdiri kemudian membungkuk hormat. Selanjutnya dengan cepat meninggalkan Ryou dalam ruang kerja, sungguh pria itu tidak ingin lagi menjadi samsak pelampiasan Ryou saat ini mengingat masalah yang beruntun yang dihadapi pemimpinnya.

"Kita harus kembali ke Jepang sesegera mungkin. Suasana sudah mulai tidak kondusif."

Ryou mendengarkan apa yang dikatakan Kiritaka yang senantiasa berada di sampingnya saat ini. Sudah berhari-hari dia berada di Las Vegas dan memang benar sudah waktunya dia untuk kembali. Namun ada sesuatu yang harus dia dapatkan terlebih dahulu.

"Aku ingin bertemu dengan Ana."

Dahi Kiritaka berkerut mendengar ucapan tuannya. Namun pada akhirnya pria paruh baya itu tersenyum.

"Saya akan mengatur pertemuan anda dengan nona."

"Jika dia menolak, aku yang akan bertindak."

Kembali Kiritaka mengangguk, selanjutnya pria itu pamit undur diri.

Selepas Kiritaka pergi, Ryou menoleh kearah sekantung penuh belanjaan yang dia letakkan di atas nakas. Seketika senyum tipis terhias di wajah Ryou tatkala dia mengingat kejadian kemarin.

-=

Mata Ana sepenuhnya membulat ketika mendapati sekantung belanjaan berada tepat di depan pintu apartemennya. Bukan karena penasaran pemilik dari kantung ini siapa namun lebih kepada terkejut karena isi kantung tersebut sama persis dengan barang yang seharusnya dia belanjakan di supermarket kemarin.

"Bagaimana bisa?" tanya Ana tidak percaya sembari mengecek satu persatu barang, sebelum itu dia memutuskan untuk masuk kembali dalam apartemennya.

Semua persis sama, tidak ada yang berubah selain beberapa sayuran yang terlihat layu karena ditinggal tanpa dimasukkan dalam lemari pendingin.

"Apa bibi pemilik supermarket yang mengantarkan?"

Tentu saja benar, bibi pemilik supermarket adalah wanita yang sangat baik. Namun mengingat Ana belum membayar membuat dia merasa tidak enak hati.

Baiklah, besok dia akan membayar belanjaannya. Untuk hari ini Ana tengah sibuk mengerjakan novelnya sebelum amarah Kath memuncak kembali.

Kembali di kursi kerjanya, Ana mengetikkan sepersekian kata yang terlintas di otaknya, merangkai kata tersebut menjadi beberapa kalimat hingga membuatnya begitu hiperbola. Sungguh Ana sangat tidak puas dengan hasil pemikirannya sekarang. Bahkan dia terpaksa menghapus beberapa lembar naskah yang dia ketik hari ini karena alur yang tidak sesuai ekspektasi.

The DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang